Bullying And Bloody Letters

Menyesal



Menyesal

3Alex begitu heran melihat Audrey yang mau pulang dengan menaiki ojek pangkalan, dan ini kali pertamanya dia melihat Audrey mau melakukan itu.     

      

Dan tak lama terdengar suara Larisa yang memanggil nama Alex.     

"Alex!" panggilnya.     

"Iya!" sahut Alex.     

"Kamu ngapain di situ? ayo sini!" kata Larisa.     

Lalu Alex pun berjalan menghampiri Larisa.     

"Kamu mau makan sate?" tanya Larisa.     

"Boleh," sahut Alex.     

"Ok, kamu tunggu dan duduk dulu ya, biar aku buatkan," kata Larisa.     

"Iya, maksi," kata Alex.     

      

Alex pun duduk sambil memunggungi Larisa membuatkan sate untuknya sambil duduk dan menunggu satenya matang Alex mengotak-atik ponselnya.     

Alex gemar membaca berita lewat media sosial dan saat itu juga dia tak sengaja melihat berita tentang meninggalnya Ayah Audrey dan bangkrutnya perusahaan milik keluarga Audrey.     

"Hah, ini tidak salah?!" Alex tampak syok, "Audrey jatuh miskin?" tukasnya lagi menduga-duga.     

Dia mengira setelah ayahnya meninggal dan perusahaannya bangkrut Audrey akan jatuh miskin, padahal pada kenyataannya Audrey masih tetap berkecukupan karna dia yang kini tinggal di rumah sang nenek yang juga tak kalah kaya raya.     

Alex juga berpikir jika kedatangan Audrey bisa saja memang benar ingin meminta maaf kepada Larisa, dan itu karna dia sudah tak memiliki teman lagi. Karna Alex sendiri juga tahu jika Nana dan Sisi yang menjadi sahabat karib Audrey masih di rawat di rumah sakit jiwa.     

      

"Hey, melamun saja!" tukas Larisa, "ayo makan!" ajaknya.     

"Ah, iya terima kasih," kata Alex.     

Lalu sambil menikmati makan siang mereka, Alex pun menceritakan kepada Larisa bahwa dia bari saja bertemu dengan Audrey.     

Larisa sedikit kaget, karna dia berpikir pasti Audrey ingin mencelakainya lagi.     

"Aku pikir setelah keluar dari Superior High School, Audrey akan berhenti menggangguku," kata Larisa yang sedih.     

"Iya, aku pikir juga begitu, tapi ada yang aneh dengan Audrey,"     

"Aneh apanya?"     

"Ya, aneh saja pokoknya. Dan akan juga baru saja mendengar berita tentang meninggalnya Ayahnya beserta kebangkrutan keluarga mereka," tutur Alex.     

"Hah, bangkrut? Ayah Audrey meninggal?" tanya Larisa yang kaget.     

"Iya, dan aku pikir Audrey benar-benar ingin meminta maaf denganmu,"     

"Sungguh?" tanya Larisa yang tidak percaya.     

"Entalah, tapi aku juga masih ragu, karna semua terlihat ambigu. Audrey itu kan sangat licik, jadi meski begitu kita tetap harus waspada, terutama kamu," kata Alex.     

      

***     

Esok harinya.     

Audrey pun sudah bersiap berangkat ke sekolah barunya, dan di antarkan oleh sang ibu, Seruni.     

"Ini Sayang, sekolahnya, memang tak semewah dan se elite Superior High School sih, tapi kualitasnya lumayan kok," tutur Seruni.     

Dan Audrey masih diam saja karna sedang melamun.     

"Ih, Audrey! di ajak ngomong kok malah diam saja sih, kamu?" tanya Seruni.     

"Eh iya, Mi. Tadi nanya apa?" tanya Audrey.     

"Hufft ... jadi ngulang kan, Audrey kamu suka enggak sekolah di ini?" tanya Seruni.     

"Owh, suka, Mi! suka!" jawabnya yang tergesa-gesa.     

"Ah, syukur deh kalau kamu suka sih," kata Seruni.     

Lalu Seruni mengajaknya masuk ke ruangan sekolah dan tepat hari itu juga Audrey mulai belajar di situ.     

***     

      

Hari pertama masuk ke dalam kelas, Audrey tampak ragu-ragu. Dia melihat isi kelas dalam sekolah itu yang tampak sederhana, dan tidak semewah sekolahnya dahulu. Serta penampilan dari siswi-siswinya juga biasa saja.     

