Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Jangan Main-main Dengannya



Jangan Main-main Dengannya

2Ji Jinchuan tidak pergi ke perusahaan hari ini dan telah menunggu di rumah. Sebenarnya, dia tidak sepenuhnya yakin bahwa Chen Youran akan kembali. Dia berpikir bahwa jika wanita itu tidak datang hari ini, dia akan pergi ke Biro Urusan Sipil. Dia duduk diam dan mendengar suara sepatu hak tinggi di pintu masuk. Kemudian, dia meletakkan koran, bangkit berdiri, dan berbalik untuk melihat ke pintu.     

Chen Youran menyerahkan Ji Nuo kepada Bibi Wu dan melangkah maju pada Ji Jinchuan. Pupil gelapnya tampak agak dingin. Dia berkata dengan suara pelan, "Aku kembali."     

"Naik ke atas dan istirahatlah…" ucap Ji Jinchuan sambil menatap Chen Youran dengan tenang dan sorot mata yang dalam.     

Chen Youran menganggukkan kepalanya dan berbalik. Dia melihat Fang Yaqing berdiri di ambang tangga di lantai dua. Fang Yaqing juga menatapnya dengan ekspresi terkejut di wajahnya. Chen Youran mengumpulkan pandangan matanya dan berjalan menaiki tangga. Saat melewati Fang Yaqing, dia bahkan tidak memberinya tatapan sama sekali. Dia langsung menganggapnya sebagai orang asing.     

Keduanya berjalan saling melewati. Fang Yaqing mengepalkan tangannya di pegangan tangga. Sekarang, dia tahu mengapa Ji Jinchuan mengatakan bahwa Chen Youran akan kembali beberapa hari yang lalu. Ji Nuo ada di sini, jadi wanita itu pasti akan kembali.     

Fang Yaqing turun ke lantai bawah dan berkata kepada Ji Jinchuan, "Kakak ipar… Dia..."     

"Jangan memprovokasi dia." Ji Jinchuan berkata dengan lembut.     

"Bagaimana kalau dia yang menyulut masalah lebih dulu denganku?" Fang Yaqing tersenyum pahit.     

"Kamu mengalah saja padanya," jawab Ji Jinchuan dengan ekspresi yang datar.      

"Aku sedang hamil," balas Fang Yaqing. Bukannya seharusnya Chen Youran yang mengalah padaku? Batinnya.     

Ji Jinchuan menoleh ke samping dan menatap Fang Yaqing, dia lalu berkata, "Kalau menurutmu tidak cukup tenang untuk membesarkan anak itu di sini, aku bisa mengaturmu untuk pergi ke tempat lain."     

Napas Fang Yaqing seketika tertahan.     

***     

Chen Youran tidak kembali ke kamar tidurnya, tetapi datang ke kamar Ji Nuo. Dia menutup tirai yang terbuka, berbaring, dan pergi tidur. Ada aroma susu yang samar di selimut tipis kecil itu. Itu bau khas anaknya. Dia menghirup napas dalam-dalam. Kelelahan atas masalah yang terjadi akhir-akhir ini seolah terasa berkumpul menjadi satu pada saat ini. Dia menutup matanya dan akhirnya tertidur.     

Ji Jinchuan berencana pergi ke ruang kerja. Ketika melewati pintu kamar tidurnya, dia menghentikan sejenak langkah kakinya. Dia memutar pegangan pintu dan melihat ke dalam ruangan. Akan tetapi, tempat tidur yang lebar itu kosong. Dia lalu mendengarkan dengan seksama, namun tidak ada gerakan juga dari kamar mandi.     

Setelah itu, dia menutup pintu kamarnya. Dia pergi ke kamar bayi dan membuka pintu. Dia melihat Ji Nuo sedang tidur di ranjang kecil. Meskipun siang hari, cahayanya agak gelap karena tirai tebal yang tertutup. Chen Youran tampak meringkuk dan tidur bersama Ji Nuo. Jika dia tidak melihat dengan hati-hati, dia mengira wanita yang meringkuk itu adalah anak berusia sekitar 10 tahun.     

Ji Jinchuan memasuki kamar dan berjongkok di samping tempat tidur. Ini mungkin merupakan pukulan besar bagi Chen Youran selama akhir-akhir ini. Wanita itu bahkan mengerutkan kening ketika tertidur dan terlihat gelisah. Wanita itu tampak sangat mengantuk, dengan siluet gelap di kelopak matanya. Wajahnya pun tampak kuyu. Posisi tidur Chen Youran meringkuk ke samping, sehingga membuat kerah pakaiannya yang agak lebar terbuka dan memperlihatkan tulang selangkanya yang menonjol. Buah dadanya yang terlihat setengah bagian juga tampak menjadi sangat kurus. Dengan desahan rendah, Ji Jinchuan mematikan ponsel di atas meja, bangkit, dan meninggalkan ruangan.     

***     

Gu Jinchen masih berdiri di luar Teluk Nanhai untuk waktu yang lama sampai dia yakin bahwa Chen Youran tidak akan berubah pikiran. Kemudian, dia berjalan menuju Bentley dengan langkah kaku. Setelah meninggalkan Teluk Nanhai, Chen Shuna meneleponnya sebelum mobil melaju ke pusat kota.     

"Aku sedang dalam perjalanan ke rumahmu. Youran… Apa dia baik-baik saja?"     

"Dia kembali ke Teluk Nanhai." Gu Jinchen berkata dengan suara yang hampir bisu.     

Ada keheningan selama beberapa saat. Kemudian, Chen Shuna berkata, "Apa itu satu-satunya cara?"     

Hati Gu Jinchen terasa seperti digores oleh pisau tumpul. Memang tidak ada pendarahan, tetapi ada rasa sakit yang tidak normal yang dirasakannya. Dia berkata, "Ini adalah pilihannya…"     

"Apa tidak ada cara lain?" tanya Chen Shuna.     

Gu Jinchen terdiam. Dia tidak akan membiarkan wanita yang sangat dicintainya kembali ke Teluk Nanhai jika masih ada jalan lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.