Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Dia akan Menyaksikan Kebahagiaan Panjang dengan Mata Kepalanya Sendiri



Dia akan Menyaksikan Kebahagiaan Panjang dengan Mata Kepalanya Sendiri

0Chen Youran mendongakkan kepalanya dan tersenyum pada Chen Shuna untuk memberi isyarat padanya agar tidak khawatir. Kemudian, dia menundukkan kepalanya lagi, menarik napas secara perlahan, dan mencoba menenangkan suasana hatinya.     

Setelah beberapa saat, Chen Yaoting masuk ke dalam ruang ganti dan bertanya, "Apa kamu sudah siap? Para tamu sudah tidak sabar menunggu."     

Penata rias langsung berkata, "Sebentar lagi..."     

Di dalam aula gereja...     

Waktu telah berlalu sekitar setengah jam. Para tamu menemani Ji Jinchuan dengan sabar menunggu pengantin wanitanya muncul. Ji Jinchuan berdiri di altar, di depan pendeta yang akan menikahkan mereka. Setelan jas yang sangat bagus membuat temperamennya terlihat luar biasa dan mulia. Terdapat ekspresi yang samar pada wajahnya yang tampan. Dia terus melihat ke pintu masuk gereja dan menunggu wanita yang akan bergandengan tangan dengannya sepanjang hidupnya.     

Di pintu masuk gereja, Chen Youran muncul dengan menggandeng lengan Chen Yaoting. Mereka menginjak karpet merah yang berada di sepanjang jalan. Keduanya berjalan melalui lengkungan bunga-bunga lili dan terus mendekat menuju pria yang berdiri di altar. Di depan Chen Youran dan Chen Yaoting, terdapat dua anak kecil penabur bunga. Salah satu penabur bunga itu adalah Chen Yiyi. Gadis kecil itu mengenakan rok bak putri istana berwarna merah muda dan membawa keranjang bunga kecil. Tidak dapat dipungkiri, dia masih sangat kecil, jadi dia melihat ke sana kemari dengan penuh rasa ingin tahu. Pada akhirnya, dia lupa tugasnya hari ini adalah untuk menaburkan bunga. Sementara itu, anak laki-laki penabur bunga yang mendampinginya berusia sedikit lebih besar dibandingkan Chen Yiyi. Dia dengan terampil menaburkan kelopak bunga, namun matanya juga tidak bisa untuk tidak melirik ke sana kemari.     

Ji Jinchuan memandang Chen Youran yang berjalan ke arahnya selangkah demi selangkah. Akhirnya muncul senyum hangat di wajahnya. Mata hitam pekatnya tampak tenang dan hangat, dengan kelembutan yang hanya untuk istrinya. Chen Youran sangat cantik hari ini. Dia mengenakan sarung tangan renda putih di lengannya yang ramping. Meskipun gaun pengantin cadangan tidak seindah gaun buatan tangan sebelumnya yang memang dirancang khusus untuknya, temperamennya yang tenang dan lembut tetap terpancar dari dalam tubuhnya. Dia tampak mulia dan elegan. Saat dia berjalan, ekor gaun sepanjang satu meter menyapu karpet merah, seperti ekor burung yang melayang-layang dengan indah.     

Setelah mendekati Ji Jinchuan, Chen Yaoting menyerahkan tangan Chen Youran kepadanya dan berkata, "Jinchuan, aku akan menyerahkan putriku kepadamu. Kamu harus memperlakukannya dengan baik."     

"Aku akan melakukannya." Ji Jinchuan memegang tangan Chen Youran dan menatapnya dengan lembut.     

Pipi Chen Youran seketika menjadi hangat dengan tatapan matanya tampak malu-malu. Dia tidak berani menatap Ji Jinchuan, pandangan matanya tertuju pada klip dasi pria itu yang indah. Ji Jinchuan berbalik bersamaan dengan Chen Youran dan menghadap pendeta.     

Pendeta tersebut memegang kitab suci di tangannya dan mulai berkata, "Tuhan, kami datang kepada-Mu dan menyaksikan sepasang pria dan wanita ini memasuki aula pernikahan suci. Menurut kehendak Tuhan, mereka adalah satu..."     

Ji Jinchuan dan Chen Youran mendengarkan dengan tenang. Setelah ceramah singkat, pendeta memandang Ji Jinchuan dan berkata padanya, "Tuan Ji Jinchuan, apa Anda bersedia menikahi Nona Chen Youran? Mencintai, menghormati, menerima, dan setia padanya selamanya sampai akhir hayat, entah dalam keadaan baik atau buruk, sehat atau sakit, miskin atau kaya?"     

"Ya, aku bersedia." Ji Jinchuan berkata dengan suara berat.     

Kemudian, pandangan pendeta beralih pada Chen Youran, "Nona Chen Youran, apa Anda bersedia menikah dengan Tuan Ji Jinchuan? Mencintai, menghormati, menerima, dan setia padanya selamanya sampai akhir hayat, entah dalam keadaan baik atau buruk, sehat atau sakit, miskin atau kaya?"     

Chen Youran menoleh ke samping dan melihat pria di sampingnya. Dengan senyum manis di wajahnya, dia berkata, "Ya, aku bersedia..."     

Gu Jinchen memandang dua orang yang berdiri berdampingan di altar. Jari-jarinya yang dimasukkan ke dalam saku celananya mengepal. Rasa sakit yang kuat datang dari hatinya, seolah-olah akan mampu mengupas tulangnya juga merobek kulitnya sedikit demi sedikit.     

Xu Chengyan yang berada di samping Gu Jinchen menatapnya. Melihat wajah sahabatnya tidak terlalu bagus, dia berkata, "Sudah hampir selesai. Ayo kita pergi..."     

Namun, Gu Jinchen menggelengkan kepalanya. Dia ingin menyaksikan kebahagiaan panjang dengan mata kepalanya sendiri, jika tidak, dia akan gelisah sepanjang hidupnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.