Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Perjamuan Hongmen



Perjamuan Hongmen

0Gu Shikang saat ini tengah berjalan keluar dari perusahaan. Tiba-tiba, seorang pria berjas hitam yang tampak seperti pengawal menghentikannya.     

"Wakil Presiden Gu, bos kami sedang mencari Anda."     

"Siapa bosmu?" Gu Shikang menatapnya dengan curiga.     

Alih-alih menjawabnya, pengawal itu malah berkata, "Bos kami sedang menunggu Anda di dalam mobil."     

Gu Shikang melihat sepanjang garis pandangannya. Tak jauh dari situ, terdapat sebuah Maybach hitam. Karena jarak pandang yang cukup jauh, dia tidak dapat melihat nomor platnya dengan jelas. Meski hanya sedikit orang yang mengemudikan mobil semacam ini di Kota A, namun ada beberapa orang yang memilikinya. Jadi, dia tidak menebak siapa yang ada di mobil itu.     

"Wakil Presiden Gu, tolong…" Pengawal itu kembali mendesak.     

Gu Shikang menghampiri Maybach hitam tersebut bersama dengan pengawal. Pengawal itu membuka pintu penumpang belakang, seketika Gu Shikang bisa melihat pria yang duduk di dalam mobil dengan jelas. Dia pun merasa sangat terkejut.     

"Presiden Ji?"     

Ji Jinchuan duduk dengan kedua kakinya terlipat jadi satu, sementara ekspresinya terlihat sangat suram. Dia lalu berkata, "Wakil Presiden Gu, aku ingin mengundangmu untuk minum teh bersama. Apa kamu keberatan?"     

"Tidak, sama sekali tidak. Kalau aku tahu Anda sedang mencariku, aku pasti akan segera datang." Gu Shikang pun naik ke dalam mobil sambil tersenyum.      

Pengawal tersebut menutup pintu penumpang belakang. Kemudian, dia membuka pintu penumpang depan dan masuk ke dalam mobil.     

"Pergi ke kedai teh terdekat," ucap Ji Jinchuan.     

Pria yang duduk di kursi pengemudi bukanlah Xiao Cheng, melainkan juga seorang pengawal berjas hitam. Dia lalu menjawab, "Baik…"     

Dalam perjalanan menuju ke kedai teh, Gu Shikang merasa tidak nyaman sepanjang waktu. Tangannya di atas kakinya mengepal dan mengendur. Setelah mengendur, tangannya kembali mengepal, begitu seterusnya. Ada lapisan tipis keringat dingin di punggungnya. Dia takut pria di sampingnya akan menemukan sesuatu. Dia ingin mencoba untuk menenangkan diri, tetapi sepertinya usahanya sia-sia. Dia diam-diam melirik pria di sebelahnya. Ji Jinchuan terus menatap ke depan dan wajah dinginnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Jari-jari di kakinya mengetuk-ngetuk dengan gerakan yang lembut, lambat, dan santai. Juga dengan suara yang rendah.     

Setelah tiba di kedai teh…      

Pengawal yang duduk di kursi pengemudi dan penumpang depan keluar dari mobil bersama-sama. Salah satunya lalu pergi ke kursi penumpang belakang untuk membukakan pintu untuk Ji Jinchuan, yang lainnya membukakan pintu untuk Gu Shikang. Ji Jinchuan pun turun dari mobil, begitu pula dengan Gu Shikang yang dikawal oleh pengawal yang satu lagi.     

Ji Jinchuan berjalan memimpin di depan dan memasuki kedai teh. Sementara itu, Gu Shikang berdiri di luar kedai teh. Ji Jinchuan lalu meminta pengawalnya untuk meninggalkannya dan mengawal Gu Shikang. Kemudian, pengawal itu pun berhenti untuk mengikutinya dan berpindah untuk mengawal Gu Shikang. Sekarang ini, Gu Shikang dikawal oleh kedua pengawal tadi.     

Setelah masuk ke dalam kedai teh, di bawah bimbingan pelayan, beberapa orang naik ke lantai dua. Mereka berjalan menyusuri koridor, lalu masuk ke dalam sebuah bilik. Dekorasi biliknya sangat elegan, dengan dinding bermotif relief yang sangat indah. Di dalamnya juga terdapat akuarium kaca transparan, tempat ikan koi yang berwarna-warni berenang bebas. Pada rak yang berada dalam bilik itu, terdapat barang-barang antik masa Dinasti Qing yang mahal. Lalu, di dindingnya, terdapat lukisan Wu Guanzhong, yang penuh dengan keanggunan yang tampak hidup. Itu tempat yang bagus untuk membicarakan romansa atau bisnis. Namun saat ini, tujuan mereka tidak untuk itu.     

Ji Jinchuan duduk di atas tatami, sementara Gu Shikang yang sempat ragu-ragu, duduk di seberangnya. Lalu, Kedua pengawal tadi berjaga di depan pintu.     

Di satu sisi, seorang pelayan tengah memanaskan sepoci teh untuk mereka dengan postur setengah berlutut. Dia menuangkan secangkir untuk mereka dan menaruhnya di sebelah tangan masing-masing. Dengan tatapan isyarat mata Ji Jinchuan, dia berjalan mundur.     

Ji Jinchuan mengambil cangkir teh cloisonne di tangannya. Kabut panas teh tersebut melingkar cukup lama mengitari alisnya. Kabut itu seolah mengaburkan ekspresinya, yang membuat orang tidak bisa benar-benar melihat dengan jelas bagaimana ekspresinya saat ini.     

"Wakil Presiden Gu, ini musim dingin… Minumlah teh hangat untuk mengusir hawa dingin di tubuhmu," ucap Ji Jinchuan.     

Gu Shikang tidak mengetahui harus melakukan apa. Dia tidak tahu apakah itu perasaan dingin atau takut, sehingga tangannya yang membawa cangkir teh sedikit bergetar dan teh di dalamnya hampir tumpah. Karena minum terlalu cepat, lidahnya pun terasa panas dan mati rasa. Matanya melihat sekilas cibiran Ji Jinchuan. Dia merasa malu dan salah tingkah, tetapi kegelisahan di dalam hatinya menghilang dalam sekejap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.