Tidak Heran Dia Sangat Menyukaimu
Tidak Heran Dia Sangat Menyukaimu
Ji Jinchuan meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju garasi mobil. Tiba-tiba, dia melihat seseorang datang dari gerbang depan dengan mengenakan jaket merah marun dan membawa tas kecil yang bermerek mahal di tangannya. Orang itu berjalan ke arahnya perlahan dan tidak terburu-buru. Seseorang itu adalah Chen Youran. Melihatnya kembali, hati Ji Jinchuan merasa amat sangat lega, seolah pada saat ini, dia merasakan ribuan udara segar di dalam dadanya. Dia menghentikan langkah kakinya dan menghela napas. Kepanikannya berangsur-angsur berubah menjadi tenang. Dia melihat Chen Youran terus berjalan mendekat mendatanginya.
Chen Youran sudah melihat Ji Jinchuan sepanjang jalan tadi. Dia terus melangkahkan kakinya dengan perlahan, lalu berhenti setelah berada di depan suaminya, dia pun bertanya, "Kamu mau pergi ke mana?"
"Kenapa kamu pulang begitu terlambat?" Ji Jinchuan menatap istrinya dari atas ke bawah dan bertanya dengan wajah hangat.
"Yiyi sakit, jadi aku dan ibu pergi ke rumah kakakku," jawab Chen Youran dengan polos.
"Kenapa ponselmu mati dan tidak bisa ditelepon?" Tatapan mata Ji Jinchuan kini menjadi sedikit dingin.
Chen Youran tertegun selama beberapa saat. Dia menundukkan kepalanya dan mengeluarkan ponselnya dari tasnya. Dia menekan tombol samping, tetapi tidak ada respons sama sekali. Dia pun kembali menatap suaminya dan berkata, "Ternyata baterainya habis."
Ji Jinchuan kembali menatap Chen Youran dengan wajah hangat. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak bisa mengungkapkan kemarahannya pada istrinya ini.
Chen Youran melihat bahwa raut wajah Ji Jinchuan terlihat buruk, jadi dia bertanya, "Ada apa?"
"Kalau terjadi apa-apa lagi lain kali, jangan lupa untuk menelepon dan memberi kabar kepadaku," balas Ji Jinchuan sambil memandangnya.
Mendengar hal itu, Chen Youran tahu suaminya khawatir tentang keselamatan dirinya. Jadi, dia mengangguk dan berkata, "Maaf sudah membuatmu khawatir."
Wajah Ji Jinchuan menjadi lebih hangat saat ini. Dia pun membawanya ke ruang tamu dengan senyum di bibir tipisnya.
"Apa yang terjadi?" Chen Youran merasa bahwa Ji Jinchuan sedang dalam suasana hati yang buruk. Dia melirik ke samping ke sisi wajah suaminya yang tampan. Namun, Ji Jinchuan tidak berbicara sama sekali, hanya membawanya terus berjalan masuk ke rumah.
Saat mereka memasuki ruang tamu, Ji Shaoheng melihat mereka berdua kembali. Mengetahui bahwa Chen Youran aman, senyum sarkastik muncul di wajahnya, dia pun berkata, "Kakak, istri tercintamu baik-baik saja, tetapi entah kenapa hatiku sangat kesal."
Chen Youran melirik Ji Shaoheng dan Ji Jinchuan bergantian. Dia menatap mereka dengan tatapan kosong. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi, tetapi dia bisa merasakan bahwa itu ada hubungannya dengan dirinya. Pengurus rumah lalu menghampiri dan mengambil tasnya.
"Nyonya Muda, kalau lain kali Anda pulang terlambat, ingatlah untuk menelepon rumah dulu agar tidak membuat khawatir semua orang," ucap pengurus rumah itu.
"Maaf sudah membuat semua orang khawatir," tutur Chen Youran sambil menganggukkan kepalanya.
"Tuan Muda mengira sesuatu telah terjadi pada Anda dan hendak pergi mencari Anda," kata pengurus rumah lagi.
Chen Youran seketika menatap pria di sampingnya. Dia mengaitkan jari telunjuknya pada jari pria itu yang tergantung di sisi tubuhnya dan menggoyangkannya dengan lembut. Sikapnya yang seperti ini membuatnya tampak seperti gadis kecil yang lugu.
Melihat gerakan kecil mereka, Ji Shaoheng tersenyum dan berkata, "Kakak ipar, ingatlah untuk membawa dua pengawal ketika kamu pergi. Jadi kalau sesuatu terjadi padamu, kakakku tidak akan mencurigaiku."
Chen Youran yang mendengar ucapan Ji Shaoheng menebak apa yang telah terjadi di antara dua bersaudara itu. Dia pun berkata dengan lemah, "Kakakmu hanya terlalu mengkhawatirkanku. Jangan diambil hati sikapnya ya."
Ji Shaoheng mencibir dan memandang Ji Jinchuan, "Kakak, karena kakak iparku baik-baik saja, bukannya kamu merasa berutang maaf padaku?"
Wajah Ji Jinchuan tampak santai, namun juga dingin. Dia melirik Ji Shaoheng dengan emosi samar. Bagian bawah mata hitamnya seolah dipenuhi tinta tebal, dengan hawa dingin yang samar. Chen Youran tahu bahwa dengan temperamennya, Ji Jinchuan tidak akan menundukkan kepalanya dan meminta maaf kepada orang lain. Dia pun akhirnya memandang Ji Shaoheng dan berkata, "Kenapa kakakmu mencurigaimu sebagai orang pertama ketika aku mengalami bahaya? Sepertinya kamu harus merenung dan bertanya pada dirimu sendiri."
Ji Shaoheng memicingkan matanya yang suram, mengaitkan bibirnya, dan mendengus dengan dingin, "Kakak ipar benar-benar pintar. Tidak heran kakakku sangat menyukaimu."
"Terima kasih atas pujianmu," jawab Chen Youran sambil tersenyum.