Dokter Hantu yang Mempesona

Sanjungan



Sanjungan

1Pria itu tampak aneh.     

Dia seperti anak kecil yang berpura-pura menjadi orang dewasa dengan menggunakan kumis palsu yang aneh.     

"Kamu siapa, Nak? Kenapa kamu menatapku?" Pria itu melotot ke arah Feng Jiu.     

Pelayan Qian dengan cepat berbicara sambil tersenyum. "Hehe, Kakak Senior Chen, dia adalah pesuruh yang baru menaiki gunung dan masih tidak mengerti sopan santun. Jangan merendahkan diri anda ke levelnya."     

"Salam kepada Kakak Senior Chen. Saya adalah pesuruh baru di sini." Feng Jiu melangkah maju. Dia pun memberikan hormat sambil menyeringai.     

"Bagaimana pesuruh baru sudah bisa mengenalku? Sepertinya ketenaranku di Puncak Matahari Ketiga begitu besar sehingga semua orang mengenalku!" Wajahnya tiba-tiba terlihat bangga. Dia menekuk satu tangan di belakang punggungnya sedangkan tangan yang lain mengelus kumisnya yang miring.     

Feng Jiu tertegun sejenak lalu menatapnya. Dia merasa bahwa pria itu bertingkah sangat aneh. Dia hanya mengikuti Pelayan Qian dengan memanggilnya Kakak Senior Chen, tapi pria itu ternyata haus ketenaran dan tidak bisa menyembunyikan kesombongannya.     

Meskipun demikian, Feng Jiu tersenyum dengan mata menyipit. "Kakak Senior Chen sangat tampan dan memiliki sikap yang luar biasa. Meskipun saya baru masuk kemarin, namun saya belum pernah melihat manusia abadi yang menawan seperti Kakak Senior Chen."     

Pelayan Qian mendengarkan di samping dengan heran. Bahkan sudut bibirnya sedikit berkedut. Kemudian, dia memandang Feng Jiu dengan raut wajah aneh. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa bocah ini bisa menyanjung secara spontan.     

Mata Kakak Senior Chen langsung berbinar setelah dia mendengar ucapan Feng Jiu. Tangannya yang membelai kumis berhenti sebentar. Dia mengangguk pada Feng Jiu dengan puas. "Ya, kamu memiliki masa depan yang cerah. Aku sangat gembira mendengarnya. Meskipun murid-murid di Puncak Matahari Ketiga sudah mengetahui ketampanan dan kehebatanku, namun hanya ada sedikit orang yang memujiku secara langsung sepertimu."     

Ketika Feng Jiu mendengarnya, bibirnya langsung berkedut. Ternyata dia benar-benar pria yang bodoh.     

Dia menenangkan diri dan berbicara dengan pandangan yang tegas. "Itu karena semua orang menghormati Kakak Senior Chen dalam hatinya. Kakak Senior Chen tidak hanya berpenampilan seperti manusia abadi, tapi juga memiliki sikap yang luar biasa. Bahkan aroma obat-obatan yang wangi sudah bisa tercium sebelum ada yang mendekati anda. Jarang ada orang seperti Kakak Chen di Jalan Alkimia. Hari ini, sungguh merupakan berkah dalam tiga kehidupan kultivasi saya sebagai pekerja serabutan untuk bisa bertemu dengan Putra Kebanggaan Surga yang luar biasa seperti Kakak Senior Chen."     

Pelayan Qian tercengang karena ocehan Feng Jiu. Dia tidak tahu bahwa bocah ini memiliki keterampilan yang begitu hebat. Apakah ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Kakak Senior Chen? Orang yang tidak tahu akan mengira bahwa mereka sudah saling mengenal!     

Dibandingkan dengan Pelayan Qian yang tercengang, Kakak Senior Chen justru sangat bangga sehingga dia merasa melayang seperti bulu. Dia pun bertanya dengan suasana hati gembira, "Siapa namamu, wahai pesuruh?"     

"Kakak Senior Chen, nama saya adalah Feng Jiu." Dia tersenyum dengan mata menyipit.     

"Mm, Feng Jiu. Aku akan mengingatnya." Pria itu mengangguk sambil menatap Feng Jiu dengan raut wajah senang. "Kamu sangat bagus, sangat bagus. Pil Kondensasi ini adalah hadiah untukmu."     

Setelah dia berbicara, dia mengibaskan lengan bajunya dan sebotol obat terbang menuju ke tangan Feng Jiu. Pelayan Qian memandangnya dengan iri.     

Dia menerima sebotol Pil Kondensasi hanya dengan berbicara dan melontarkan sanjungan?     

Feng Jiu sedikit terkejut, tapi dia tetap berterima kasih dengan penuh kegembiraan. "Terima kasih, Kakak Senior Chen."     

Kakak Senior Chen menekuk kedua tangan di belakang punggungnya. Kemudian, dia mengangkat dagunya dan melambaikan tangannya dengan angkuh. "Baiklah, segeralah bekerja!"     

Setelah dia mengatakannya, dia berbalik badan serta pergi sambil mengibaskan lengan bajunya lagi. Sepertinya dia melupakan tujuannya untuk datang kesana dan hanya ada kata-kata pujian di hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.