Niat Bertarung
Niat Bertarung
"Bruk! Bruk! Bruk!"
Ketika aliran udara menembak tanah, Ketua Sekte Lima Racun menyerang dengan telapak tangannya. Dalam waktu singkat, tanah membusuk dan meninggalkan lubang. Dia mendongak dan melihat bahwa Ketua Sekte itu menderita banyak luka akibat pertarungannya dengan Mo Chen. Karena luka di bahunya tersayat dalam, raut wajahnya menjadi sangat mengerikan. Selain itu, energi vitalnya menjadi semakin kacau. Jika tidak ada masalah, maka Mo Chen akan segera mengalahkannya!
Dugaan ini membuatnya merasa lega. Meskipun kekuatan Ketua Sekte Lima Racun mampu menandingi Mo Chen, namun kekuatan bertarung Mo Chen menjadi lebih berani saat durasi pertarungan menjadi lebih lama. Bukan masalah bagi Mo Chen untuk menaklukkan lawannya.
Kalau Feng Jiu tidak menyaksikannya dengan matanya sendiri, dia tidak akan tahu bahwa Mo Chen benar-benar memiliki kekuatan kultivasi sehebat itu.
"Jiu kecil!"
Feng Jiu menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Itu adalah Guan Xilin yang tubuhnya berlumuran darah. Dia berjalan menuju ke arahnya sambil membawa pedang di tangannya. Saat ini, Ketua Sekte Lima Racun diserang oleh Mo Chen dan mundur ke tempat Guan Xilin berada. Feng Jiu terkejut dan berteriak dengan tergesa-gesa.
"Menjauh!"
Guan Xilin melihat pria itu mundur ke arahnya. Tanpa berpikir panjang, dia menebasnya dengan pedangnya. Bagaimanapun juga, dia bisa membunuh siapapun di sini kecuali Feng Jiu dan Mo Chen!
Bilah pedang yang dingin mengeluarkan suara mendesir saat menyerang Ketua Sekte Lima Racun. Ketika Ketua Sekte merasakan niat membunuh datang dari belakang dan melihat raut ketegangan Feng Jiu, dia langsung tertawa muram dan berbalik dengan cepat. Setelah melihat Guan Xilin datang dan menghindari serangannya, dia mengulurkan tangan untuk mencekik leher Guan Xilin.
"Kakak!"
Feng Jiu tertegun. Tanpa berpikir panjang, dia mengangkat energi vitalnya dan terbangke depan. Karena kecepatannya tidak secepat pihak lain, dia mengangkat Pedang Ujung Biru. Aliran udara yang ganas terbang keluar dan menusuk tangan yang bertujuan untuk mencengkram leher kakaknya.
Guan Xilin merasa seluruh tubuhnya menegang seketika. Dia tidak bisa bergerak setelah diselimuti oleh tekanan kuat itu. Dia memandang tanpa daya saat pria itu mengungkapkan senyum aneh yang dipenuhi dengan kebencian dan niat membunuh. Kemudian, dia melihat tangan ungu tua pria itu hendak mengalungkan di lehernya dan aura kematian menyelimutinya. Tapi sayangnya, dia tidak memiliki perlawanan sama sekali.
Sejak memasuki peringkat Bela Diri Suci dan mendapatkan pengalaman di luar selama beberapa tahun, ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan lawan yang begitu kuat. Tekanan dari lawan membuatnya tidak bisa bergerak. Kekuatan pria itu sangat kuat sehingga hatinya terguncang.
Guan Xilin berpikir bahwa dia cukup kuat untuk melindungi dirinya sendiri dan orang-orang yang dia sayangi namun dia tidak berpikir bahwa ada orang yang kekuatannya berada di atasnya seperti halnya langit di luar angkasa yang bisa dia lihat. Dia cukup kuat untuk berurusan dengan para kultivator yang kekuatannya setara dengannya, tapi dia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk melawan mereka yang jauh lebih kuat darinya.
Namun, dia tidak mau dibunuh dengan cara ini, apalagi menonton tanpa daya saat itu terjadi. Amarah di hatinya membuat energi mistik di tubuhnya bergejolak seperti banjir yang menghancurkan tanggul. Energi di tubuhnya melonjak dengan keras dan membuat jantungnya berdetak dengan kencang. Rasa enggan dan tekadnya yang kuat membangkitkan niat bertarung di tubuhnya.
Namun, ketika tangan itu hendak mencubit lehernya, bilah Pedang Ujung Biru jauh lebih dulu menikam pria itu….