Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Dia Sangat Penting di Dalam Hatimu (6)



Dia Sangat Penting di Dalam Hatimu (6)

2Grup Zhongsheng mengadakan rapat anggota dewan yang intens, yang ditujukan untuk membicarakan dampak negatif dan kerugian yang disebabkan oleh kegagalan konferensi pers kemarin. Sejak kemarin hingga sekarang, pasar saham perusahaan telah jatuh dan kehilangan lebih dari 20 miliar. Pertemuan telah berlangsung selama dua jam, suasana menjadi berat dan kaku.     

"Presiden Ji, Anda menyebabkan kerugian perusahaan kali ini. Anda harus menjelaskannya kepada semua orang," kata seorang direktur.     

Di depan meja konferensi yang berbentuk oval, Ji Jinchuan yang mengenakan setelan jas dan sepatu, masih menunjukkan wajah dingin miliknya. Dia lalu berkata dengan lemah, "Apa yang harus saya jelaskan?"     

"27,1 miliar bukan jumlah yang kecil. Uang ini dapat digunakan untuk berinvestasi di dua proyek besar. Menurut peraturan perusahaan, kalau proyek besar tersebut gagal, manajer proyek yang bertanggung jawab akan secara otomatis mengajukan pengunduran dirinya," ujar direktur lain.     

Ji Jinchuan melirik mereka dengan samar. Tujuan orang-orang ini sangat jelas dan sudah diduga olehnya. Semua direktur memandangnya dan menunggu dia membuat pernyataan. Ji Jinchuan bangkit perlahan dan keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun, lalu Xiao Cheng mengikutinya. Ada keributan di ruang pertemuan itu. Entah apa yang dimaksud Ji Jinchuan ketika dia tiba-tiba pergi dari sana.     

Setelah kembali ke kantor presiden, Ji Jinchuan duduk di belakang mejanya dan menggosok sudut matanya yang lelah. Dia lalu bertanya, "Apa semuanya sudah siap?"     

Xiao Cheng menyerahkan dokumen di tangannya dan bertanya dengan ragu, "Presiden Ji, apa Anda benar-benar ingin melakukan ini?"     

"Seperti yang kamu lihat barusan, rubah-rubah tua itu sedang menantikannya." Wajah Ji Jinchuan tampak cerah, namun matanya tampak dalam dan gelap. "Membunuh dua burung dengan satu batu, tidak ada yang salah dengan itu."     

***     

Ji Shaoheng akhirnya bangun dari tidurnya pada sore hari. Dia membuka matanya dan melihat kamar tidurnya. Dia tahu bahwa dirinya sudah pulang.     

Xie Suling, yang menjaga di samping tempat tidur, melihatnya bangun dan berkata dengan bersemangat serta tidak jelas, "Shaoheng, apa kamu sudah bangun? Apa ada sesuatu yang tidak nyaman? Apa kamu lapar? Apa kamu haus?"     

Ji Shaoheng memiringkan kepalanya dan melihat wajah bahagia Xie suling. Dia lalu bangkit duduk dengan perlahan. Demamnya baru saja mereda, jadi dia masih sedikit lemah. Xie Suling pun mengambil bantal dan menaruhnya di bagian belakang tubuh Ji Shaoheng. Dia kemudian menuangkan segelas air untuknya.     

Ji Shaoheng mengambil alis gelas itu dan meminum sebagian besar air di dalamnya. Setelah itu, dia bertanya, "Di mana Chen Youran?"     

"Bagaimana Ibu tahu di mana dia?" jawab Xie Suling. Senyum di wajahnya seketika memudar.     

Ji Shaoheng mendengar nada dingin dalam suara ibunya dan menebak bahwa itu terkait dengan konferensi pers kemarin. Dia pun menjelaskan, "Kemarin itu bukan kesalahannya. Aku yang menghentikannya dalam perjalanan menuju ke konferensi pers. Kemudian, kita kami diculik oleh Xue Ling dan dibawa ke tempat lain."     

Mendengar hal itu, Xie Suling tertegun. Dengan sentuhan kesedihan di wajahnya, dia berkata, "Apa yang sudah kamu lakukan adalah menempatkan kakakmu…"     

Xie Suling menghela napas berat. Tanpa kata-kata lebih lanjut, dia keluar dan menghubungi Bibi Zhao. Setelah beberapa saat, Bibi Zhao datang dengan membawa semangkuk bubur. Bibi Zhao menyerahkan mangkuk itu kepada Ji Shaoheng, yang langsung mengambil dan memakannya.     

"Nyonya, Anda belum memejamkan mata sejak tadi malam. Beristirahatlah… Saya akan menjaga Tuan Muda Kedua." Bibi Zhao berkata kepada Xie Suling.     

Namun, Xie Suling menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Aku baik-baik saja."     

Ji Shaoheng menghentikan gerakan makannya sejenak. Dia memandang Xie Suling dan memikirkan kata-kata Chen Youran sebelumnya kepadanya. Kemudian, dia berkata dengan canggung, "Apa ibu mengawasiku sepanjang malam di sini?"     

Xie Suling menunjukkan senyum tipis, "Kamu dibawa pulang tadi malam dengan suhu tubuhmu yang sangat tinggi, mencapai hingga 39 derajat. Ditambah penyakit kakimu yang kambuh. Mana mungkin ibu bisa tidur?"     

Mendengar perkataan itu, jakun Ji Shaoheng berguling. Bubur yang dimakannya sejak tadi tiba-tiba seolah tidak memiliki rasa. Dia tidak bisa makan lagi. Melihat ada yang salah dengan suasana hati anak keduanya, Xie Suling bertanya, "Ada apa?"     

Ji Shaoheng tidak menjawab pertanyaan ibunya. Jantungnya terasa tersumbat. Dia menelan paksa bubur di mulutnya secara perlahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.