Nona Chen adalah Orang yang Bijaksana
Nona Chen adalah Orang yang Bijaksana
Setelah hening selama beberapa saat, Huo Hanqian akhirnya berkata, "Lin Xia benar-benar sakit. Aku akan pulang dan memberitahunya untuk menghubungimu agar tidak membuatmu khawatir. Tapi, aku tidak tahu siapa nama margamu. Bagaimana caranya agar dia bisa menghubungimu kembali?"
Chen Youran menatapnya dengan dingin dan berkata, "Chen Youran, itu adalah namaku."
"Nona Chen, terima kasih atas perhatianmu terhadap istriku. Aku akan segera pulang dan memberitahunya," balas Huo Hanqian sambil menganggukkan kepalanya.
Saat ini, musim hampir memasuki musim dingin, angin dingin pun bertiup kencang. Chen Youran lalu merapatkan mantelnya sambil berkata, "Tidak perlu menyelidiki siapa aku. Ayahku adalah Chen Yaoting…"
Huo Hanqian sedikit mengernyit dan memikirkan orang bernama Chen Yaoting. Dia hanya mengetahui bahwa Chen Yaoting memiliki seorang putri bernama Chen Shuna. Dia tidak tahu bahwa ada Chen Youran dalam Keluarga Chen.
"Keluarga Chen memang bukan tandingan Keluarga Huo, tetapi Tuan Muda Huo sebaiknya tidak melakukan hal buruk apa pun kepada Keluarga Chen," tutur Chen Youran dengan santai sambil mengamati sikap Huo Hanqian. Dia lalu melanjutkan, "Sebelumnya, aku pernah membuat teh untuk Tuan Besar Huo. Dia sangat memuji keahlianku. Kalau kita generasi muda bisa menyelesaikan masalah sendiri, sebaiknya tidak perlu mengganggu orang tua, kan? Bukannya kamu setuju akan hal itu?"
Wanita di hadapannya, tidak sekuat dirinya, tetapi apa yang dikatakan oleh wanita itu berhasil menamparnya. Hal itu membuat Huo Hanqian merasa sangat malu. Dia pun berkata sambil tersenyum, "Nona Chen adalah orang yang bijaksana…"
Chen Youran sangat puas dengan ekspresi Huo Hanqian. Dia lalu berbalik dan melangkah kembali ke mobil. Ketika sopir melihatnya datang, dia segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuknya. Chen Youran membungkuk dan duduk di dalamnya.
Huo Hanqian menyaksikan mobil putih itu melaju pergi. Ekspresi wajah lembutnya tampak murung. Sementara itu, Shen Xiaoke belajar menjadi pintar kali ini. Dia tidak berani berbicara gegabah lagi.
***
Di Qinyuanju…
Pelayan di rumah itu menoleh dan melihat ekspresi bosnya yang murung. Tatapan matanya dipenuhi dengan kesuraman. Dia merasa takut dan hanya bisa menunduk di sampingnya, tidak berani mengeluarkan suara.
Huo Hanqian berjalan ke lantai atas dengan langkah besar. Seluruh tubuhnya seolah dipenuhi dengan hawa dingin hingga mengalahkan pendingin udara dan seolah mampu membekukan orang. Dia membuka pintu kamar tidur dan melihat wanita yang duduk di ranjang. Wanita itu memunggunginya. Pemanas di kamar dinyalakan dan wanita itu hanya mengenakan piyama tipis. Tampaknya hanya ada tulang yang tersisa di bawah pakaiannya dan hampir tidak ada daging yang tersisa. Tirai di jendela di kamar dibuka, pemandangan langit di luar terlihat belum begitu gelap. Wanita itu tidak bergerak dan hanya menatap ke luar jendela. Dia tampak seperti patung jongkok tanpa jiwa.
Huo Hanqian melangkah ke semakin masuk ke dalam kamar dan mendekati Lin Xia. Tubuhnya yang tinggi menghalangi pandangan wanita itu. Dia berdiri di depannya untuk waktu yang lama, tetapi wanita itu sama sekali tidak menanggapinya. Dia lalu mencengkeram rahangnya dengan marah dan membuatnya melihat dirinya.
"Chen Youran hari ini datang ke perusahaan untuk menemuiku," tutur Huo Hanqian
Lin Xia terpaksa mengangkat kepalanya dan menatap pria suram di depannya. Dia seolah mati rasa tanpa perasaan. Kemudian, Huo Hanqian mencengkeram rahangnya lebih keras lagi. Tangannya sangat kuat dan matanya menatapnya dengan tajam.
"Bukannya kamu merasa bahagia sekarang? Ada seseorang di luar sana yang peduli padamu," kata Huo Hanqian lagi.
Dagu Lin Xia terjepit oleh tangan kuat Huo Hanqian. Dan dia merasa seolah tulang-tulangnya akan dihancurkan oleh pria itu. Dia mengatupkan giginya dan menolak untuk berbicara. Dia tidak mau memohon belas kasihan.
Lin Xia yang tidak mengatakan sepatah kata pun rupanya memprovokasi Huo Hanqian menjadi lebih marah. Dia pun bertanya, "Kenapa kamu diam saja?!"
Karena tidak ingin melihat wajah Huo Hanqian yang mengerikan, Lin Xia menutup matanya. Rasa sakit di rahangnya telah menutupi rasa sakit di tubuhnya. Rasa sakit ini membuat kepalanya lebih berat dan merasa lebih menyesal. Kalau aku lebih berani, mungkin tidak akan seperti ini, batinnya.
Lin Mo'an adalah pria yang dicintai dan juga tidak bisa dicintainya. Setiap kali dia memikirkannya, hatinya penuh dengan rasa sakit.