Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Kenapa Tidak Pulang



Kenapa Tidak Pulang

1Di dalam kamar tidur…     

Ponsel Ji Jinchuan tiba-tiba berdering, dia pun melangkah untuk mengambilnya. Layar ponsel menunjukkan telepon tersebut berasal dari kediaman utama Keluarga Ji. Dia pun sedikit mengernyit, namun dia masih tetap mengusap layar ponsel dan menghubungkan telepon.     

Seketika terdengar suara cemas dari seberang telepon, suara itu milik pengurus rumah, "Tuan Muda, Nyonya Muda Kedua menghilang."     

Mendengar perkataan itu, alis Ji Jinchuan mengernyit lebih erat, dia berkata, "Kalau begitu, kirim seseorang untuk menemukannya. Aku bukan polisi…"     

"Nyonya Muda Kedua pergi pagi-pagi sekali dan belum kembali juga hingga sekarang. Kami sudah mencari ke tempat yang biasa didatangi olehnya, tapi tidak ada. Apa Anda tahu ke mana Nyonya Muda Kedua pergi?"     

Ji Jinchuan melirik arlojinya, sekarang sudah pukul 11 malam. Dia tiba-tiba berpikir bahwa ketika dia berada di kediaman utama Keluarga Ji pagi ini, dia melihat Fang Yaqing berpakaian berbeda dari biasanya. Dia pun menutup telepon, kemudian beralih membuka fitur kalender pada ponselnya dan melihat tanggal di atasnya. Dia sudah bisa menebak ke mana Fang Yaqing pergi. Ketika berjalan keluar dari kamar, dia mendengar suara air mengalir di kamar mandi, dia pun menghentikan langkah kakinya sejenak. Namun dia memikirkan lagi situasi Fang Yaqing saat ini, dia pun sempat ragu sejenak, lalu akhirnya membuka pintu kamar dan berjalan pergi.     

Ketika Chen Youran keluar dari kamar mandi, Ji Jinchuan sudah tidak ada di dalam kamar. Mendengar suara mobil yang datang dari halaman bawah, dia bergegas menuju jendela dan melihat ke luar, Maybach hitam milik suaminya itu tampak menghilang dari pandangannya. Ini sudah larut. Dia mau pergi ke mana? Batinnya.     

Chen Youran berjalan menjauh dari jendela, mengambil ponselnya, dan menghubungi Ji Jinchuan. Sementara itu, setelah mobil meninggalkan Teluk Nanhai, Ji Jinchuan ingat bahwa dia sedang terburu-buru dan tidak berpamitan kepada Chen Youran. Kemudian dia mengeluarkan ponselnya dan meneleponnya, namun terdengar bunyi suara yang menyatakan bahwa telepon sedang sibuk. Dia kemudian mematikan telepon, melemparkan ponselnya ke laci dasbor dan melaju pergi ke sebuah pemakaman. Sudah lebih dari pukul 10 ketika Ji Jinchuan tiba di pemakaman tersebut. Seorang penjaga yang melihatnya keluar dari pintu masuk pemakaman dengan membawa senter.      

"Apa ada orang lain di dalam sana?" tanya Ji Jinchuan.     

"Iya, ada seorang wanita di dalam sana. Wanita itu terus menangis dan tampak sangat sedih. Dia tidak mau pergi tidak peduli bagaimanapun saya berupaya untuk membujuknya. Ngomong-ngomong, Anak Muda, siapa Anda?" tanya penjaga pemakaman itu.     

"Aku kakaknya," jawab Ji Jinchuan.     

"Kalau begitu pergi lah dan bujuk dia. Kalau seorang wanita tinggal sendirian di pemakaman pada malam hari, dia pasti akan tetap merasa ketakutan tidak peduli seberapa berani dia," ucap si penjaga pemakaman dengan ramah.     

Ji Jinchuan mengangguk dan berjalan masuk ke dalam area pemakaman. Saat dia baru berjalan sebanyak dua langkah, penjaga tiba-tiba memanggilnya, "Tunggu sebentar…"     

Ji Jinchuan berbalik lagi dan menatap penjaga itu. Di penjaga pemakaman melangkah mendekatinya dan memberinya senter, "Ambil ini. Saya akan menjaga pintu untuk Anda. Saya akan membukanya ketika Anda berhasil membujuk adik perempuan Anda itu."     

Mendengar ucapan si penjaga pemakaman yang menyebut wanita di dalam sana dengan sebutan 'Adik Perempuan', Ji Jinchuan tercengang. Dia kemudian menyadari bahwa penjaga pemakaman itu salah paham tentang sesuatu, namun dia tidak menjelaskan apa-apa dan hanya berkata, "Terima kasih…"     

"Cepat pergi… Dia pasti ketakutan berada di dalam sana sendirian." Penjaga pemakaman mendesak Ji Jinchuan.     

Ji Jinchuan mengangguk dan berjalan memasuki pemakaman dengan senter di tangannya. Saat ini sudah sangat larut, jadi suasana di dalam kuburan sangat gelap dan ada hawa suram dalam kesunyian. Dia melangkah di anak tangga satu demi satu, jalanannya menanjak seperti saat mendaki gunung. Ketika hampir sampai di makam orang tua Fang Yaqing, dia mendengar tangisan di depannya. Senter yang dibawanya sudah tua, sehingga cahayanya pun tidak terlalu terang. Dia melihat samar-samar seseorang di depannya.     

"Siapa di sana?" Ucap Ji Jinchuan. Namun tidak ada yang menjawab, seolah isak tangis itu hanya ilusi.     

Setelah hening sejenak, suara serak Fang Yaqing terdengar di depan Ji Jinchuan, "Kakak, apa itu kamu?"     

Ji Jinchuan berjalan dengan cepat sambil terus memegang senter. Dia berhenti dengan jarak dua langkah darinya, dia memandang Fang Yaqing dengan sedih dan berkata dengan dingin, "Ini sudah larut malam, kenapa kamu tidak pulang?"     

Fang Yaqing terduduk di tangga dan menatap Ji Jinchuan dengan mata yang penuh dengan air mata. Dia lalu berkata dengan suaranya yang serak karena menangis, "Aku mau pulang…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.