Bunuh Dia
Bunuh Dia
"Sudah dilaksanakan dengan baik." Dia melirik Tetua Hantu yang mengikuti di belakangnya. "Bisa dibilang bahwa bakat dari sekelompok Murid Bayangan ini sangat bagus karena mereka mampu mencapai tingkat kultivasi setinggi ini dalam waktu hanya tiga bulan."
"Hamba tidak berani menerima pujian anda. Semua karena pil yang dialokasikan dari atas dan sumber daya yang disediakan untuk melatih mereka. Kalau tidak, mustahil untuk mencapai hasil ini dalam waktu singkat." Tetua Hantu berbicara dengan cepat.
"Apakah mereka sudah meminum Pil Penghambur Hati?" Pria berjubah hitam itu bertanya lagi.
"Sudah." Tetua Hantu menjawab dengan hormat. Dia kemudian berkata kepada seratus dua puluh tiga pria it. "Mulai sekarang, Tuan kalian adalah orang yang berdiri di hadapan kalian sekarang! Kalian harus mematuhi setiap perintahnya tanpa ragu! Bersumpahlah dengan sepenuh hati sampai kematian kalian!"
"Salam untuk Tuan. Hamba bersumpah setia sampai mati dan akan berkorban dengan rela tanpa ragu."
Seratus dua puluh tiga pria berlutut dengan hormat. Suara mereka yang keras menggema di seluruh alun-alun. Hati Tetua Hantu sakit saat melihat pemandangan ini.
Tidak peduli apa yang telah direncanakan sebelumnya, rencana surga tidak akan bisa dihindari. Dia ingin menjadikan seratus dua puluh tiga orang ini sebagai miliknya, tapi sekarang, dia telah melatih orang-orang ini dengan sia-sia karena dia harus memberikan mereka tanpa imbalan...
Pria berjubah hitam itu tampak sangat puas ketika melihatnya. Dia melirik Tetua Hantu sebentar lalu menatap orang-orang di barisan depan. Suaranya yang rendah dan dingin terdengar lagi. "Kalau begitu, biarkan aku menguji kalian dan melihat apakah kalian benar-benar lulus pelatihan."
Meskipun seratus dua puluh tiga pria ini mengenakan topeng dan wajah mereka masih tanpa ekspresi namun, ketika mereka mendengar kata-kata itu, mereka merasa agak khawatir. Dia ingin menguji kekuatan mereka? Apa yang ingin dia lakukan?
Adapun Feng Jiu yang berdiri di barisan depan. Meskipun wajahnya di balik topeng masih tanpa ekspresi seperti yang lain, tetapi dia tidak bisa menahan perasaan terkejut ketika dia melihat pria yang mengenakan topeng dan beberapa orang di sampingnya.
Jika dia tidak salah ingat, maka pria yang memakai topeng itu adalah orang yang dia selamatkan di rumah sakit. Pria itu memiliki bau daging busuk dan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan tanda merah. Dia juga mengenakan topeng pada saat itu.
Jika dia tahu bahwa pria itu adalah Penguasa Istana Malam Bayangan, maka dia akan menggunakan kesempatan itu untuk membunuhnya. Sayangnya, dia tidak tahu identitasnya dan malah menyelamatkan hidupnya.
"Kamu, keluar." Jari pria berjubah hitam itu menunjuk Feng Jiu dan tatapannya tertuju padanya.
Setelah Feng Jiu melihatnya, dia melangkah maju dengan hormat dan berdiri dengan tegak.
"Lakukan semampumu untuk membunuhnya." Pria berjubah hitam itu membelokkan jarinya dan menunjuk Tetua Hantu yang berdiri di sampingnya.
Ketika Tetua Hantu mendengarnya, jantungnya berdebar panik dan matanya terbelalak. "Tuan, Tuan..."
"Baik." Feng Jiu menanggapi dengan hormat. Sesaat kemudian, dia berbalik badan dan menyerang Tetua Hantu menggunakan belatI. Cahaya belati yang dingin dan tajam menyapu udara hingga mendekati tanda vital di tubuh Tetua Hantu.
Tetua Hantu bergegas mundur dan menatap pria berjubah hitam itu dengan tidak percaya. Dia tidak mengerti mengapa dia diperlakukan seperti ini. "Tuan, apa kesalahan hamba?"
"Apa kamu tidak tahu kesalahanmu?" Mulut pria berjubah hitam itu menunjukkan senyum haus darah. Matanya yang dingin tertuju pada Tetua Hantu. "Apa kamu berpikir bahwa jika kamu membunuh semua orang di sini, maka tidak ada yang tahu apa rencanamu?"