Kesabaranku Ada Batasnya
Kesabaranku Ada Batasnya
"Kesabaranku ada batasnya," ucap Ji Jinchuan sambil menatapnya dengan cahaya dingin di matanya.
Xue Jie menyemburkan asap rokok dari mulutnya, kemudian dia berkata, "Aku tidak tahu. Setelah kebangkrutan perusahaan Keluarga Xue, Lingling sering keluar masuk bar. Mungkin dia bertemu pria itu di sana. Tentang siapa pria itu, aku belum pernah mendengarnya membicarakannya."
Ji Jinchuan mengerutkan kening, dengan aura kejam yang tidak bisa diabaikan orang. Api kecil dari rokok di antara jari-jarinya padam, sementara asap tipis yang masih tersisa mengaburkan fitur wajahnya. Dia membuang rokoknya ke lantai, lalu bangkit untuk merapikan kancing jasnya.
Melihat Ji Jinchuan akan pergi, Xue Jie pun buru-buru berkata, "Aku sudah memberitahumu semua yang aku tahu, jadi biarkan aku pergi."
"Aku akan membiarkanmu pergi, tapi tidak sekarang." Ji Jinchuan meliriknya dengan acuh tak acuh.
"Berapa lama kamu akan mengurungku?" Xue Jie merasa sangat khawatir.
Namun, Ji Jinchuan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia berbalik dan berjalan keluar, dengan Xiao Cheng yang mengikutinya di belakang. Setelah mereka pergi, para pengawal pun mengikat Xue Jie lagi.
"Presiden Ji, apa sudah waktunya kembali ke perusahaan?" tanya Xiao Cheng setelah mereka naik ke dalam mobil.
Ji Jinchuan terdiam sejenak. Jari telunjuk kanannya mengusap tombol 'panggil' pada layar ponselnya. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Pergi ke rumah sakit jiwa."
"Baik…" jawab Xiao Cheng yang kemudian menyalakan mesin dan melajukan mobil.
Setengah jam kemudian, mereka pun tiba di rumah sakit jiwa. Kepala RSJ Tian mendengar bahwa Ji Jinchuan datang, jadi dia segera keluar untuk menemuinya.
"Presiden Ji, kenapa Anda ada di sini?" tanya Kepala RSJ Tian.
"Apa ada yang datang menemui Xue Ling baru-baru ini?" tanya Ji Jinchuan sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"Tidak ada yang datang menemui Nona Xue bulan ini." Sikap Kepala RSJ Tian sangat hormat, dengan senyum menyanjung.
"Bawa aku menemuinya," kata Ji Jinchuan yang tampak dingin dan acuh tak acuh.
Wajah Kepala RSJ Tian menunjukkan jejak kesedihan, dia berkata, "Saat ini, Xue Ling sudah benar-benar gila."
Xiao Cheng terkejut dan secara refleks meninggikan suaranya, "Apa?!"
Ji Jinchuan juga menghentikan langkah kakinya sejenak, lalu melirik Kepala RSJ Tian dengan samar dan bertanya, "Kapan itu terjadi?"
"Setengah bulan yang lalu." Kepala RSJ Tian gemetar karena tatapan mata Ji Jinchuan yang tajam, dia kemudian berkata dengan takut-takut, "Karena Anda menyuruh saya untuk mengurungnya di sini sepanjang waktu, saya tidak berpikir dia penting untuk Anda. Jadi, saya tidak melapor kepada Anda."
Sembari menjelaskan, Kepala RSJ Tian membawa Ji Jinchuan ke kamar tempat Xue Ling tinggal. Dia lalu segera membuka pintu ketika mereka tiba di depan pintu. Xue Ling yang berada di dalam kamar itu mengenakan setelan putih bergaris. Dia duduk di atas tempat tidur dengan bantal di tangannya. Dia tengah terkikik sendirian, dia juga terlihat seperti tidak merawat diri untuk waktu yang lama. Rambutnya saling menggumpal dan menjadi tampak seperti sarang ayam.
Ji Jinchuan ingin masuk ke dalam kamar itu, namun Kepala RSJ Tian mengingatkannya, "Presiden Ji, hati-hati… Dia tidak normal secara mental dan melukai seseorang kemarin."
Ji Jinchuan memandang wanita yang duduk di tempat tidur itu, melangkah masuk ke kamar, dan berjalan dari ujung tempat tidur menuju ke depan Xue Ling. Dia menghentikan langkah, berdiri dengan jarak satu meter, dan menatap wanita yang berada di atas tempat tidur. Tubuhnya terlihat sangat kurus dan saat ini mengenakan pakaian pasien. Wajahnya kuyu dan juga pucat, pandangan matanya yang suram tampak tidak fokus, sementara mulutnya menggumamkan kata-kata yang tidak bisa dipahami.
"Apa dia seperti ini setiap hari?" tanya Ji Jinchuan pada Kepala RSJ Tian.
"Awalnya, dia dikurung dengan pasien-pasien lain yang sudah gila. Namun kemudian, ketika dia menunjukkan tanda-tanda kalau dia tidak normal secara mental, dia dikurung sendirian," jawab Kepala RSJ Tian.
"Apa kamu pernah meminta dokter untuk memeriksanya? Apa dia benar-benar gila atau hanya pura-pura gila?" Meskipun Ji Jinchuan berkata seperti ini kepada Kepala RSJ Tian, tetapi dia terus menatap Xue Ling dan mengamati ekspresi di wajahnya.
"Dia sudah diperiksa oleh dokter. Kata dokter, dia benar-benar gila sekarang."
Tiba-tiba, Xue Ling bergegas mendekat pada Ji Jinchuan yang kebetulan tidak waspada. Wanita itu mendorongnya, sehingga membuatnya melangkah mundur beberapa langkah. Punggungnya pun membentur dinding dengan diikuti suara 'brak!' Dan rasa sakit yang tajam seketika datang dari tulang belikat kanannya.