Panutan Saya
Panutan Saya
"Selamat pagi, Pelayan." Feng Jiu berjalan maju dengan patuh dan membungkuk dengan hormat. Dia tersenyum pada pelayan gemuk itu sambil menyipitkan mata.
"Tidak masalah. Kamu pergi ke Puncak Kedelapan kemarin. Ini adalah tanaman obat yang dibutuhkan Paman Bela Diri Duan dari Puncak Kedelapan. Kamu harus segera mengirimnya setelah kamu memetik tanaman obat." Pelayan gemuk itu menyerahkan selembar kertas kepada Feng Jiu dengan nama tumbuhan yang tertulis di atasnya.
Feng Jiu yang mendengarnya langsung menjawab dengan gembira. "Tentu!" Dia bisa pergi ke Puncak Kedelapan pagi ini. Dia mungkin akan bertemu dengan ibunya lagi.
Ketika dia memikirkannya, dia melihat pelayan gemuk itu berbalik badan untuk mengerjakan hal-hal lain. Matanya berkedip sedikit. Dia pun berjalan maju. "Pelayan, izinkan saya mengirimkan tanaman obat ke Puncak Kedelapan di masa depan! Saya bisa mengambil alih pekerjaan ini agar Kakak Senior lainnya tidak terlalu sibuk."
Pelayan gemuk itu berhenti dan membalas tatapan Feng Jiu. Kemudian, dia mengangguk. "Baiklah, Nak. Meskipun belum lama berada di sini dan kamu tidak membuat kesalahan apa pun sejauh ini, kamu tidak boleh membuat kesalahan pada tanaman obat yang digunakan Paman Bela Diri di Puncak Kedelapan. Baiklah! Mulai sekarang, kamu akan bertanggung jawab atas pengiriman tanaman obat ke Puncak Kedelapan."
"Terima kasih, Pelayan." Feng Jiu mengucapkan terima kasih dengan gembira.
Pelayan gemuk itu tersenyum tanpa memikirkannya lebih jauh. Terkadang perjalanan dari Puncak Ketiga ke Puncak Kedelapan harus dilakukan bolak-balik, jadi pesuruh lainnya mengeluh kelelahan karena naik turun berkali-kali. Namun, anak ini sepertinya cukup senang melakukannya.
Setelah Pelayan itu pergi, Feng Jiu bersenandung sambil memetik tanaman obat. Dia meletakkan tanaman obat di keranjang dan memeriksanya sekali lagi untuk memastikan tidak ada kesalahan. Kemudian, dia baru pergi ke Puncak Kedelapan.
Perjalanan ke Puncak Kedelapan sangat familiar baginya. Dia langsung menyahut setibanya di luar. Namun, dia justru melihat Kakak Senior Hu berjalan keluar dengan raut wajah yang cemberut. Matanya bergerak sedikit. Sudut bibirnya tiba-tiba berkedut.
"Selamat Pagi Kakak Senior Hu. Kakak Senior Hu benar-benar berdedikasi untuk datang ke sini pagi-pagi sekali." Feng Jiu berkata sambil tersenyum. Suaranya terdengar lantang.
Pria bernama Hu berbalik ketika dia mendengarnya. Dia melihat bahwa orang yang menyapanya adalah Feng Jiu, jadi dia langsung mengerutkan kening. "Kenapa kamu mengirim tanaman obat lagi? Dimana pesuruh lainnya?" Anak ini sudah datang kemarin, tapi dia datang lagi hari ini.
Feng Jiu menatap pria itu dan tidak menjawab pertanyaannya. Dia justru berseru. "Ah, Kakak Senior Hu! Apa yang terjadi pada mata dan bibir anda?"
Dia melihat mata kiri serta bibir pria itu merah dan bengkak seperti sedang melepuh. Seluruh wajahnya menjadi sangat jelek karena pembengkakan mata dan bibirnya. Jika raut wajahnya tidak cemberut, maka itu akan terlihat lucu.
Raut wajah Kakak Senior Hu langsung membeku. Dia sepertinya ingin bersembunyi dari tatapan Feng Jiu yang tampak penasaran dan terkejut. Akhirnya, dia berkata dengan suara yang dalam. "Bukan apa-apa. Hanya sedikit panas."
Panas apanya? Mana mungkin Feng Jiu tidak mengenali hasil karyanya sendiri? Itu jelas-jelas serangan racun panas! Wajah Kakak Senior Hu akan bengkak selama kurang lebih sepuluh hari dan dia akan merasa kesakitan.
Siapa yang membiarkan matanya berkeliaran di mana-mana? Tentu saja Feng Jiu harus memberinya pelajaran untuk tidak bertingkah sembrono.
Meskipun Feng Jiu berpikiran seperti itu, namun dia berbicara dengan raut wajah kagum. "Kakak Senior Hu pasti sangat sibuk sehingga anda lalai menjaga diri. Seorang murid seperti Kakak Senior Hu adalah teladan yang hebat bagi generasi saya."
Kakak Senior Hu yang mendengarnya langsung melirik Feng Jiu. Ketegangan di wajahnya tiba-tiba mereda. "Baiklah, kamu hanya perlu memberikan tanaman obat itu untukku!" Dia berbicara sambil mengeluarkan botol. "Ini adalah hadiah untukmu."