Seorang Budak yang Berani dan Keras Kepala
Seorang Budak yang Berani dan Keras Kepala
"Apakah kamu mengenalku?" Putri Ketiga Negeri Air Merah terkejut dan menatap pemuda itu.
"Benar, semua orang di kediaman tahu bahwa Putra Mahkota dan Putri Ketiga Negeri Air Merah sedang berkunjung ke kediaman kami."
Setelah Putri Ketiga mendengarnya, dia mengangguk dan bertanya "Apa Tuanmu ada di rumah?"
Feng Jiu menyeringai. "Beliau sepertinya ada di rumah, tapi juga tidak ada di rumah."
Putri cantik itu mengernyitkan alisnya sedikit. "Ada di rumah tapi juga tidak ada di rumah?"
"Itu artinya, hamba tidak melihat Tuan keluar, tapi saya juga tidak melihat Tuan di kediaman. Jadi, saya tidak tahu apakah Tuan ada di kediaman atau tidak. "
"Di sisi manakah halaman utama tempat tinggal Tuanmu?" Putri Ketiga Negeri Air Merah bertanya lagi.
"Putri Ketiga, Kepala Pelayan mengatakan untuk mempersiapkan perjamuan besok, dimana Tuan akan memberikan pesta penyambutan kepada kalian. Besok, anda pasti akan bertemu Tuan." Feng Jiu berbicara sambil tersenyum tanpa memberikan jawaban yang jelas.
Putra Mahkota Negeri Air Merah yang sedang duduk di paviliun memandang pelayan itu dan memberitahu Putri Ketiga. "Apa sulitnya bertemu dengan Xuanyuan Mo Ze? Aku punya banyak cara untuk membuatnya keluar." Saat dia berbicara, dia berdiri dan berjalan keluar dari paviliun.
Putri Ketiga Negeri Air Merah kembali menatap kakaknya dengan kagum. "Kakak, apa maksudnya?"
Cara untuk membuat Xuanyuan Mo Ze keluar? Ketika mereka datang ke kediaman ini, Xuanyuan Mo Ze seharusnya menemui mereka. Dia jelas tidak menghargai mereka jika dinilai dari tindakannya yang langsung menghindar.
Feng Jiu melihat sosok yang datang ke arahnya dan mengerutkan alis. Dia bertanya-tanya, apa yang ingin dilakukan oleh Putra Mahkota? Ketika dia masih merenungkan, dia mendengar teriakan keras disertai dengan tekanan menindas yang diarahkan padanya.
"Budak yang berani dan keras kepala! Kamu terlalu sombong sehingga tidak melayani orang penting dengan baik!"
Teriakan keras datang dengan tekanan yang kuat. Feng Jiu masih berdiri dan tidak bergerak. Dia hanya menggaruk kepalanya sambil melirik ke kiri dan ke kanan. Kemudian, dia menatap Putra Mahkota Negeri Air Merah dengan ragu.
"Yang Mulia Putra Mahkota, siapa yang sedang anda bicarakan?"
Putra Mahkota Negeri Air Merah dan Putri Ketiga menjadi kaku. Mereka memandang pelayan yang berdiri di sana seperti tiang kayu. Mereka melihat bahwa dia sama sekali tidak terpengaruh oleh tekanan dari Putra Mahkota dan masih bisa berdiri dengan wajah penuh keraguan.
"Berlututlah untukku!"
Putra Mahkota meraung lagi dengan raut wajah muram. Tekanan energi spiritual yang terlihat dengan mata telanjang menyelimuti pelayan di depannya.
Feng Jiu mengangkat alisnya dan melangkah mundur. "Yang Mulia Putra Mahkota dan Putri Ketiga, jika tidak ada yang lain, maka saya akan mengundurkan diri lebih dulu."
Mata Putra Mahkota Negeri Air Merah dipenuhi amarah ketika dia sadar bahwa pelayan di depannya tidak terpengaruh. Dia mengulurkan tangan untuk menyerang pelayan yang hendak mundur. "Ingin pergi? Apakah aku sudah memberikan izin?" Suaranya dipenuhi dengan niat membunuh. Tangannya melesat ke arah leher Feng Jiu yang mundur dan mencoba mencengkram lehernya.
"Hiss! Hentikan!"
Serigala Abu-abu yang sedang mencari Feng Jiu melihat hal itu dan wajahnya menjadi pucat karena ketakutan. Prem Kecil adalah pelayan yang sangat berharga bagi Tuan! Jika dia dibunuh oleh Putra Mahkota Negeri Air Merah, maka itu akan menjadi masalah besar.
Serigala Abu-abu berteriak agar mereka berhenti dan segera berlari ke depan, tapi jarak mereka agak jauh dan Putra Mahkota mengabaikan teriakannya. Dia melihat tangan Putra Mahkota hendak mencubit leher Prem Kecil yang ramping dan rapuh. Itu membuatnya merasa sangat khawatir.
Beberapa saat berikutnya, perasaan khawatir itu berubah menjadi keheranan dan keterkejutan...