Cepat atau Lambat, Dia akan Tahu (1)
Cepat atau Lambat, Dia akan Tahu (1)
Senyum Xie Suling masih sangat merekah lalu dia berkata, "Kenapa kamu pergi? Bukannya aku memintamu untuk menggantikanku?"
"Aku tidak terlalu tertarik untuk bermain kartu saat ini." Ji Shaoheng berkata dengan malas. Ketiga wanita paruh baya yang lain hanya mengobrol tentang pakaian dan anak sambil bermain kartu. Mereka juga membandingkan merek tas dan jumlah perhiasan yang mereka kenakan. Dia merasa sangat bosan mendengarkan itu semua.
Xia Suling menepuk tangan Su Ning dan berkata, "Pergilah dan gantikan bibi dulu."
"Baik…" Su Ning mengangguk dan bangkit berdiri. Saat melewati Ji Shaoheng, dia tersenyum manis padanya dan menyapanya, "Tuan Muda Kedua…"
Ji Shaoheng ikut melengkungkan bibirnya dan tersenyum, "Nona Su, kalau kamu ingin mendapatkan kakakku, aku khawatir kamu harus menahan emosi dan sakit hati setiap saat."
Su Ning mengenali makna dalam kata-kata Ji Shaoheng. Namun, dia masih tetap tersenyum dan berkata, "Bagaimana aku bisa tahu kalau aku tidak mencobanya?"
Ji Shaoheng mengangkat alisnya dan melihat bahwa wanita itu telah mengambil keputusan. Su Ning berjalan melewati Ji Shaoheng dan melangkah menuju ke ruang bermain.
Dengan satu tangan di saku celananya, Ji Shaoheng mendekat dan duduk di sofa. Dia berkata, "Aku pikir ibu telah membawanya ke Biro Urusan Sipil."
Wajah Xie Suling masih penuh dengan senyum. Mendengar kata-kata anak keduanya, dia memulihkan sikap keanggunan dan martabatnya seperti biasa, "Aku melakukan ini untuk kakakmu dan Nuo Bao."
"Selama bertahun-tahun, hubungan ibu dengan kakak sangat kaku. Itu karena ibu selalu pandai melakukan sesuatu tanpa memikirkan hati dan perasaannya." Ji Shaoheng bersandar dengan malas di sofa, tetapi nadanya sangat serius.
Xie Suling membeku sesaat dan ekspresi wajahnya sedikit tidak wajar. Dia pun berkata, "Kali ini, kita tidak bisa membiarkan emosinya menguasainya. Nuo Bao tidak bisa menunggu terlalu lama."
Ji Shaoheng meletakkan lengan kanannya di sandaran tangan sofa. Dia membungkuk dan meringkuk untuk menopang kepalanya, "Ngomong-ngomong tentang Nona Su… Kakak tidak akan pernah menyukainya."
"Kenapa?" tanya Xie Suling.
"Karena dia hanya memiliki Chen Youran di hatinya. Aku khawatir ibu akan melakukan hal yang sia-sia kali ini. Dan kakak tidak akan pernah berterima kasih atas usaha yang ibu Lakukan."
Xie Suling mengerutkan bibirnya dan mengulangi apa yang baru saja dikatakan Su Ning, "Bagaimana kita bisa tahu kalau kita tidak mencoba?"
Ji Shaoheng melihat bahwa ibunya tidak akan mau mendengarkannya. Jadi, dia tidak repot-repot berbicara dengannya. Dia pun bangkit lalu berjalan pergi.
Xie Suling bertanya, "Kamu mau ke mana?"
"Rumah sakit." Ji Shaoheng mengguncang kunci mobil di tangannya dan berjalan keluar tanpa melihat ke belakang.
***
Setelah meninggalkan kediaman utama Keluarga Ji, Ji Jinchuan pergi ke rumah sakit. Ji Yangkun ada di kamar pasien bersama Ji Nuo. Dia mengajari Ji Nuo cara membuat bangau dari kertas. Si kecil pun tampak memerhatikannya dengan sangat serius.
"Hebat, Nuo Bao benar-benar pintar," puji Ji Yangkun sembari mengacungkan jempol.
Melihat Ji Jinchuan masuk, Ji Nuo menunjukkan bangau kertas yang sudah jadi, "Ayah, bagaimana dengan harus kertas lipat buatanku?"
Ji Jinchuan meliriknya. Itu tidak jelek dan juga tidak terlalu bagus, tetapi masih bisa dilihat bentuknya. Dia pun memberikan komentar yang relevan, "Tidak buruk…"
Wajah kecil Ji Nuo dipenuhi dengan kegembiraan, "Aku akan melipat beberapa lagi dan memilih yang terbaik untuk diberikan ke Ranran."
Wajah Ji Yangkun seketika berubah saat mendengar ucapan cucunya. Belakangan ini, dia dan Xie Suling dapat melihat bahwa Ji Nuo menyukai Chen Youran dan melekat padanya. Kalau hal itu berlanjut, bagaimana bisa hubungan mereka akan berakhir? Batinnya.
Mulut Ji Jinchuan dipenuhi dengan senyuman. Meskipun sangat ringan, tetapi dapat dilihat bahwa ekspresi wajahnya lebih lembut dari biasanya. Dia menyentuh kepala botak Ji Nuo dan berkata, "Dia pasti menyukainya kalau kamu memberikannya padanya."
Ji Nuo melipat dengan gembira dan sangat serius. Sementara itu, Ji Jinchuan melirik Ji Yangkun, yang ekspresi wajahnya tidak senang. Dia berkata dengan lemah, "Jangan memasang ekspresi yang memperlihatkan seolah langit akan runtuh."