Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Adik Ipar Lebih Penting Dibandingkan Istri



Adik Ipar Lebih Penting Dibandingkan Istri

2Satu jam kemudian, dokter dan perawat keluar dari ruang gawat darurat. Ji Jinchuan segera melangkah maju dan bertanya "Bagaimana kondisinya?"     

Operasi baru saja selesai dilakukan, dahi dokter tersebut bahkan masih basah oleh lapisan keringat halus. Dia berkata, "Pasien kehilangan terlalu banyak darah, tetapi untungnya dia dibawa ke sini tepat waktu. Kondisinya sudah tidak baik-baik saja setelah penyelamatan, tetapi luka di punggungnya mungkin meninggalkan bekas yang cukup besar."     

Ji Jinchuan menghela napas lega ketika mendengarnya. Tidak masalah jika harus meninggalkan bekas luka, selama hidupnya masih bisa diselamatkan. Beberapa perawat kemudian mendorong ranjang pasien Fang Yaqing keluar dari ruang gawat darurat dan bersiap untuk membawanya ke kamar pasien. Ji Jinchuan secara refleks ingin menggantikan perawat tersebut.      

Tiba-tiba, Ji Shaoheng tersenyum dan berkata, "Kakak, sepertinya kamu lebih peduli padanya daripada aku sebagai suaminya."     

Langkah Ji Jinchuan seketika berhenti, kemudian memperlambat langkahnya secara bertahap. Presiden Xi menggosok hidungnya yang tidak gatal dan mengalihkan pandangannya, dengan ekspresi seolah dia tidak mendengar apa-apa. Sementara itu, game yang dimainkan oleh Xu Chengyan terlalu seru, jadi dia tidak terlalu memperhatikan percakapan mereka. Ketika Chen Youran mendengar kalimat dari mulut Ji Shaoheng itu, wajahnya menjadi pucat kembali. Dia berkedip beberapa kali, menekan keasaman di sudut matanya, dan dengan cepat mengikuti mereka.     

Fang Yaqing dibawa ke kamar pasien VIP. Yan Hao pergi untuk melakukan prosedur formalitas rawat inap. Presiden Xi yang melihat bahwa keberadaannya sudah tidak ada hubungannya lagi akhirnya pergi setelah berpamitan dengan orang-orang di sana.     

Xu Chengyan yang baru saja menjawab telepon kembali ke kamar pasien. Dia lalu berkata, "Karena sudah tidak apa-apa, aku akan pergi dulu."     

"Tunggu sebentar," kata Chen Youran. Xu Chengyan pun menoleh padanya, dia berkata, "Aku akan pergi bersamamu…"     

Chen Youran menatap Ji Jinchuan, yang berdiri di ujung tempat tidur pasien sambil menatap seseorang yang terbaring lemah di atasnya. Dia pun tiba-tiba mengabaikan niatnya untuk berpamitan. Dia mengumpulkan pandangan matanya, menekan rasa ketidaknyamanannya di hatinya, berbalik dan keluar dari kamar pasien bersama Xu Chengyan. Ji Shaoheng melirik pintu kamar pasien yang tertutup, lalu menatap Ji Jinchuan. Dia mengangkat alisnya dengan penuh arti dan sudut bibirnya mengeluarkan senyum jahat.      

Pandangan Ji Jinchuan terus jatuh pada sosok yang terbaring di tempat tidur pasien, tetapi pikirannya melayang seolah keluar menembus langit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, Presiden Xi mengemudikan mobil, sementara Ji Jinchuan duduk di belakang dengan Fang Yaqing di dalam dekapannya. Fang Yaqing bertanya kepadanya, "Kalau aku… mati, apa kamu… Apa kamu akan sedih?     

Melihat wajah Fang Yaqing yang putih, seolah tidak ada darah sama sekali, Ji Jinchuan hanya bisa mengangguk dan menjawab, "Iya…"     

Mendengar jawabannya, Fang Yaqing tersenyum. Di lampu lalu lintas, Presiden Xi menginjak rem secara mendadak dan membuat tubuh Ji Jinchuan terdorong. Hal itu membuatnya menekan salah satu luka Fang Yaqing. Wanita itu pun mengeluh kesakitan hingga dahinya berkeringat dan alisnya berkerut. Setelah beberapa saat, Fang Yaqing bertanya kembali padanya, "Apa kamu masih mencintaiku?"     

Ji Jinchuan menutup bibirnya dan tetap diam. Fang Yaqing memohon kepadanya agar mau menjawab dengan nada suara yang lemah, "Aku mungkin sedang sekarat sekarang, jadi kamu boleh berbohong saja padaku, oke?"     

Namun Ji Jinchuan hanya menatap Fang Yaqing di dalam pelukannya. Tatapan mata Fang Yaqing berubah dari menunjukkan permohonan yang penuh harapan menjadi kekecewaan. Ji Jinchuan masih saja diam. Dengan mata yang sudah mengeluarkan air mata, Fang Yaqing bertanya, "Apa kamu bahkan tidak ingin membohongiku?"     

"Kamu akan baik-baik saja. Kita akan segera tiba di rumah sakit. Tunggu sebentar," kata Ji Jinchuan dengan perlahan.     

"Kalau dengan aku mati membuatmu akan selalu dapat mengingatku, maka aku lebih baik mati saja," tutur Fang Yaqing, dia menutup matanya dengan kecewa.     

Ji Shaoheng memanggilnya secara dua kali berturut-turut, namun Ji Jinchuan tidak menjawab. Dia pun mengambil dua langkah lebih dekat padanya dan menemukan bahwa tatapan mata kakaknya itu kosong. Dia mengangkat tangannya dan meletakkannya di bahu Ji Jinchuan, "Kakak…"     

Ji Jinchuan tiba-tiba mendapatkan kembali pikirannya dan menoleh pada Ji Shaoheng. Kekosongannya berangsur-angsur kembali. Dia lalu menemukan bahwa hanya ada dua orang yang tersisa di kamar pasien itu, dia pun bertanya, "Ke mana Youyou?"     

"Dia sudah pergi." Ji Shaoheng menatap Ji Jinchuan sambil tersenyum dan berkata, "Kakak ipar berada dalam keadaan buruk sebelum dia pergi. Meskipun kakak tadi mengatakan kalau sepupu tidak lebih penting dari istri, tetapi perilakumu sekarang seolah mengatakan kepada kakak ipar kalau adik ipar lebih penting dibandingkan istri."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.