Aku Akan Menggendongmu
Aku Akan Menggendongmu
Sementara itu, pria jangkung dan kurus yang sebelumnya menceritakan adegan yang dia lihat bersama seorang pria paruh baya di rumah judi. Pria paruh baya itu pun terkejut. "Untung saja kamu tidak membuat kesalahan. Kalau tidak, konsekuensinya tidak bisa dibayangkan."
Ketika dia memikirkannya, dia langsung merasa takut. Sebagai pemilik rumah judi, keputusan yang dia buat bisa melibatkan hidup mati. Dia sudah terbiasa memikirkan segalanya lebih dari dua kali dan melihat gambaran besarnya. Justru karena itulah statusnya di Kota Kekaisaran menjadi lebih kokoh.
Jika dia melihat keuntungan kecil dan membiarkan anak buahnya berurusan dengan kedua orang itu, maka konsekuensinya tidak akan bisa dibayangkan.
"Tuan, mungkinkah pria berjenggot itu..." Pria jangkung dan kurus menebak sambil menatap atasannya.
"Mm, itu pasti dia. Kalau tidak, Bayangan Satu dan Serigala Abu-abu tidak akan muncul di sana." Pria paruh baya itu menjawab sambil menghela nafas lega.
Ketika pria jangkung dan kurus itu mendengarnya, dia juga merasa terkejut. Dia merasa sedang berjalan di ambang hidup dan mati. Itu benar-benar berbahaya.
Dibandingkan dengan keramaian dan hiruk pikuk kota, Gunung Chaoyang sangat tenang dan indah. Dua orang sedang duduk di puncak gunung sambil menyaksikan matahari terbenam turun ke cakrawala secara perlahan. Fenomena itu mewarnai langit dengan cahaya kemerahan yang mempesona.
Setelah matahari terbenam, langit perlahan menjadi gelap dan dua orang yang duduk di puncak gunung mulai mencari udara segar. Feng Jiu bersandar di pelukan Xuanyuan Mo Ze sedangkan Xuanyuan Mo Ze memeluknya untuk menghalangi udara malam yang dingin.
"Cuaca di gunung agak dingin pada malam hari. Ayo pulang." Xuanyuan Mo Ze berbisik di telinga Feng Jiu. Dia sangat menikmati waktu luang bersama.
"Kalau begitu, kamu bisa menggendongku."Feng Jiu tersenyum sambil sedikit mendongak untuk menatapnya.
"Baiklah." Xuanyuan Mo Ze membungkuk dan mencium bibir Feng Jiu yang menggoda seperti kelopak bunga. Ciuman ringan itu membuatnya menginginkan lebih. "Ayo kembali dan lanjutkan di rumah." Dia pun menatap Feng Jiu dengan tidak sabar.
Ketika Feng Jiu mendengarnya, dia tertawa terbahak-bahak. Dia menatap Xuanyuan Mo Ze dengan kesal. "Jangan pikirkan itu."
Xuanyuan Mo Ze hanya bisa menghela nafas dan berdiri. "Baiklah kalau begitu! Aku hanya akan memimpikannya malam ini." Dia mengambil jubah untuk menutupi tubuh Feng Jiu. Kemudian, dia berbalik dan membungkukkan punggungnya ke arah Feng Jiu. "Ayo, aku akan menggendongmu di punggungku. Kalau kamu lelah, kamu bisa tidur telentang."
Feng Jiu melompat dan melemparkan dirinya ke punggung Xuanyuan Mo Ze dengan mata berbinar. Dia melingkarkan tangannya di lehernya lalu melingkarkan kakinya di pinggangnya. "Baik. Ayo pergi!"
Bahunya yang kuat dan kokoh memberikan rasa nyaman dan aman pada Feng Jiu. Dia pun berbaring telentang sambil merasakan kehangatan yang menyebar ke tubuhnya. Malam ini, dia merasa sangat nyaman dan hangat.
"Pegang erat-erat."
Xuanyuan Mo Ze menggendongnya sambil menuruni gunung dengan santai. Mereka tidak terburu-buru sehingga mereka tidak perlu terbang menaiki pedang. Akhirnya, dia menggendong Feng Jiu di sepanjang jalan sambil mengobrol.
"Kalau kamu kedinginan, kamu bisa merapatkan jubahmu. Jangan sampai masuk angin. Kamu bisa tidur di dalam jubah." Dia berjalan dengan langkah yanh mantap.
"Mm." Feng Jiu bergumam. Ayunan yang lembut membuatnya menguap dan matanya mulai terpejam.