Sendirian
Sendirian
Shangguan Wanrong hendak mengatakan sesuatu, tapi dia melihat Duan Mubai telah berjalan untuk berbicara dengan Feng Jiu. Raut wajahnya bahkan terlihat serius. "Kamu hanya pesuruh, bagaimana kamu bisa melindungi diri sendiri? Cepat keluar dari sini bersama mereka."
Ketika Feng Jiu mendengarnya, dia mengedipkan mata dan berjalan ke samping Shangguan Wanrong. "Paman Bela Diri Shangguan, biarkan saya ikut! Saya benar-benar tidak akan membuat masalah kepada anda. Saya berhasil sampai di sini setelah mengalami banyak kesulitan jadi saya ingin ikut untuk mengambil beberapa tanaman obat juga!"
Dia berhenti berjalan sejenak. Kemudian, dia lanjut berbicara sambil melirik Duan Mubai, "Selain itu, tidak ada aturan yang melarang murid memasuki Gunung Seribu Obat! Bahkan jika anda tidak mengizinkan saya mengikuti anda, saya akan tetap pergi ke Gunung Seribu Obat. Saya tidak keberatan menjauh dari anda!"
Shangguan Wanrong yang mendengarnya menatap Feng Jiu dalam-dalam. "Kalau begitu, ikutlah denganku!"
"Adik Junior."
"Kakak Senior Tertua, anda harus pergi dan menyelesaikan tugas anda sendiri! Saya akan baik-baik saja. Meskipun ada sesuatu yang akan terjadi, itu mungkin akan terjadi saat saya kembali ke sekte. Kalau saya tidak mampu menjaga diri pada saat itu, tolong selamatkan hidup saya."
Shangguan Wanrong berhenti sejenak. Dia pun memandang di kejauhan sambil menghela nafas pelan. "Saya masih memiliki keinginan yang belum saya penuhi, serta orang yang masih ingin saya temui."
Dia tidak takut mati, dia hanya khawatir tidak bisa bertemu dengan putrinya serta pria yang tersembunyi di lubuk hatinya…
Ketika Feng Jiu melihat raut wajah ibunya yang tidak berdaya, hatinya tiba-tiba tersentak: 'Ibu, apakah Ibu memikirkan sedang Ayah dan aku? Apakah Ibu berharap untuk kembali menemui kami? Sebenarnya, saya sedang ada di depan Ibu!'
Raut wajah Duan Mubai menjadi tegang setelah dia mendengar ucapan Shangguan Wanrong. Akhirnya, dia mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Tenang saja, Adik Junior. Aku berjanji akan membantumu." Dia menatap Shangguan Wanrong dalam-dalam. Karena dia masih merasa tidak tenang, dia pun mengingatkannya. "Kalau begitu, kamu harus berhati-hati saat kamu memasuki Gunung Seribu Obat."
"Tentu." Shangguan Wanrong mengangguk. Dia menyaksikan Duan Mubai menghampiri dua Kakak Senior lainnya dan pergi bersama mereka.
"Ayo pergi!" Dia memandang Feng Jiu dan berjalan menuju ke depan.
Feng Jiu mengikuti dari belakang. Mulutnya terbuka seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu, tapi dia tidak tahu bagaimana mengatakannya.
Haruskah dia memberitahu secara langsung bahwa dia adalah putrinya? Atau haruskah dia memberitahu bahwa dia adalah Feng Qing Ge? Apakah Ibunya akan percaya? Bahkan dia sendiri tidak akan mempercayainya. Bagaimana seseorang yang berasal dari Negeri Kelas Sembilan bisa datang ke Delapan Kerajaan Tertinggi dan berdiri di depannya?
Jika Feng Jiu mengatakannya, maka dia bisa dianggap sebagai mata-mata.
Ketika dia memikirkannya dalam-dalam, dia hanya bisa menggaruk kepalanya karena kesal. Hufft, kenapa mengenali saudara sendiri rasanya sulit sekali?
Shangguan Wanrong yang berjalan di depan bisa merasakan tatapan pemuda di belakangnya. Kalau dilihat dari suara nafasnya, dia seolah-olah terganggu oleh sesuatu.
Namun pemuda itu tidak mengatakan apa-apa, jadi dia tidak akan bertanya. Lagipula, itu adalah urusan pribadi.
Dia berjalan melambat dan melihat ke depan. "Gunung Seribu Obat memiliki formasi penghalang di udara sehingga kita hanya bisa berkeliling dari sisi ini dan naik dari sisi lainnya. Kamu harus mengikutiku dengan seksama. Ada beberapa tanaman obat beracun, jadi jangan sentuh apapun tanpa diminta atau kamu akan keracunan."
"Baik." Feng Jiu menjawab dan berjalan ke sampingnya dengan cepat. Setelah dia melirik ibunya, mereka berjalan maju bersama.
Tidak ada orang selain mereka berdua, jadi ada banyak peluang untuk menjalin hubungan antara satu sama lain. Feng Jiu harus menemukan kesempatan yang tepat agar ibunya tidak berpikir bahwa dia dikirim sebagai mata-mata dan membuatnya waspada.