Bodoh
Bodoh
Xuanyuan Mo Ze berjalan secara perlahan. Dia merasakan nafas hangat yang menyembur ke lehernya dan berhenti berjalan. Ketika dia menoleh ke samping dan melihat Feng Jiu sudah tertidur, dia akhirnya berhenti bicara lalu melanjutkan perjalanan.
Langkah kakinya semakin lambat dan mantap seolah-olah dia membawa seluruh dunia di punggungnya. Dia sangat berhati-hati agar tidak membangunkan Feng Jiu.
Wanita yang tidur telentang di punggungnya sedang beristirahat dengan nyaman. Dengan adanya Xuanyuan Mo Ze, dia tidak perlu mengkhawatirkan hal lain…
Serigala Abu-abu menunggu mereka di luar rumah dengan khawatir ketika dia melihat malam semakin gelap. Kedua orang itu belum kembali. Mereka berdua seharusnya menyaksikan matahari terbenam lalu pulang lebih awal. Kali ini, bintang sudah berkelap-kelip di langit malam dan bulan bersinar dengan terang, tapi keduanya masih belum kembali.
"Bagaimana kalau kita menunggu di luar kota?" Serigala Abu-abu memberi saran pada Bayangan Satu di sisinya.
"Dengan kekuatan Tuan dan Dokter Hantu, iblis ataupun hantu yang bertemu dengan mereka harus mencari jalan putar balik." Bayangan Satu memeluk pedangnya dan bersandar di pintu.
"Benar." Serigala Abu-abu mengangguk. Dengan kekuatan mereka berdua, bisa dipastikan bahwa siapapun yang bertemu dengan mereka pasti harus mencari jalan memutar. Hanya orang-orang yang ceroboh yang berani mengganggu mereka.
"Mereka sudah datang." Suara Bayangan Satu terdengar.
"Dimana? Dimana?" Serigala Abu-abu segers melihat ke belakang. Setelah dia melihat Tuan mereka berjalan secara perlahan sambil menggendong seseorang di punggungnya, dia berlari ke depan dengan cepat.
"Tuan..." Ketika Serigala Abu-abu baru mulai bicara, dia langsung berhenti.
Serigala Abu-abu melirik Dokter Hantu yang tertidur dengan nyenyak di punggung Tuannya. Dia pun bertanya dengan suara pelan, "Tuan, bagaimana jika saya membawa Dokter Hantu ke dalam rumah?"
Dia melihat bahwa telapak kaki Tuannya tertutup oleh lumpur tebal. Bisa dilihat dengan jelas bahwa Tuannya pulang dengan berjalan kaki. Jika dia berjalan kembali dari Gunung Chaoyang, maka perjalanannya tidak singkat! Rasanya pasti sangat melelahkan menggendong seseorang di punggungnya.
Siapa sangka bahwa niat baiknya hanya dibalas dengan tatapan tajam dari Tuannya. "Siapkan air mandi." Xuanyuan Mo Ze berbicara sambil berjalan melewati Serigala Abu-abu.
Serigala Abu-abu menggaruk kepalanya dan menatap Bayangan Satu. "Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?"
Bayangan Satu meliriknya sejenak. Kemudian, dia berbalik untuk memasuki kediaman. "Kamu tidak boleh terlalu ikut campur dengan hal yang berurusan dengan Dokter Hantu."
Serigala Abu-abu tercengang. Dia membuka mulutnya, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Dia hanya berniat baik. Bagian mana yang terlalu ikut campur?
Setelah keduanya memasuki kediaman, Feng Jiu yang sedang tidur di punggung Xuanyuan Mo Ze mulai terbangun. Dia membuka matanya dengan linglung. Kemudian, dia terkejut karena mereka sudah tiba di kediaman. "Apakah kita sudah sampai?"
"Kita sudah pulang. Aku akan mengantarkanmu ke kamar." Xuanyuan Mo Ze memiringkan kepalanya ke samping untuk menatap Feng Jiu. Bibirnya menunjukkan senyuman penuh kasih sayang.
"Turunkan aku. Turunkan aku." Feng Jiu berusaha melompat. Namun ketika dia melihat lapisan lumpur tebal di sepatu Xuanyuan Mo Ze, dia memandang langit sambil mengedipkan mata. "Apa kamu tidak kembali dengan menaiki pedang terbang?"
"Menaiki pedang terbang terlalu berangin." Xuanyuan Mo Ze menjawab sambil menggosok lengannya yang sakit.
"Bodoh sekali!" Feng Jiu menatapnya dengan tajam. "Kalau begitu, kamu bisa membangunkan aku! Kamu pasti sangat lelah berjalan pulang dari sana." Dia menepuk kepala Xuanyuan Mo Ze. "Salahkan aku. Aku seharusnya tidak memintamu untuk menggendongku di punggung."
"Bodoh." Xuanyuan Mo Ze memegang tangan Feng Jiu dengan santai. "Kalau aku tidak bisa menggendongmu di punggungku, bagaimana aku akan berani menikahimu?"
"Itu hal yang sangat berbeda."