Menyelamatkan Anak
Menyelamatkan Anak
Kepala Keluarga Feng ingin masuk beberapa kali, tapi dia segera dihentikan oleh Feng Xiao. Feng Xiao khawatir kalau ayahnya akan terlalu bersemangat dan merusak barang-barang di dalam. Ketika mereka berdua mendengar teriakan yang mulai melemah, hati mereka menjadi murung, khususnya Kepala Keluarga Feng. Dia merasa seolah-olah jatuh ke dalam jurang maut. Seperti ada batu yang menekan dadanya dan membuatnya tidak bisa bernapas.
"Situasinya buruk! Buruk sekali!"
Seorang bidan berlari dengan panik sedangkan tangannya berlumuran darah. "Sang ibu hampir koma tapi kami belum bisa melihat kepala bayi. Ayah Penguasa, Penguasa, saya khawatir kita hanya bisa menyelamatkan satu orang, entah sang ibu atau bayinya. Tolong buat keputusan dengan cepat. Kalau sampai terlambat, maka kita tidak akan bisa menyelamatkan keduanya. "
Ketika Kepala Keluarga Feng mendengarnya, tubuhnya langsung gemetaran. Dia terjatuh di kursinya. "Hanya... hanya satu yang bisa diselamatkan?"
Feng Xiao ingin membuka mulutnya, tapi tidak ada kata-kata yang keluar.
"Jika hanya ada satu yang bisa tetap hidup, maka tolong selamatkan sang ibu!" Tangannya mengepal dengan erat. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.
Saat ini, seorang bidan menjawab dengan putus asa. "Ibu Permaisuri memberitahu kami untuk menyelamatkan bayinya."
"Tidak mungkin! Selamatkan dia!" Kepala Keluarga Feng berdiri dan berteriak dengan keras. Dia masuk ke dalam tanpa mempedulikan orang yang menghalanginya.
"Ada apa dengan menyelamatkan sang ibu atau bayinya?"
Suara Feng Jiu tiba-tiba terdengar. Suaranya membuat kecemasan di hati Feng Xiao mereda. Ketika Feng Xiao berbalik badan, dia melihat putrinya melompat dari bulu terbang berwarna pelangi dan menghampirinya.
"Jiu kecil, nenekmu jatuh dan mengalami kesulitan saat melahirkan. Bidan memberitahu kami bahwa tali pusar melilit di sekitar leher bayi. Sekarang, nenekmu sedang dalam keadaan koma tapi kepala anak itu belum terlihat. Sepertinya tidak ada tanda-tanda positif. " Suara Feng Xiao terdengar muram. Hatinya benar-benar merasa terbebani.
Feng Jiu sudah menduga bahwa ada masalah dalam persalinan neneknya. Tanpa diduga, dia bisa menebaknya dengan benar. Dia pun segera bertanya, "Bagaimana dengan Kakek?"
"Kakekmu ada di dalam. Bidan mengatakan bahwa hanya satu orang yang bisa diselamatkan. Kakekmu ingin melindungi istrinya sedangkan nenekmu ingin menyelamatkan anaknya."
"Aku akan masuk dan memeriksanya." Feng Jiu segera masuk ke dalam.
Feng Xiao ingin menghalangi Feng Jiu agar dia tidak masuk. Bagaimanapun juga, dia adalah anak perempuan yang belum menikah. Feng Xiao khawatir bahwa perilakunya akan terlihat tidak pantas. Namun setelah memikirkannya kembali, dia memutuskan untuk tidak memanggil Feng Jiu tapi tetap menunggu di luar.
Jiu Kecil ahli dalam bidang medis. Dia mungkin punya solusi.
Feng Jiu langsung mengerutkan alisnya setelah dia masuk ke dalam. Bau darah di dalam lebih kuat daripada di luar. Seberapa parah pendarahan neneknya?
Dia berjalan menuju ke bagian dalam kamar tidur. Saat itu, dia melihat Kepala Keluarga Feng memegang tangan istrinya sambil mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati. Dia maju dan berseru. "Kakek, aku akan memeriksanya."
Tanpa membuang-buang waktu, dia segera memeriksa nadi Su Xi dan memeriksa perutnya.
"Feng kecil, kamu harus menyelamatkan nenekmu. Jika dia tidak bisa melahirkan, maka selamatkan dia. Selama dia aman, maka tidak akan ada masalah." Kepala Keluarga Feng berbicara dengan mata yang memerah.
"Lebih baik Kakek keluar lebih dulu, jangan khawatir! Tidak akan terjadi apa-apa." Feng Jiu menghibur Kepala Keluarga Feng dan meminta seseorang untuk membantunya memeriksa Su Xi.
Setelah Kepala Keluarga Feng keluar, Feng Jiu bertanya pada Su Xi yang sedang berbaring di tempat tidur. "Apakah Nenek ingin menjaga bayinya?"
"Mm, Feng Kecil, jangan dengarkan kakekmu. Jagalah bayiku. Anak ini lahir dari kakekmu dan aku. Aku tidak mau kehilangan anak ini." Su Xi berbicara sambil menangis.
Jika Su Xi punya pilihan, maka dia berharap bisa melihat anaknya tumbuh dengan aman. Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa bertahan hidup hari ini. Ketika dia memikirkan anak dan suaminya, dia merasa tidak berdaya dan sedih.