Jangan Terlalu Berharap
Jangan Terlalu Berharap
Ji Yangkun mengangguk dan berkata, "Telepon lah…"
Akhirnya, Chen Youran menekan tombol tersebut. Setelah diangkat, dia menyapanya, "Bibi, selamat tahun baru. Bibi sedang apa saat ini?"
"Selamat tahun baru… Ada apa?" Suara Ji Wenqing terdengar agak berat.
Chen Youran mendengar suara angin bertiup di seberang sana dan bertanya dengan penasaran, "Apa bibi sedang di luar?"
"Iya…" Ji Wenqing baru saja tiba di pemakaman. Dia memegang seikat besar bunga di tangannya dan melangkah di tangga batu biru dengan sepatu bot hak tinggi yang digunakannya. Dia memegang ponsel di satu tangan dan meletakkannya di telinganya.
Chen Youran mengerutkan bibirnya dan berkata, "Aku ada di kediaman utama. Banyak kerabat akan datang nanti. Aku tidak tahu bagaimana menghadapi mereka, jadi tolong bantu aku, Bi…"
Ji Wenqing mengenakan mantel hitam dengan kerah bulu yang bergerak perlahan karena tertiup angin. Angin dingin yang cukup kencang itu membuat wajahnya sedikit pucat. Dia lalu menjawab, "Youran, aku tidak ingin menyelidiki apa kamu sendiri yang punya inisiatif untuk meneleponku atau ada orang lain yang memintamu untuk menelepon. Tapi, kamu tidak seharusnya ikut campur dalam masalah ini."
Mendengar hal itu, hati Chen Youran berdegup kencang. Dia berkata, "Bibi, kamu salah paham. Suatu kali, Bibi Shen pernah bertemu denganku dan merasa tidak senang padaku, jadi aku sedikit takut. Aku hanya merasa kalau kamu ada di sana, kamu akan melindungiku…"
"Dengan adanya Jinchuan, Nyonya Shen tidak akan berani melakukan apa pun padamu."
"Ehm, baiklah kalau begitu."
Hari perayaan tahun baru selalu dilakukan pada hari pertama. Semua orang tenggelam dalam pesta perayaan tahun baru tersebut. Tidak ada yang datang ke kuburan untuk melayat kerabat ataupun teman, jadi seluruh kuburan tertutup kabut es musim dingin.
Ji Wenqing berhenti di depan salah satu batu nisan dan meletakkan bunga di depannya. Dia lalu berkata, "Lenan, aku datang untuk menemuimu…"
Setelah panggilan tersebut berakhir, Chen Youran memandang Ji Yangkun dan menggelengkan kepalanya padanya. Ji Yangkun pun tampak kecewa seketika. Dia menghela napas dengan sedikit berat, membalikkan badan, lalu pergi ke ruang tamu.
Setelah pukul 09.00, orang-orang datang satu demi satu. Keluarga yang pertama datang adalah Shen Kaiwen dan istrinya, tak lupa pula putri mereka, Shen Xiaoke. Ketika sekitar pukul 10.00, kerabat sudah hampir datang semuanya. Anggota Keluarga Ji terbilang cukup banyak. Mereka pun saling mengobrol, namun karena sangat banyak yang datang, tidak semua dari mereka bisa duduk di sofa. Para generasi muda berdiri kecuali untuk keadaan khusus seperti Ji Shaoheng dan Chen Youran.
Bibi Zhu berkata sambil tersenyum, "Shaoheng, kamu sudah kembali…"
"Bibi, aku tidak melihatmu selama bertahun-tahun. Bibi terlihat semakin muda dan lebih cantik…" ucap Ji Shaoheng sambil tersenyum.
"Mulutmu ini tidak pernah berubah ya rupanya. Kamu selalu suka membuat orang bahagia." Bibi Zhu tidak bisa menutup mulutnya dan terus tersenyum.
Shen Xiaoke yang mengenakan mantel dan tampak mulia seperti seorang putri kerajaan tiba-tiba ikut dalam pembicaraan itu, "Sepupu Kedua, kamu dan kakak ipar telah menikah selama bertahun-tahun. Kenapa kalian belum memberiku keponakan juga?"
Ji Shaoheng duduk di salah satu sofa, sementara Fang Yaqing berdiri di sampingnya. Setelah mendengar perkataan itu, dia mengangkat bibirnya dan tersenyum, "Tahun ini aku sedang sibuk merawat kakiku di luar negeri dan sering minum obat, jadi tidak cocok untuk punya anak. Mari kita bicarakan lagi nanti…"
Ketika Ji Shaoheng menyebutkan tentang kakinya, semua orang perlahan-lahan menjadi diam, dengan senyum yang tidak wajar di wajahnya. Bibi Zhu memecahkan suasana canggung dan berkata kepada Shen Xiaoke, "Dalam beberapa bulan, kamu akan memiliki keponakan, kok…"
Semua orang memandang Chen Youran, yang telah hamil dalam usia lebih dari enam bulan. Perutnya semakin membuncit dibandingkan sebelumnya. Hal itu membuat wajah Chen Youran berubah menjadi kemerahan.
Bibir Shen Xiaoke yang dihiasi lipgloss pink sedikit terbuka dan seolah hendak berbicara. Akan tetapi, Nyonya Shen memandangnya dengan tatapan matanya yang tajam dan memberi isyarat padanya untuk tidak berbicara.
Setelah mengobrol sebentar, mereka mengatur kegiatan. Ada yang bermain catur dan ada juga yang bermain kartu.
Ji Jinchuan sedang bersama Chen Youran. Tiba-tiba, dia dipanggil area minum teh oleh Paman Zhu. Sepertinya, pria itu ingin mengatakan sesuatu padanya.