Sebuah Desa Pegunungan yang Tenang
Sebuah Desa Pegunungan yang Tenang
Pada malam hari, seekor kuda putih dan seorang pemuda berbaju merah berpacu di sepanjang jalan pegunungan. Angin malam bertiup di wajahnya sehingga matanya pun sakit.
Pak Tua Putih berlari kencang dan bertanya, "Nona, apakah tidak masalah kalau kita meninggalkan wanita cantik itu di sana? Bagaimana kalau dia dalam bahaya?" Dalam pandangannya, wanita itu sangat cantik dan montok sehingga dia kemungkinan besar akan menghadapi bahaya di jalanan.
Jika majikannya bersedia mengajak wanita itu, maka Pak Tua Putih tidak akan terlalu khawatir.
Bibir Feng Jiu menunjukkan senyum iblis. "Pak Tua Putih, kalau sudah waktunya pulang, aku akan mencarikan kuda betina untukmu! Bagaimana?"
"Nona, saya adalah kuda yang bermutasi. Bagaimana seekor kuda biasa sepadan dengan saya? Itu tidak perlu."
Suara Pak Tua Putih menghilang oleh hembusan angin malam. Seorang wanita dan seekor kuda saling mengobrol dengan santai. Akhirnya, sebuah desa kecil muncul di depan mata mereka saat matahari terbit.
"Nona, ada sebuah desa kecil. Ayo istirahat di sana!" Pak Tua Putih mengatakannya sambil berlari ke arah desa.
"Jangan berbicara lagi setelah kita memasuki desa. Kalau tidak, kamu pasti akan menakut-nakuti orang." Feng Jiu memberikan perintah.
"Ya, saya tahu."
Pak Tua Putih menjawab. Dia pun menutup mulutnya sambil berjalan untuk memasuki desa. Setelah matahari terbit, beberapa penduduk desa keluar sambil menggotong cangkul atau tong kayu di bahu mereka. Asap gelap mengepul dari cerobong yang menandakan bahwa beberapa penduduk desa sedang membuat sarapan.
Feng Jiu turun dari kudanya dan menuntun Pak Tua Putih ke sebuah rumah. Kemudian, dia mengetuk pintu. "Apakah ada seseorang di rumah?"
Pintu kayu sederhana dibuka oleh seorang wanita tua dan mengeluarkan suara berderit. Ketika dia melihat Feng Jiu yang berpakaian merah dan memiliki wajah setampan makhluk surgawi, dia terkejut dan bertanya dengan sedikit waspada, "Tuan Muda, ada apa?"
Feng Jiu menjawab sambil tersenyum. "Nenek, saya baru melewati tempat ini dan ingin beristirahat di sini. Saya ingin tahu apakah itu tidak masalah?"
"Tentu saja, tapi keluarga saya terlalu sederhana. Saya harap Tuan Muda tidak keberatan." Wanita tua itu membuka pintu dan meminta Feng Jiu untuk masuk. Ketika dia melihat Feng Jiu memegang tali kendali kuda di tangannya, dia berkata, "Tuan Muda bisa mengikat kuda ini ke tiang kayu di depan pintu."
"Baik." Feng Jiu mengikat Pak Tua Putih ke tiang kayu di depan pintu. Setelah dia menepuk kepala dan mengucapkan beberapa kata pada kuda itu, dia akhirnya memasuki rumah kayu.
"Tuan Muda, tidak ada barang bagus di rumah ini. Tolong jangan keberatan dan silahkan makan." Wanita tua itu memberi semangkuk bubur millet, sepiring kecil acar sayuran dan dua pancake labu pada Feng Jiu .
Feng Jiu melihat camilan petani itu sambil tersenyum dan menyipitkan matanya. Dia pun segera mengucapkan terima kasih. "Terima kasih, Nenek." Dia tiba-tiba melirik seorang anak laki-laki berusia lima atau enam tahun dengan kuncir kuda mencuat di atas kepalanya. Anak itu sedang menatap Feng Jiu dengan penuh rasa penasaran.
"Apakah dia cucu anda, Nenek?" Feng Jiu tersenyum pada anak laki-laki itu.
"Iya, dia adalah cucu saya." Wanita tua itu menunjukkan senyum penuh kasih dan melambaikan tangan kepada anak laki-laki itu. "Macan Kecil, keluarlah dan temui Tuan Muda ini."
Anak kecil itu mengedipkan matanya dan menatap Feng Jiu dengan malu-malu. Dia pun berlari bersembunyi di belakang neneknya.
"Tuan Muda, tolong jangan tersinggung. Cucu saya masih kecil dan jarang bertemu dengan orang asing." Wanita tua itu berkata dengan nada meminta maaf.