Justru penampilannya sendiri yang terlihat sangat mewah, serta menjadi pusat perhatian.     

Sepanjang jam pelajaran mereka terus memperhatikan Audrey. Bahkan mereka juga diam-diam membicarakan Audrey di belakang.     

Audrey benar-benar merasa sangat sendiri. Dia yang dulu berkuasa dan di takuti banyak orang kini berubah menjadi orang biasa yang bahkan nyaris tak di perhatikan.     

***     

      

Setelah jam istirahat tiba, Audrey pun berjalan sendirian menuju kantin, dia berpapasan dengan seorang gadis berkacamata yang hampir mirip dengan Larisa.     

Gadis itu tengah membawa tumpukan buku cetak yang lumayan banyak.     

Dan tak sengaja gadis itu pun tersandung dan hampir terjatuh, tubuhnya memang tidak jatuh tapi beberapa bukunya jatuh berserakan di lantai.     

Dan saat itu juga Audrey kembali teringan dengan Larisa, yang membawa tumpukan buku dan jatuh berserakan di lantai. Waktu itu bukannya menolongnya, tapi Audrey dan dua sahabatnya yaitu Sisi dan Nana malah meledeknya, bahkan dengan sengaja dia dan kedua sahabatnya menendang buku-buku itu hingga terlempar jauh.     

Audrey begitu menyesal saat mengingat kejadian itu, dan oleh karena itu dia pun melanjutkan langkah kakinya untuk membantu gadis itu. Tapi belum sempat membantunya malah ada sekelompok para siswi yang berjalan menghampiri si gadis berkaca mata.     

Audrey mulai berpikir jika para siswi itu akan melakukan hal yang sama terhadap gadis kaca mata, sama persis saat dia dan teman-temannya melakukan kepada Larisa.     

      

Tapi setelah di perhatikan, ternyata sekelompok siswi itu malah membantu si gadis kaca mata untuk memungut buku-bukunya, dan mereka semua saling tertawa dan bercanda sambil berjalan menuju perpustakaan.     

Audrey merasa terenyuh dan benar-benar sangat menyesal, karna dia sudah berbuat jahat kepada Larisa.     

Dan dia menyadari bahwa meski dari golongan orang miskin sekalipun, manusia itu tetap sama, sama-sama harus di hargai.     

Melihat sekelompok para siswi itu membuatnya merasa ingin melakukan hal yang sama kepada Larisa. Kalau saja dia bisa memutar waktu, pasti Audrey tidak akan melakukan penindasan kepada Larisa, dan dia akan memilih berteman saja, dan mungkin dia akan bahagia tanpa dendam, dan saat itu juga mungkin dia tidak akan di ganggu oleh hantu Larasati.     

      

Lalu saat dia berjalan sambil melamun, tiba-tiba ada yang memanggilnya.     

"Hey, kamu Audrey si anak baru itu ya?" tanya seorang siswi teman sekelasnya.     

"Iya," jawab Audrey.     

"Kenalkan, aku Nola," ucap siswi itu sambil mengulurkan tangannya.     

Dan Audrey segera menjabat tangan Nola.     

"Audrey," ucap Audrey sambil tersenyum.     

"Mau makan bareng?" tanya Nola.     

Audrey mengangguk, lalu mereka pun pergi ke kantin bersama.     

Meski keluar dari sekolah elite yang membuat dirinya di hormati dan di takuti.     

Tapi berada di sekolah yang biasa ini, mampu membuatnya belajar banyak hal. Dia bisa belajar, tentang arti persahabatan dan kesederhanaan. Dia merasa sangat bahagia berada di sini, melebihi bahagia saat bersama Nana dan Sisi.     

Di tempat ini, mereka sangat ramah kepada Audrey, dan mereka juga merasa saling  peduli dengan orang lain, dan hal itu membuat Audrey sangat bahagia sekaligus malu dengan perbuatannya dulu, yang begitu sombong dan suka menindas, tak ada rasa peduli terhadap sesama, yang ada malah saling menjatuhkan satu sama lain. Dia baru menyadari jika kedamaian dan saling menghargai itu sangat indah.     

      

'Aku benar-benar harus meminta maaf kepada Larisa,' batin Audrey.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.