Pasangan Suami Istri Simbolis (3)
Pasangan Suami Istri Simbolis (3)
"Ranran, kamu tidak berani memberi tahu suamimu kalau aku ada di rumahmu karena takut dia akan pulang dan menemukan kalau kamu berselingkuh?"
"..." Chen Youran tercengang dan alisnya tiba-tiba melonjak. "Nuo Bao, kamu hanyalah seorang anak kecil dan kamu tidak dapat didakwa dengan perselingkuhan."
"Ranran, aku ini laki-laki, bukan anak-anak." Ji Nuo mengernyitkan keningnya.
Chen Youran memutuskan untuk memperbaiki kesalahannya, jadi dia berkata, "Kamu hanya anak laki-laki sekarang, bukan laki-laki dewasa."
Chen Youran benar-benar tidak mengerti dari mana pikiran Ji Nuo berasal. Mungkin hal ini juga diajarkan paman keduanya. Setelah masa-masa ini, dia dengan kasar memutuskan bahwa paman kedua Nuo Bao mendidik anak-anak dengan pemikiran orang dewasa. Entah bagaimana ayah Nuo Bao bisa percaya menitipkan anaknya pada paman kedua itu.
"Kamu bisa menonton televisi di rumah dan aku akan membeli sayuran," tutur Chen Youran. Dia melihat jam, rupanya sudah pukul 4 sore. Setelah memikirkannya, dia berkata, "Apa kamu bisa sendirian di rumah?"
"Jangan khawatir, aku akan menunggumu di rumah." Ji Nuo menunjukkan senyum manis dan cerdas.
Chen Youran menyalakan televisi untuknya, meletakkan remote control di tangannya, mengambil kunci, dan berjalan keluar dari pintu. Tidak lama setelah Chen Youran pergi, ada suara ketukan di pintu. Ji Nuo mengira Chen Youran telah melupakan sesuatu dan berlari untuk membuka pintu dengan gembira. Namun, ketika dia membuka pintu dan melihat seorang pria berdiri di luar, dia tercengang.
"Paman Kedua…"
Ji Shaoheng berjalan melewati Ji Nuo dengan santai menuju ruang tamu dan memperhatikan sekeliling. Ji Nuo mengikutinya dan bertanya dengan hati-hati, "Paman Kedua, kenapa kamu ada di sini?"
Ji Shaoheng menyapu sepasang gelas di atas meja. Mata setajam elangnya sedikit menyipit. Dia berkata, "Gurumu meneleponku dan berkata kamu dijemput oleh seorang wanita."
Kepala Ji Nuo menoleh ke belakang dan melihat kembali pada Ji Shaoheng. Dia bertanya, "Bagaimana kamu tahu aku di sini?"
"Kalau aku tidak waspada tahun-tahun ini, kamu akan diculik oleh orang lain," jawab Ji Shaoheng.
Setelah itu, Ji Shaoheng berjalan mendekat dan membuka kamar di sebelah kiri. Kamar itu didekorasi dengan suasana kehangatan. Ada beberapa botol produk perawatan kulit di meja rias dan seprai tempat tidurnya berwarna ungu muda. Dia merasakan sesuatu yang hilang dan memikirkannya, seolah-olah kamar itu kekurangan sesuatu dari seorang pria.
Ji Shaoheng kemudian pergi ke kanan dan membuka kamar tamu, yang didekorasi dengan perlengkapan pria. Untuk lebih meyakinkan pikirannya, dia pergi membuka lemari pakaian. Di dalam lemari itu penuh dengan pakaian pria. Dia pun kembali ke kamar tadi dan membuka lemari pakaian juga. Lemari itu penuh dengan pakaian wanita.
Ji Nuo melihat Ji Shaoheng yang berjalan mondar-mandir di antara dua kamar. Dengan kaki pendek, dia mengikutinya di belakangnya dan mulut kecilnya berkata, "Paman Kedua, bagaimana kamu bisa dengan santai memasuki kamar orang lain? Kalau Ranran tahu, dia tidak akan senang."
Ji Shaoheng sedang memikirkan hal lain dan tidak mendengarkan apa yang dikatakan keponakannya itu sama sekali. Ada kegembiraan dan keraguan yang bercampur di hatinya. Chen Youran dan Lin Mo'an sudah menikah, tetapi mereka tidak tinggal di kamar yang sama, yang berarti mereka hanyalah pasangan suami istri simbolis. Namun, dia bertanya-tanya dalam hati mengapa mereka melakukan ini.
Melihat Ji Shaoheng tidak berbicara untuk waktu yang lama, Ji Nuo memanggil, "Paman Kedua…"
Setelah beberapa panggilan tanpa jawaban, Ji Nuo menarik celananya. Ji Shaoheng pun menatap kepala kecil itu dan bertanya, "Ada apa?"
"Cepat pergi… Ranran bisa saja akan segera kembali." Ji Nuo berkata dengan cara yang halus.
Ji Shaoheng menutup lemari pakaian tersebut sambil berkata, "Apa hubungannya dia kembali dengan aku pergi atau tidak?"
"Ketika dia melihatmu dan dia menyukaimu, dia tidak akan menyukaiku. Aku akan sangat sedih…" Ji Nuo mengatupkan mulut kecilnya. Terdapat ekspresi khawatir di wajahnya itu. "Kamu sudah setuju untuk tidak merampasnya dariku."