Dokter Hantu yang Mempesona

Sebuah Tendangan



Sebuah Tendangan

3Di jalan pegunungan, Feng Jiu yang mengenakan pakaian merah duduk dengan satu kaki terlipat di punggung Pak Tua Putih sedangkan kaki lainnya menggantung di sisinya. Dia sedang mengunyah buah di tangannya. Tubuhnya bergoyang dengan santai seiring dengan langkah Pak Tua Putih. "Pak Tua Putih, ayo jalanlah lebih cepat! Dengan kecepatan seperti ini, bagaimana aku bisa mengajakmu berpetualang nanti?" Feng Jiu berkata dengan pasrah sambil menggigit buah.     

Dia sudah pernah memikirkannya! Pergi ke Kota Shun Yan bukan hanya soal menghabiskan waktu di jalan dan tiba di tempat tujuan. Dia berniat membawa Pak Tua Putih untuk menyelinap secara diam-diam, tapi Pak Tua Putih tinggal di rumah terlalu lama jadi ia tidak bisa berjalan dengan cepat.      

Jika mereka terus berjalan dengan laju seperti ini, kapan mereka akan sampai di Kota Shun Yan?     

Dia sudah meminta seseorang untuk menyampaikan pesan ke Istana Neraka ketika dia memutuskan untuk pergi ke Kota Shun Yan. Dia tidak tahu apakah Xuanyuan Mo Ze bisa sampai ke Kota Shun Yan pada waktu yang sudah ditentukan. Jika pria itu tidak bisa melakukannya, maka dia akan mampir ke Istana Neraka untuk mencarinya.     

Lagipula, pergi ke pegunungan Pegunungan Langit yang jauh akan membutuhkan waktu dua atau tiga bulan sekaligus untuk perjalanan pulang. Jika Xuanyuan Mo Ze menemani dalam perjalanan, setidaknya dia bisa mengurusnya.     

"Nona, tunggu sebentar. Saya akan lari sekarang." Setelah Pak Tua Putih selesai berbicara, dia segera lari kencang. Feng Jiu tiba-tiba terdorong ke belakang karena posisi duduk yang kurang tepat. Untung saja dia segera menarik tali kemudi dengan kuat dan bisa menenangkan kudanya.     

Pak Tua Putih berpacu di jalur pegunungan dengan sangat cepat. Suara gemerincing kukunya menggema di sepanjang jalan pegunungan dan pusaran pasir kuning membumbung ke udara.     

Saat malam tiba, Pak Tua Putih memperlambat lajunya. "Nona, saya merasa haus. Mari kita cari tempat untuk beristirahat!"     

Feng Jiu sadar bahwa mereka telah melakukan perjalanan cukup lama dalam sehari. Dia pun mengangguk. "Baik! Mari kita mencari tempat untuk istirahat." Dia segera melompat turun dari kuda dan berjalan ke dalam hutan di samping jalan setapak. Dia meregangkan otot dan tulangnya yang sakit. Kemudian, dia memberitahu Pak Tua Putih. "Kamu bisa mencari air sendiri!"     

Pak Tua Putih terhuyung-huyung sejenak. Dia pun mengguncang tubuhnya dan pergi sendirian untuk mencari sumber air. Setelah ia mendengar aliran air yang deras, ia akhirnya menemukan sungai dan mencondongkan tubuh ke depan untuk minum.     

Pada saat yang bersamaan, Pak Tua Putih mendengar suara samar-samar datang dari hilir sungai. Karena ia agak penasaran, ia memutuskan untuk menyusuri jalan setapak di antara ilalang menuju ke hilir sungai. Tepat ketika ia melihat pemandangan di dalam air, matanya langsung berbinar. Dia tidak bisa menahan air liurnya. Ia pun segera menyembunyikan diri di antara tumpukan rumput liar.     

Wanita cantik!     

Pak Tua Putih tersentak kagum dalam hati. Sepasang matanya tertuju pada sosok yang basah kuyup di dalam air. Saat ini, langit belum sepenuhnya gelap sehingga ia bisa dengan jelas melihat bahu seputih salju wanita itu serta "pemandangan musim semi" yang samar-samar terlihat.     

Meskipun demikian, setelah beberapa kali melirik wanita itu, Pak Tua Putih tiba-tiba mengingat Nona yang memberikan peringatan untuk tidak bersikap cabul. Ia akhirnya berpikir untuk pergi lebih dulu dan memberitahu majikannya tentang masalah ini. Ketika ia mundur dan bersiap untuk pergi, ia tidak menduga akan menemukan seorang pria yang bersembunyi di tumpukan rumput yang tidak jauh dari sana. Pria itu juga sedang menatap wanita di dalam air.     

Pak Tua Putih langsung terlihat cemberut dan memutar jalurnya. Ia pergi ke belakang pria yang sedang mengintip "pemandangan mata air" dan mengangkat kakinya untuk menendang pria itu ke dalam air.     

"Dasar bejat! Beraninya kamu mengintip wanita yang sedang mandi!" Pak Tua Putih mengumpat dan mengangkat dagunya. Saat ini, ia merasa telah melakukan perbuatan baik.     

"Ahhh!"     

Pria itu ditendang tanpa sadar dan langsung kehilangan keseimbangan. Dia pun terjun ke dalam air dan menimbulkan suara cipratan yang keras.     

Bersamaan dengan teriakan pria itu, wanita yang sedang mandi juga ikut berteriak. "Ahhh...!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.