Ada Si Hitam Kecil di Rumah
Ada Si Hitam Kecil di Rumah
Feng Jiu memanggilnya dari atas pohon dan melemparkan beberapa cabang pohon kecil ke bawah. Ketika dia melihat beruang betina itu terbaring dan tidak bergerak, dia akhirnya melompat turun dari pohon. Dia mendekati beruang dan hendak membantu melepaskan anak panah dari punggungnya, tapi dia tiba-tiba melihat beruang betina itu mendongak dan menerkam ke arahnya.
"Roaarrrr!"
"Hah! Licik sekali!"
Dia berbisik sambil segera mundur untuk menghindari serangan beruang betina. Ketika dia melihat matanya dipenuhi dengan amarah dan kebencian, dia tahu bahwa beruang betina itu pasti sangat marah.
"Aku tidak menyakitimu, sia-sia saja marah padaku!" Feng Jiu melambaikan tangannya sambil menghela nafas. "Apakah aku harus membantumu melepaskan panah dari punggungmu? Bahkan jika kamu bisa menahan racun, meninggalkan panah tertancap di punggungmu bukan hal yang bagus, kan?"
"Roaaarrr!"
"Cukup, berhenti berteriak! Apa kamu pikir aku tidak bisa mengalahkanmu?" Feng Jiu memutar bola matanya dan menatap beruang betina itu. Sesaat kemudian, dua jarum perak muncul di antara jari-jarinya dan sudut bibirnya sedikit melengkung. Wajahnya tiba-tiba menunjukkan senyuman yang licik.
"Demi Si Hitam Kecil, aku akan membawamu!"
Setelah dia selesai bicara, kedua jarum perak itu terbang dengan sangat cepat dan menusuk beruang betina yang hendak menerkam. Beruang betina itu meraung panjang dan seluruh tubuhnya pun tersungkur ke depan.
"Duar!"
Ketika Feng Jiu melihat beruang betina itu jatuh dengan lemas, dia berjalan maju sambil tersenyum. "Lihat? Aku tidak berbohong, kan? Kamu benar-benar bukan tandinganku."
Dia mendekati punggung beruang betina itu dan memeriksa lukanya. Kemudian, alisnya sedikit berkerut. "Ini adalah jenis panah berduri. Jika aku menariknya begitu saja, maka sebagian dagingmu akan ikut ditarik keluar. Cih, aku tidak tahu orang macam apa yang menggunakan panah berduri seperti ini."
Feng Jiu bergumam sambil mengeluarkan belati. Karena dia tidak bisa menarik panahnya secara langsung, maka dia tidak punya pilihan selain memotong luka untuk melepaskan panah. Untungnya, dia memiliki obat anestesi yang bisa dioleskan pada lukanya lebih dulu.
Setelah waktu yang dibutuhkan untuk membakar setengah dupa, panah yang berlumuran darah akhirnya berhasil dikeluarkan dari punggung beruang raksasa. Feng Jiu mengoleskan obat dan membalut lukanya. Setelah dia membersihkan tangannya, dia memberikan pil obat pada beruang coklat itu lalu mengeluarkan dua jarum perak dari tubuhnya.
"Selesai."
Dia mundur beberapa langkah sambil tersenyum. "Apakah kamu minum penawar racun? Kalau tidak, kenapa kamu tidak terpengaruh oleh racun? Apakah ada tanaman obat yang bisa menyembuhkan ratusan racun di hutan ini?"
Setelah dia memikirkannya sejenak, dia memutuskan bahwa kemungkinan itu cukup besar.
"Roaaarrr!"
Beruang coklat itu mengaum dengan sedikit waspada. Namun setelah melihat bahwa Feng Jiu tidak menyerang, aumannya semakin melemah dan dia pun kembali tengkurap. Beruang coklat itu memulihkan kekuatan fisiknya sebelum ia berlari ke dalam hutan dengan cepat.
"Hei, kenapa kamu pergi begitu saja?" Feng Jiu menatapnya sambil berteriak. "Aku benar-benar punya si Hitam Kecil yang bisa menjadi temanmu."
"Roaaarrr!"
Beruang coklat itu hanya responnya dengan auman dan terus berlari. Suara dentumannya semakin jauh.
Setelah Feng Jiu melihatnya, dia hanya bisa menggeleng dan terus berjalan menuju kedalaman hutan. Menemukan ibunya adalah hal yang lebih penting! Dia ingin tahu tanaman obat apa yang diinginkan oleh Tetua Matahari Ketiga. Semakin berharga sebuah tanaman obat, maka semakin berbahaya. Apakah ibunya berada dalam bahaya karena dia memasuki kedalaman hutan sendirian?
Pada malam hari, bau darah menyebar di udara sehingga dia berhenti berjalan. Dia pun pergi menuju ke arah bau darah.
Sekitar tiga ratus meter dari sana, dia melihat sepuluh alkemis duduk di bawah pohon sambil terengah-engah. Mereka tampak ketakutan. Ada banyak luka penuh darah di tubuh mereka.