Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Aku Ingin Pulang (1)



Aku Ingin Pulang (1)

2Mata Chen Youran sedikit perih. Bibir yang pucat bergetar, tetapi tenggorokannya tercekat dan dia bisa tidak mengatakan apa-apa. Pada awalnya, dia bisa menahannya, tetapi perlahan matanya berubah menjadi merah.     

Melihat Chen Youran tidak berbicara, Ji Nuo bertanya, "Ranran ada apa denganmu?"     

Chen Youran dengan cepat menyesuaikan suasana hatinya dan berbalik untuk mengalihkan pandangan. Ekspresi wajahnya lebih buruk dibandingkan saat dia menangis. Dia membalas, "Aku hanya senang mendengarnya…"     

"Benarkah?" Mata Ji Nuo berbinar.     

Chen Youran menganggukkan kepalanya, lalu meletakkan gelas ke atas meja dan mengelus kepala Ji Nuo. Dia berkata dengan suara yang tercekat dan serak, "Kalau kamu sudah dewasa, kamu bisa membiayai hidupku saat kamu punya uang. Jadi, kamu harus tumbuh dengan sehat."     

Ji Nuo tidak mengerti arti kalimat terakhir Chen Youran. Wajahnya bersemangat, tetapi dia berpikir bahwa dia membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh dewasa, jadi kegembiraan pada wajah kecilnya runtuh lagi. Dia meraih selimut putih dan menatap Chen youran dengan sedih, "Haruskah aku tumbuh dewasa dulu untuk melakukan itu?"     

"Tentu saja…" kata Chen Youran yang berusaha menurunkan tekanan kabut di bagian bawah matanya.     

Ji Nuo meremas-remas jarinya dan mulutnya yang kecil mengerut. Dengan enggan, dia menjawab, "Oke…"     

"Nuonuo pintar." Chen Youran mendekat ke arah Ji Nuo, lalu memeluk dan mencium puncak kepalanya. Kabut air mengaburkan pandangan matanya lagi.     

"Ranran, aku suka ketika kamu memelukku seperti ini," balas Ji Nuo sambil mengusap lengan Chen Youran. Pelukan itu sangat hangat dan memiliki perasaan yang tak terkatakan.     

"Benarkah begitu?" Chen Youran mengucapkan dua kata itu dengan susah payah. Ketika melihat Ji Nuo menganggukkan kepalanya, dia berkata dengan suara rendah lagi, "Kalau begitu, aku akan memelukmu seperti ini lebih sering di masa depan."     

"Ranran, kamu sangat baik." Si kecil pun menjadi sangat senang.     

Ji Jinchuan memandang ibu dan anak yang tampak harmonis, dia merasakan perasaan tidak nyaman di dalam hatinya. Dia pergi ke balkon kamar itu, mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Dia mengambil dua isapan berturut-turut.      

Namun, Ji Jinchuan merokok terlalu cepat, sehingga lingkaran asap memenuhi paru-parunya, dia pun terbatuk hingga membungkukkan tubuh. Mungkin karena batuknya terlalu keras, lubang jantung Ji Jinchuan terasa sakit, seperti seseorang yang sedang kejang-kejang, mengencang sedikit demi sedikit dan memengaruhi seluruh organ dalamnya.     

Setelah terbatuk selama beberapa saat, Ji Jinchuan memperlambat isapan rokoknya. Rokok di tangannya sudah terbakar lebih dari setengah batang, sehingga menumpuk sepotong abu yang hampir jatuh ke lantai. Dengan menggerakkan salah satu jarinya, abu rokok itu jatuh ke lantai. Dia mengapit rokok itu di mulutnya dan mengisapnya lagi. Ujung rokok yang gelap kembali menyala. Asap putih keluar dari bibir dan hidungnya yang tipis, lalu mengelilingi matanya yang indah.     

Setelah menghabiskan rokok setengah batang lagi, Ji Jinchuan kembali ke kamar pasien dan melihat Ji Nuo berbaring di pelukan Chen Youran. Chen Youran sedang menceritakan kepadanya kisah tentang serigala, sementara si kecil mendengarkan dengan penuh minat.     

Di kamar pasien yang tenang, hanya suara lembut wanita itu yang terdengar, mengalir bersama udara. Ji Jinchuan duduk di kursi dan menatap pasangan ibu serta anak itu. Ketika mendengarkan suara lembut Chen Youran, sifat lekas marah dalam dirinya berangsur-angsur menjadi tenang.     

Setelah sebuah cerita selesai diceritakan, namun Ji Nuo masih merasa tidak puas, dia pun berkata, "Ranran, ceritakan yang lain."     

"Oke," tutur Chen Youran.     

Ji Nuo sudah mendengar cerita itu berkali-kali ketika masih kecil, tetapi kali ini diceritakan oleh suara lembut dan halus Chen Youran, dia merasa seolah ada sihir menyelimutinya. Bahkan Ji Jinchuan pun juga mendengarkan dengan saksama. Setelah mendengarkan selama beberapa menit, Ji Jichuan teringat bahwa mereka belum makan siang, jadi dia turun untuk membeli makanan.     

Ji Nuo kemudian tertidur setelah beberapa saat. Chen Youran dengan lembut mengangkat kepala si kecil untuk menarik lengannya dan turun dari tempat tidur pasien. Dia kemudian mengambil rokok serta korek api Ji Jinchuan di atas meja dan berjalan ke balkon.     

Beberapa saat kemudian, Ji Jinchuan membuka pintu kamar pasien dan tidak melihat Chen Youran. Jejak keterkejutan melintas di benaknya. Dia berjalan dan meletakkan barang-barang di tangannya di atas meja. Sudut matanya melihat sekilas tas Chen Youran yang masih ada di sofa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.