Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Jika Dia Tidak Datang, Kamu Jangan Panik (3)



Jika Dia Tidak Datang, Kamu Jangan Panik (3)

3Ji Shaoheng dengan lembut mengguncang gelas anggur di tangannya. Dia mengangkat jari telunjuknya dan meletakkannya di bibirnya, "Tetaplah diam, aku…"     

Sebelum selesai berbicara, Ji Shaoheng tiba-tiba pingsan dan tubuhnya jatuh. Gelas anggur di tangannya pun jatuh ke lantai dalam sekejap, sehingga membuat suara pecahan yang keras.     

"Ji Shaoheng, ada apa denganmu?" tanya Chen Youran yang menatap tubuh Ji Shaoheng yang sudah terkapar. Dia memanggilnya beberapa kali lagi, namun pria yang tergeletak di lantai tidak menanggapinya. Tepat pada saat ini, setelah suara yang cukup keras terdengar, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Pelayan yang memakai masker, yang mengantar anggur barusan, mendorong pintu dan melangkah masuk.     

Pelayan itu melepas maskernya dan menunjukkan wajahnya yang kuyu. Kemudian, dia memandang Chen Youran dan berkata, "Apa kamu ingat aku?"     

Chen Youran memandang wanita di depannya. Ekspresi wajahnya berubah dari kebingungan menjadi kaget. Dia sangat tercengang. Wanita di depannya tidak lain adalah Xue Ling, yang katanya 'sudah terbakar sampai mati'.     

"Bukannya kamu berada di rumah sakit jiwa?" tanya Chen Youran.     

Wajah Xue Ling tampak kurus dan berwarna kuning seperti lilin. Rambutnya dipotong menjadi pendek. Penampilannya tampak berbeda dari wanita yang bermartabat seperti sebelumnya. Dia tersenyum sedih, mendekati Chen Youran, lalu mengeluarkan tangan kanannya, yang sepanjang waktu diletakkan di belakangnya. Tiba-tiba, semburan asap putih keluar.     

Aroma tajam yang tercium dari ujung hidung berputar-putar. Chen Youran berangsur-angsur menjadi lumpuh. Dia perlahan menutup matanya dan jatuh di tempat tidur.     

***     

Pukul 10.50. Chen Youran belum juga datang. Para wartawan pun mulai gelisah, beberapa dari mereka juga mulai mengajukan pertanyaan.     

"Presiden Ji, apakah Nyonya Muda Ji tidak akan datang?"     

Ji Jinchuan mengelus alisnya dan sedikit mengernyit. Xiao Cheng yang mewakilinya untuk menjawab, "Waktunya belum tiba. Harap diam dan tunggu dengan sabar."     

Ji Jinchuan menatap Xiao Cheng. Xiao Cheng yang mengerti arti tatapan itu berjalan ke samping dan menghubungi Chen Youran. Ketika menelepon untuk pertama kalinya, tidak ada yang menjawab. Dia mencoba lagi menelepon untuk kedua kalinya, tetapi masih sama. Dia lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam sakunya, naik ke atas panggung. Dia mencondongkan tubuh ke telinga Ji Jinchuan dan berbisik padanya, "Presiden Ji, tidak ada yang menjawab telepon Nyonya Muda."     

Ji Jinchuan mengangkat jarinya. Xiao Cheng lalu bergeser dan berdiri berdampingan dengan Feng Yi. Feng Yi bertanya, "Ada apa?"     

"Tidak ada yang menjawab telepon. Mungkin karena Nyonya Muda sedang mengemudi," bisik Xiao Cheng.     

Pada pukul 11 tepat, Chen Youran masih belum muncul juga. Kegelisahan banyak orang membuat suasana mulai kacau. Penjaga keamanan pun menjaga ketertiban agar tidak terjadi keributan.     

"Presiden Ji, pada konferensi pers hari ini, Nyonya Muda Ji tidak muncul. Apa ada pihak ketiga di antara kalian, seperti yang dikabarkan di luar? Dan wanita itu adalah Nyonya Muda Kedua dari Keluarga Ji?"     

"Presiden Ji, saya mendengar bahwa Nyonya Muda Ji akan datang ke konferensi pers. Anda dan dia sepertinya sudah mencapai kesepakatan tertentu. Apa mungkin dia menyesalinya sekarang ini?"     

"Presiden Ji, mengapa sebelumnya Anda menceraikan Nyonya Muda Ji? Apa Anda bisa mengungkapkan alasannya?"     

Segala macam pertanyaan tajam datang bertubi-tubi. Hal itu terasa seperti penembakan bagi Ji Jinchuan. Mikrofon ditujukan padanya dan kilatan lampu kamera berwarna putih berkelap-kelip setiap detik. Xiao Cheng bergegas menelepon lagi, tetapi telepon masih belum ada yang menjawab ponsel Chen Youran.     

Mendengarkan pertanyaan rumit para wartawan, Ji Jinchuan sedikit mengernyit dan terus melihat ke pintu masuk konferensi pers. Sementara Xiao Cheng mencoba menghubungi Chen Youran kembali. Feng Yi menatapnya dan bertanya dengan cemas, "Bagaimana kabarnya?"     

"Belum ada yang menjawab." Xiao Cheng juga khawatir.     

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Feng Yi lagi.     

Pada konferensi pers hari ini, wartawan dari agensi dan surat kabar besar maupun kecil yang ada di Kota A datang. Jika Chen Youran tidak muncul, berita negatif tidak akan lagi dapat ditekan. Tidak peduli seberapa banyak pun sumber daya manusia dan keuangan yang diinvestasikan untuk menyuap.     

Xiao Cheng melangkah ke atas panggung dan menggelengkan kepalanya ke arah Ji Jinchuan. Ji Jinchuan membuka lengan bajunya dan melihat jam tangannya. Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 11.07.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.