Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Menunggunya untuk Pergi Kerja Bersama



Menunggunya untuk Pergi Kerja Bersama

2Cahaya tipis masuk ke dalam kamar melalui celah kecil tirai jendela. Wanita penghuni kamar tersebut sedang tertidur. Sementara jubah mandinya terlihat acak-acakan di lantai.     

Ketika ada suara ketukan di pintu, Chen Youran mencoba duduk dengan kepala yang kesakitan. Dia melihat sekeliling dan menemukan lingkungan yang terasa asing baginya. Rasa sakit dari tubuhnya membuat kesadarannya yang kacau berangsur-angsur terkumpul. Mendengar ada suara ketukan di pintu, dia menggeser dan menarik selimutnya untuk menutupi jejak di tubuhnya. Kemudian, dia berkata, "Silakan masuk!"     

Bibi Wu mendorong pintu itu. Saat memasuki kamar, dia melihat dua jubah mandi yang berserakan di lantai. Ekspresi wajahnya pun tampak terkejut. Kemudian, dia meletakkan pakaian yang dibawanya di sebuah meja kecil di samping tempat tidur dan berkata, "Nona Chen, ini sudah siang. Waktunya bangun."     

"Terima kasih," ucap Chen Youran sambil mengusap-usap pelipisnya. Setelah Bibi Wu pergi, dia mengambil pakaian yang diletakkan pada meja kecil di samping tempat tidur. Selain pakaian formal untuk bekerja, di sana juga ada satu set pakaian dalam baru yang sesuai dengan ukurannya.     

Chen Youran pun mengenakan pakaiannya dan turun ke lantai bahwa. Terlihat sosok Ji Jinchuan yang sedang memakan sarapannya di ruang makan. Cahaya mentari pagi bersinar melalui jendela kaca dan memantul ke lantai sehingga tubuh pria yang sedang makan itu ditaburi lingkaran cahaya samar. Garis luar wajah yang dingin itu terlihat tenang dan indah.     

Ketika Bibi Wu melihat Chen Youran turun, dia mengeluarkan sarapan untuknya dari dapur. "Nona Chen, ini sarapanmu."     

Chen Youran duduk di seberang Ji Jinchuan. Pria yang ada di hadapannya itu tampak telah menyelesaikan sarapannya. Pria itu kini membaca koran dengan sikap elegan. Jari-jarinya yang kurus terlihat sedikit transparan di bawah sinar mentari pagi. Mengenai apa yang terjadi semalam, Chen Youran tidak mengingat semuanya. Dia hanya tahu bahwa kekacauan pikirannya sangat nyata.      

Napas Chen Youran yang berat rupanya terdengar di telinga Ji Jinchuan. Dalam ketidaksadaran wanita itu, dia mengangkat kepalanya untuk menatapnya. Melihat wanita di hadapannya melamun dan tatapannya kosong, dia bertanya, "Kamu tidak nafsu makan?"     

Mendengar hal itu, Chen Youran segera kembali ke kesadarannya dan menyeruput susu. Setelah itu, dia berkata, "Tidak, hanya saja aku minum terlalu banyak kemarin malam. Kepalaku sedikit sakit."     

Ji Jinchuan acuh tak acuh dengan jawaban Chen Youran. Dia melihat arlojinya dan berkata, "Masih ada 20 menit lagi. Kalau kamu bergerak lebih cepat, mungkin kita masih bisa mengejar waktu."     

Chen Youran pun tidak berani menunda-nunda lagi. Setelah wanita itu menyelesaikan sarapan dengan cepat, Ji Jinchuan menutup koran dan bangkit berdiri. Sementara Bibi Wu datang untuk menyerahkan jas dan mantelnya. Dia mengambilnya dan memakainya. Setelah itu, dia berjalan cepat keluar dari ruang tamu dengan Chen Youran yang mengikutinya dari belakang.     

Saat sudah duduk di dalam mobil, Chen Youran meremas pelipisnya. Sementara Ji Jichuan menutup matanya dan tetap diam di sepanjang jalan. Ketika sudah mendekati sampai di perusahaan, Chen Youran berkata, "Berhenti di persimpangan jalan depan saja."     

Ji Jinchuan membuka matanya, sorot matanya yang gelap dan dingin tampak terlalu tajam. Sopir yang mengemudikan mobil memandangnya melalui kaca spion. Dia pun sedikit menganggukkan kepala. Melihat hal itu, sang sopir melambatkan laju mobil dan berhenti di pinggir jalan setelah melewati perempatan.     

Chen Youran pun keluar dari mobil itu. Kemudian, Ji Jinchuan menyerahkan ponsel yang dia tinggalkan di mobil tadi malam. Pria itu lalu mengingatkannya bahwa hanya ada waktu enam menit lagi yang tersisa sebelum waktu bekerja. Dia lalu mengambil alih ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian, dia tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih.     

Ji Jinchuan hanya mengerutkan bibirnya dan menaikkan kaca jendela. Lalu, Maybach hitam itu pun berjalan menjauh.     

Chen Youran berjalan cepat menuju ke perusahaan Grup Zhongsheng. Karena berjalan terlalu cepat, dia sama sekali tidak memperhatikan langkah kakinya, sehingga sepatu hak tinggi yang dikenakannya tersangkut di celah selokan dan dia tidak bisa menariknya keluar. Ini benar-benar arti sebenarnya dari peribahasa jika turun hujan, maka ada penderitaan, batinnya.     

Jika bukan karena takut dilihat oleh rekan kerjanya, mana mungkin Chen Youran begitu bodoh sehingga lebih memilih berjalan dan turun dari mobil Ji Jinchuan yang akan mengantarnya ke perusahaan dengan terburu-buru. Dia pun segera melepas sepatunya, kemudian berjongkok dan menggoyangkan sepatunya ke kanan serta ke kiri. Dia mencoba menarik bagian tumit sepatunya agar bisa keluar dari celah selokan. Hal itu membuat bagian tumit sepatunya menjadi sedikit longgar. Dan jika dia menggunakan sepatu itu untuk berjalan cepat dalam jarak yang cukup jauh, dia pasti akan kesleo. Akhirnya, dia harus rela untuk melepas sepatunya yang satu lagi dan menenteng keduanya dengan tangan. Dia pun berlari menuju perusahaan. Setelah tiba di depan gedung perusahaan, dia memakai kembali sepatunya. Kemudian, dia berjalan memasuki gedung perusahaan.     

Ketika ada waktu luang saat bekerja, Chen Youran bertanya kepada Feng Yi, apakah kepala sekretaris itu menelepon rumah Keluarga Chen atau tidak. Sehingga ketika Tang Huiru bertanya sesuatu nanti ketika dia pulang ke rumah, dia tidak akan menjawab sesuatu hal yang salah.     

Feng Yi mendorong kacamata hingga ke pangkal hidungnya dan berkata, "Nyonya Chen yang mengangkat telepon. Aku mengatakan bahwa ada masalah dalam proyek kerja sama dan semua karyawan perusahaan harus bekerja lembur. Jadi, kamu pulang terlalu malam dan kamu akan menginap di rumahku."     

Pada saat terakhir, Feng Yi menambahkan, "Jangan khawatir, Nyonya Chen tidak curiga."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.