Dokter Hantu yang Mempesona

Putri Ketiga Negeri Air Merah



Putri Ketiga Negeri Air Merah

3Feng Jiu menatapnya sambil tersenyum tipis dan melambaikan token giok di tangannya. "Jangan khawatir tentang bagaimana aku bisa mendapatkannya, kamu harus cepat pergi dan menggosok toilet!"     

Serigala Abu-abu yang masih tercengang segera tersadar. "Itu kamu, kan? Kamu yang mengincar aku, kan?" Dia ingat bahwa dia menyuruh anak ini menggosok toilet beberapa hari yang, tapi dia tidak melakukannya.     

"Kepala Penjaga, anda terlalu banyak berpikir. Saya hanya seorang pelayan, bagaimana saya bisa memiliki kemampuan seperti itu? Tuan memberikan instruksi sebelum beliau pergi. Saya juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi." Raut wajahnya tampak polos. Dia pun menolak mengakuinya.     

"Apakah bukan?" Serigala Abu-abu memikirkannya kembali. Mustahil jika Tuan menghukum dia hanya karena pelayan baru, tapi dia juga tidak melakukan kesalahan apapun akhir-akhir ini.     

"Yah, itu bukan saya." Feng Jiu berbicara dengan jujur.     

"Kalau begitu, mari kita bahas lagi. Bisakah kamu…"     

"Tidak."     

Feng Jiu langsung menolak sebelum Serigala Abu-abu menyelesaikan ucapannya. "Anda sebaiknya segera pergi dan menggosok toilet! Kalau tidak, anda akan mendapat masalah setelah Tuan kembali." Dia berdiri dan berkata, "Saya harus pergi dan menyirami bunga. Aaya akan pergi dulu."     

Ketika Serigala Abu-abu melihat sosok yang meninggalkan halaman, dia mengerutkan kening dan menggaruk kepalanya. Dia bertanya kepada penjaga rahasia yang sedang bersembunyi. "Apakah Tuan benar-benar mengatakan itu?"     

Tidak ada yang menjawab. Dia pun menoleh ke suatu tempat dan berkata, "Aku bertanya padamu! Apakah kamu bisu?"     

Penjaga rahasia di tempat itu tidak punya pilihan selain menjawab, "Serigala Abu-abu, lakukan saja apa yang dia katakan. Tidak salah lagi, dia memiliki token giok asli."     

Ketika Serigala Abu-abu mendengarnya, dia hanya bisa menghela nafas dan berjalan keluar dari halaman. Dia berpikir, dia mungkin bisa meminta seseorang untuk membersihkan toilet sebelum Tuan kembali? Namun, dia langsung menyerah setelah memikirkannya.     

Mungkin akan lebih baik jika dia mengerjakannya sendiri sendiri!     

Di sisi lain, di aula utama Istana.     

Seorang pria paruh baya mengenakan pakaian kasual memancarkan aura mendominasi dan superioritas. Dia duduk di atas takhta dan menatap sosok berpakaian hitam dan memancarkan aura dingin yang berdiri di bawah. Dia pun berkata dengan suara yang dalam, "Putra Mahkota dan Putri Ketiga dari Negeri Air Merah akan berkunjung beberapa hari ke depan. Kamu akan bertanggung jawab menerima tamu."     

Suara yang dalam dan agung terus berbicara. "Negeri Air Merah ingin membentuk aliansi dengan kita. Putri Ketiga adalah wanita tercantik di Negeri Air Merah serta orang yang sangat berbakat. Kamu harus memanfaatkan kesempatan ini. Jika kedua negara dapat disatukan dalam pernikahan, maka itu akan sangat bagus."     

Xuanyuan Mo Ze mengerutkan keningnya. "Mengapa Dinasti Xuanyuan perlu memperluas kekuasaan melalui pernikahan? Kita harus berkembang dalam hal kekuatan. Saya akan menyambut Putra Mahkota dari Negeri Air Merah saat dia tiba. Namun, kita bisa melupakan keinginan Putri Ketiga untuk menikah."     

"Kamu bahkan belum bertemu dengannya dan kamu langsung menolak?" Kaisar berkata dengan suara yang dalam. Dia menatap putranya, "Aku tahu kamu menyukai wanita dari salah satu negeri kelas rendah, tapi kamu harus tahu bahwa sebagai Putra Mahkota salah satu dari Delapan Kerajaan Besar, wanita yang mampu berdiri di sisimu haruslah orang yang luar biasa. Bahkan sepuluh wanita dari negeri tingkat rendah tidak sebanding dengan statusmu."     

Ketika dia melihat bahwa putranya tidak mengatakan apa-apa, dia lanjut berkata, "Jika kamu benar-benar menyukainya, maka kamu bisa menyuruhnya untuk menghangatkan tempat tidur. Di masa depan, sebagai raja suatu bangsa, kamu akan memiliki ribuan pilihan wanita di balik pintu. Bukan masalah besar menerima satu orang wanita."     

Setelah Xuanyuan Mo Ze mendengarnya, dia menatap ayahnya yang duduk di atas takhta dan menjawab dengan singkat. "Jika Ayah Kaisar tidak memiliki masalah lain untuk dibahas, saya akan pamit lebih dulu."     

Sebelum Kaisar sempat berbicara, dia berbalik badan sambil mengibaskan lengan jubahnya dan berjalan keluar. Dalam waktu singkat, dia menghilang dari pandangan Kaisar yang duduk di atas takhta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.