Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Memiliki Anak Lagi (7)



Memiliki Anak Lagi (7)

1Melihat ekspresi Xie Suling tampak berubah, Ji Wenqing pun menoleh ke belakang. Dia seketika ikut membeku. Pintu kamar pasien terbuka, Ji Nuo yang mengenakan setelan pasien berdiri di sana. Tubuh kecilnya sangat kurus seolah dia hampir tidak punya daging. Tidak ada senyum di wajahnya yang menggemaskan itu saat ini.     

"Nuo Bao…" Xie Suling melangkah maju dengan cepat.     

Ji Nuo tiba-tiba berbalik masuk ke dalam kamar. Dia berlari ke tempat tidur pasien, naik ke atasnya, dan membungkus dirinya dengan selimut. Melihat reaksinya, Xie Suling dan Ji Wenqing tahu bahwa Ji Nuo telah mendengar apa yang baru saja mereka katakan. Sebagai anak yang masih berusia 6 tahun, entah bagaimana Ji Nuo bisa menerima hal itu.     

Kedua orang itu memasuki kamar dan berdiri di samping tempat tidur pasien memandangi tonjolan kecil itu. Mereka saling berpandangan sejenak, lalu Xie Suling duduk di kursi samping tempat tidur, menarik selimut, dan berkata dengan suara hangat, "Nuo Bao, jangan bersedih… Ayo cepat keluar…"     

Ji Nuo menarik kembali selimut itu dan tidak mengatakan apa-apa. Xie Suling kembali berkata, "Nuo Bao, nenek akan merasa tertekan kalau melihat kamu sedih seperti ini."     

Setelah menunggu beberapa detik, Ji Nuo masih tidak merespons. Tonjolan kecil itu sama sekali tidak bergerak. Xie Suling menatap Ji Wenqing dan memberi isyarat padanya untuk mencoba membujuk Ji Nuo. Ji Wenqing pun berkata dengan suara yang lembut, "Nuonuo, maukah kamu keluar dan bermain-main denganku?"     

Tidak peduli berapa banyak mereka membujuknya, Ji Nuo tetap diam. Jika dia tidak bergerak sesekali, keduanya akan mengira bahwa dia telah mencekik dirinya sendiri di dalam.     

Saat ini, Ji Jinchuan kembali ke kamar pasien setelah selesai bertelepon. Dia melihat Xie Suling dan Ji Wenqing berdiri di samping tempat tidur pasien dan dengan lembut membujuk selimut yang menonjol secara bergantian.     

"Ada masalah apa?" tanya Ji Jinchuan dengan pelan.     

Ji Wenqing menghela napas berat dan menjawab, "Baru saja, Nuonuo mendengar aku berbicara dengan kakak ipar. Dia sudah mengetahui penyakitnya."     

Wajah Ji Jinchuan sedikit berubah. Dia melihat ke tempat tidur pasien dan terdiam sejenak. Alih-alih membujuknya dengan sabar seperti Xie Suling dan Ji Wenqing, dia langsung membuka selimut itu.      

Ji Nuo membalikkan tubuhnya membelakangi mereka semua dan membenamkan kepalanya di seprai. Dia berkata dengan marah, "Kalian semua menipuku. Aku tidak akan pernah mau melihat kalian lagi. Kalian semua pergi!!"     

"Nuo Bao, kami juga melakukan itu untuk kebaikanmu sendiri. Nenek tidak bermaksud membohongimu." Xie Suling membujuknya dengan lembut.     

"Pergi! Kalian semua pergi. Kamu bukan nenekku. Aku tidak mau punya nenek pembohong…"     

Mendengar ini, hati Xie Suling seketika hancur, "Nuo Bao, nenek tahu kalau sudah berbuah salah."     

Ji Jinchuan sedikit mengernyitkan alisnya dan berkata dengan dingin, "Ji Nuo, bagaimana kamu bisa berbicara seperti kepada nenekmu sendiri?"     

"Jangan menakut-nakuti dia… Itu salah kita karena sudah membohonginya. Tidak bisakah kamu berbicara dengan lembut?" sahut Xie Suling sambil memelototi Ji Jinchuan.     

Ji Jinchuan merasa sedikit kesal. Xie Suling terlalu berlebihan untuk mencintai cucunya, sehingga selalu memanjakannya.     

"Ayah juga pergi!" Suara marah Ji Nuo terdengar sedikit arogan. "Aku sedih melihatmu yang selalu sendirian, jadi aku memberikan Ranran padamu. Aku tidak menyangka kamu akan memperlakukanku seperti ini!"     

Ji Jinchuan mengulurkan tangan untuk menyentuh Ji Nuo. Namun, Xie Suling menghentikannya dengan berkata, "Dia masih marah, jangan main-main..."     

Ji Jinchuan tidak setuju dengan Xie Suling yang selalu memanjakan Ji Nuo. Dia mengerutkan kening dan meletakkan tangannya di pinggang putranya, "Ji Nuo, kalau kamu membuat masalah lagi, ayah akan membuang semua mainanmu!"     

Baru-baru ini, Ji Nuo berteriak-teriak dan meminta untuk pulang. Ji Shaoheng pun berinisiatif membelikannya banyak mainan untuk menenangkannya. Ji Nuo menganggap semua mainan itu sebagai harta yang berharga.     

Ucapan Ji Jinchuan ternyata benar-benar berhasil. Ji Nuo mengangkat kepalanya, mengepalkan tangannya, dan menatap mereka dengan marah. Detik berikutnya, dia menyadari bahwa dia telah tertipu oleh ayahnya itu.     

"Apa kamu merasa sangat kesal?" tanya Xie Suling dengan sedih sambil mengelus wajah Ji Nuo.     

Ji Nuo memalingkan wajahnya dan mengabaikan apa pun yang dikatakan oleh Xie Suling.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.