Aku Menunggumu Hingga Akhir (6)
Aku Menunggumu Hingga Akhir (6)
Chen Youran adalah orang yang telah Ji Jinchuan rindukan selama bertahun-tahun. Saat ini, seperti ada suara yang seolah terus menggema di benaknya. Dia menginginkannya! Dia bersikeras padaku untuk melakukannya!
Ji Jinchuan kembali menekannya lagi. Dia mencium dahi, mata, bibir, dan leher Chen Youran, hingga ke bawah. Ciumannya penuh dengan perasaan cinta yang dalam. Merasa bahwa orang di bawahnya mulai lemah tak berdaya, dia melepaskan ikat pinggangnya.
Ketika mereka selesai melakukannya, sudah hampir tengah malam. Chen Youran tertidur karena kelelahan, sementara Ji Jinchuan pergi ke kamar mandi dengan tubuh telanjang. Dia mengisi air di dalam bak mandi lalu kembali ke kamar dan membawa Chen Youran ke kamar mandi.
Ji Jinchuan memasukkan tubuh Chen Youran ke dalam bak mandi. Tubuhnya yang seputih salju dipenuhi dengan jejak ciuman. Setelah memandikannya, dia mengeringkan air di tubuh wanita itu dan membawanya kembali ke kamar untuk dibaringkan.
Mengingat bahwa Chen Youran merintih seperti kesakitan beberapa kali tadi, Ji Jinchuan memeriksa tubuh bagian bawahnya. Ternyata, dia menemukan bahwa itu sedikit merah dan bengkak. Dia diam-diam menyesali dan merasa bahwa dia telah menyakiti wanita ini. Setelah bertahun-tahun menahan hasratnya, dia pun sangat aktif saat ini. Jadi, dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Ji Jinchuan pergi ke kamar mandi untuk mengambil handuk dan membungkus tubuhnya sendiri. Kemudian, dia turun untuk mengambil obat luka. Dia kembali ke kamar untuk mengoleskannya pada bagian bawah tubuh wanita itu. Kemudian, dia pergi ke kamar mandi lagi untuk membersihkan dirinya.
Setelah keluar, Ji Jinchuan naik ke tempat tidur dan berbaring. Dia memeluk wanita yang ada di sampingnya, mencium keningnya, dan juga mencium aroma tubuhnya. Dia menutup matanya dengan perasaan sangat bahagia, dan perlahan-lahan dia akhirnya tertidur.
***
Ketika bangun keesokan harinya, Chen Youran membuka matanya dan melihat dada kuat pria yang ada di sampingnya. Dia berkedip dan terdiam sejenak. Rasa kantuknya perlahan menghilang. Situasi tadi malam seperti adegan film yang diputar ulang di benaknya.
Keduanya terjerat seperti tanaman merambat. Ji Jinchan seolah tidak pernah puas. Chen Youran memeluknya erat-erat dan menahan kesakitan atas dorongan tubuh bagian bawah pria itu yang terus-menerus seperti tidak akan berhenti. Suara lembut dan berat pria itu seperti menuangkan semua perasaannya. Pria itu memanggil namanya lagi dan lagi.
Pikiran Chen Youran berangsur-angsur kembali. Matanya bergerak ke atas dan jatuh ke rahang kokoh pria di sampingnya. Dia memperhatikan wajahnya ketika tidur.
Setelah menatapnya sejenak, Chen Youran menyingkirkan tangan pria itu di pinggangnya, mengangkat selimut, dan turun dari tempat tidur. Begitu kedua kakinya menyentuh lantai, dia hampir berlutut karena lemas. Untungnya, dia memegang sisi tempat tidur tepat waktu. Seluruh tubuhnya terasa sakit seperti ketika ditabrak mobil pada waktu itu.
Chen Youran mengambil waktu sejenak untuk menggerakkan kakinya. Setelah itu, dia pergi untuk membuka lemari pakaian dan mengenakan jubah mandi. Dia lalu mengambil pakaian dua orang yang berserakan di lantai dan melemparkannya ke keranjang cucian di kamar mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi, Chen Youran mengambil ponselnya di meja samping tempat tidur untuk melihat waktu. Saat ini masih pagi. Sudut matanya lalu secara tidak sengaja melihat plester di meja. Dia mengambilnya dan memperhatikannya. Ketika dia melihat kegunaannya, pipinya sedikit panas. Dia menoleh untuk melihat pria yang berbaring di tempat tidur dengan ekspresi lembut.
Chen Youran meletakkan plester itu dan pergi mandi. Setelah beberapa saat, dia keluar dari kamar mandi. Dia berganti pakaian dan turun ke lantai bawah.
Para pelayan juga baru saja bangun. Bibi Wu dan pelayan lainnya sedang membersihkan ruang tamu saat ini. Ketika melihatnya, mereka membungkuk dan menyapa, "Nona Chen…"
Chen Youran mengangguk pelan dan memasuki dapur. Pelayan yang bertanggung jawab atas makanan sedang membuat sarapan. Chen Youran pun berkata padanya, "Pergilah, biar aku saja yang melakukannya."
Pelayan itu merasa sedikit sungkan. Dia berpikir bukan hal baik jika membiarkan Chen Youran untuk melakukannya, tetapi dia tidak berani melanggar perintah. Chen Youran melihatnya berdiri diam dan berkata pelan, "Apa kamu khawatir aku tidak bisa melakukannya dengan baik?"
Pelayan itu ragu-ragu dan berkata, "Bukan begitu, Anda adalah tamu. Bagaimana mungkin saya bisa membiarkan tamu…"
Sebelum selesai berbicara, pelayan itu diinterupsi oleh Bibi Wu yang berdiri di pintu dapur, "Apa yang dikatakan Nona Chen, itulah yang harus dilakukan."
"Baik…" jawab pelayan itu, kemudian keluar dari dapur.