Siapa Kakak Sepupumu?
Siapa Kakak Sepupumu?
"Mereka kembali ke kamar dan menyiapkan air mandi untuk Tuan Kecil," jawab Bibi Sun.
Ji Jinchuan melirik ke arah lantai atas, dia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Dia pun merokok perlahan.
"Kakak…" Fang Yaqing mengikuti Ji Jinchuan pergi ke ruang tamu dan melihatnya merokok. Dia lalu berkata dengan pelan, "Aku hanya bisa memanggilmu seperti itu di masa depan, kan?"
"Kamu adalah istri Shaoheng. Tentu saja, kamu harus memanggilku dengan sebutan kakak sama seperti dia." Ji Jinchuan berkata dengan lemah.
Saat ini, Bibi Sun sudah menyelesaikan pekerjaannya dan hanya ada mereka berdua yang tersisa di ruang tamu. Mendengar kata-katanya, Fang Yaqing menjadi kesal dan mulai berbicara dengan suara keras, "Tapi aku tidak mau…"
***
Lantai atas Majalah Hongze…
Ketika Chen Youran tiba di sana, Sun Xiaoxiao sudah duduk di atap dengan memeluk kakinya. Rambut pendeknya sedikit berantakan karena embusan angin. Tubuhnya yang sangat kurus itu seolah-olah bisa tertiup angin kapan saja. Dia menatapnya dan melangkah maju. Dia lalu berdiri tepat di samping Sun Xiaoxiao dan memandangi gedung-gedung yang menjulang tinggi di depan mereka.
"Ada apa kamu memanggilku untuk ke atas?"
Sun Xiaoxiao memeluk kedua kakinya dan meletakkan dagu di atas lututnya. Dengan pandangan matanya yang terus ke bawah, Chen Youran tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, namun suaranya setelah itu terdengar serak.
"Ketika aku masih sangat kecil, orang tuaku bercerai. Ayahku sudah menikah lagi setelah itu. Ketika dia tidak di rumah, istri baru ayahku yang kupanggil bibi memukul dan memarahi aku. Ayahku mengetahui hal itu belakangan, lalu dia memutuskan hubungan dengan bibi dan menolak untuk menikah lagi. Jangankan untuk menikah lagi, untuk membiayai uang kuliahku yang cukup mahal saja dia tidak bisa. Gajinya yang kecil, yang hanya seperti kerikil itu, tidak mampu digunakan untuk apa pun. Tetapi dia tetap ngotot untuk menguliahkanku, jadi dia pergi mendonorkan darahnya untuk mendapatkan bayaran." Suara Sun Xiaoxiao berangsur-angsur tersendat, dengan diikuti suara tangisan tipis. "Setahun yang lalu, dia sakit parah. Dia harus mengandalkan obat cair agar ginjalnya tidak menyusut setiap harinya untuk mempertahankan hidupnya..."
Sun Xiaoxiao sepertinya terjebak di dunianya sendiri. Suaranya berat, pelan, dan hampir bisu, dengan ketidakberdayaan terhadap ketidakadilan nasib dan kebencian akan ketidakberdayaannya. Suaranya menjadi semakin keras. Dia mengepalkan tangannya erat-erat dengan kepalanya yang terkubur di antara kedua kakinya. Dia pun terisak pelan dan akhirnya meratap.
Chen Youran sendiri tetap diam. Angin di atap sangat kencang, sehingga membuat rambutnya beterbangan tidak teratur. Dia terdiam sejenak, lalu setelah beberapa saat, dia bertanya, "Apa tujuanmu membawaku ke hotel hari itu?"
Sun Xiaoxiao mengisap ingus di hidungnya. Lapisan kabut putih menutupi kacamatanya, mengaburkan pandangannya. Dia menjawab, "Aku tidak tahu apa tujuan yang sebenarnya."
"Siapa sepupumu?" tanya Chen Youran lagi.
Jari-jari Sun Xiaoxiao seketika menegang lagi dan wajahnya seputih kertas. Dia sudah bersikeras berkomitmen untuk berjuang merahasiakannya, jadi dia akhirnya menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak bisa memberitahumu. Kakak sepupuku… dia sangat baik kepada keluarga kami."
"Kalau begitu, kita tidak punya apa-apa untuk dikatakan," tutur Chen Youran, yang kemudian berbalik untuk pergi.
Namun, Sun Xiaoxiao berteriak di belakangnya, "Kalau kamu tidak setuju dengan permintaanku, aku akan melompat dari sini."
Chen Youran seketika menghentikan langkah kakinya dan berbalik untuk melihat Sun Xiaoxiao. Wanita itu sudah berdiri di ambang atap. Tubuhnya yang sangat kurus seolah akan segera tertiup oleh angin. Mata Chen Youran pun tiba-tiba membelalak, dia berkata, "Ayo kita bicarakan sesuatu. Kamu turun saja dulu..."
"Kakak sepupuku mengatakan kalau kamu adalah istri Presiden Ji, Nona Chen. Aku tahu aku salah. Aku minta maaf… Aku mohon, biarkan aku dan ayahku pergi. Aku benar-benar tidak mungkin…" Tubuh Sun Xiaoxiao bergetar karena tiupan angin dan suaranya terdengar serak. Suasana hatinya sangat kacau saat ini. Tubuhnya gemetar dengan sangat parah dan air mata mengalir deras di wajahnya.
Chen Youran mengerutkan kening dan berkata, "Turun, ayo duduk dan berbicara perlahan. Jangan terlalu gegabah."