Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Aku Menyakitinya (1)



Aku Menyakitinya (1)

0Ji Jinchuan tidak pandai berkata-kata, tetapi dia suka mendengarkan istrinya bercerita. Ketika wanita itu berbicara, matanya tampak lembut, begitu pula dengan suaranya yang membuatnya merasa sangat nyaman. Bayangan hal buruk yang terjadi tadi secara bertahap dibersihkan.      

Ji Jinchuan yang tidak menjawab apa-apa membuat Chen Youran merasa dirinya mengobrol sendirian. Pria itu hanya menatapnya dengan lembut dan penuh perhatian. Hal itu membuat hatinya seolah diolesi lapisan madu, lengket dan manis. Setelah Chen Youran berhasil menurunkan makanan di perutnya, keduanya pun akhirnya tidur.     

***     

Sejak bangun pada hari itu, Gu Jinchen telah dipindahkan ke kamar rawat inap intensif. Chen Youran pergi ke rumah sakit untuk menjenguknya setiap hari. Tak hanya dia, Yi You juga ada di sana setiap saat. Namun, Yi You seolah tidak menerima kedatangan Chen Youran. Mereka hanya menyapa di awal dan tidak ada komunikasi lebih lanjut lagi setelah itu.     

Setiap kali Chen Youran pergi ke rumah sakit, dia akan membawa buku dan membacakannya untuk Gu Jinchen. Alis dan matanya tampak tenang, sementara suaranya terdengar lembut dan halus. Dia hanya dibesarkan di sebuah kota kecil di selatan Sungai Yangtze, namun suaranya sangat lembut dan indah hingga tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap kali mendengar suara Chen Youran, mulut Gu Jinchen akan selalu melengkung membentuk sebuah senyum. Meskipun dia tidak bisa berbicara, tetapi penglihatannya selalu melekat pada wanita itu.     

Yi You merasa cemburu dengan bagaimana cara kedua orang itu berhubungan. Dia mencoba berbicara dengan Gu Jinchen dan membacakan koran atau majalah untuknya, sama dengan yang dilakukan Chen Youran, namun Gu Jinchen tidak pernah menanggapinya sepanjang waktu. Terkadang, dia tidak tahu apakah pria itu sangat lelah atau memang tidak mau bertemu dengannya. Pria itu selalu menutup matanya. Namun, dia tahu bahwa pria itu tidak tidur karena bulu matanya bergerak-gerak.     

Empat hari setelah kecelakaan, ketika Chen Youran baru saja tiba dan berjalan di luar kamar pasien, dia mendengar Asisten Zhang berbicara dengan seorang pria. Suara pria itu terdengar agak serak, dia sendiri tidak tahu siapa itu. Dia lalu membuka pintu kamar pasien. Tidak ada seorang pun di bangsal kecuali Asisten Zhang dan Gu Jinchen.     

Dengan kilatan kecerdasan di kepalanya, Chen Youran menatap Gu Jinchen dengan penuh rasa penasaran dan bertanya, "Apa kamu sudah bisa berbicara?"     

Gu Jinchen bersandar di tempat tidur pasien. Wajah tegasnya yang pucat terlihat sangat lemah. Dia mengangguk dengan sedikit lengkungan di sudut mulutnya dan tersenyum. Mata Chen Youran pun penuh dengan kegembiraan. Dia meletakkan buku dan termos pengawet panas di atas meja, berbalik dan hendak berjalan keluar kamar pasien.     

Gu Jinchen baru saja bisa berbicara, jadi kecepatan bicaranya tidak bisa secepat orang normal. Mulutnya terbuka dan bergerak sedikit ketika melihat tindakan Chen Youran. Asisten Zhang yang melihat itu mengerti apa yang hendak dikatakan bosnya, dia pun menghentikan Chen Youran dengan bertanya, "Nona Chen, apa yang ingin Anda lakukan?"     

Tangan Chen Youran baru saja menyentuh gagang pintu. Ketika mendengar pertanyaan Asisten Zhang, dia berbalik dan berkata, "Aku mau bertanya kepada dokter tentang situasi spesifiknya."     

Ekspresi Chen Youran tampak terkejut dan bingung. Asisten Zhang menghela napas. Dia sendiri tidak tahu kapan Presiden Gu akan keluar dari rumah sakit. Dia lalu berkata, "Tadi dokter sudah datang."     

Chen Youran menyadari bahwa dia terlalu terkejut tadi, lalu dia bertanya, "Apa yang dikatakan dokter?"     

Ekspresi Asisten Zhang seketika tampak serius dalam sekejap. Dia pun menjawab, "Cedera yang diakibatkan kecelakaan itu akan meninggalkan gejala trauma yang serius. Tidak jelas apa gejala itu, tetapi dokter menyarankan pemeriksaan umum setiap enam bulan sekali."     

Senyum bahagia tertahan di sudut mulut Chen Youran. Kegembiraan itu hilang begitu saja tanpa jejak dan tenggorokannya terasa seolah tersumbat oleh sesuatu. Dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. Lalu, lapisan kabut putih muncul di bagian bawah matanya. Dia mati-matian menekan emosi yang tidak diketahui yang tiba-tiba melonjak dari lubuk hatinya. Wanita yang tidak berani pergi dari rumah sakit itu mendekat ke tempat tidur pasien dengan hampir meneteskan air mata.     

Gu Jinchen yang berada di tempat tidur rumah sakit menatap mata Chen Youran yang merah karena kesedihan yang dirasakannya. Dia menghela napas dalam hatinya dan lupa memberi tahu Asisten Zhang untuk tidak memberi tahu kabar tersebut pada wanita satu ini. Dengan suaranya yang serak, dia perlahan mengeluarkan beberapa kata, "Aku baik-baik saja..."     

Chen Youran melirik Gu Jinchen dan mencoba menahan air matanya. Tiga kata itu membuat air matanya seketika jatuh tak terbendung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.