Penyakit Penuaan
Penyakit Penuaan
Nyonya Kedua menangis dengan pelan di kamar. Kepala Keluarga Song yang ada di luar mengerutkan kening dan terus menerus melirik kamar. Meskipun demikian, dia tidak masuk lagi. Dia mungkin tidak ingin menghadapi wanita tua dan mengerikan itu.
Tidak lama kemudian, dokter datang dengan tergesa-gesa dipimpin oleh penjaga. Dia memasuki kamar dan mendiagnosis Nyonya Kedua setelah mendapat instruksi dari Kepala Keluarga. Namun setelah melihat kondisi Nyonya Kedua, dokter itu merasa terkejut.
"Bagaimana?" Kepala Keluarga Song memandang dokter sambil bertanya dengan murung.
"Kepala Keluarga, saya belum pernah mendengar kondisi seperti yang dialami oleh Nyonya Kedua."
Pria tua itu takjub dan menghela nafas. "Saya hanya pernah dengar tentang seseorang yang menjadi botak dalam semalam, tapi saya belum pernah dengar tentang seseorang yang menua dalam semalam. Saya sudah memeriksa denyut nadinya, tapi saya tidak menemukan masalah apapun. Saya tidak bisa menyembuhkan penyakit menua dalam semalam karena saya tidak tahu resep obatnya."
Setelah dokter memberi penjelasan, tangisan mulai terdengar lagi. Hanya saja, tangisan itu membuat Kepala Keluarga Song merasa kesal untuk kali ini.
"Ibu? Ibu?"
Suara yang terdengar khawatir datang dari luar. Itu adalah Tuan Muda Ketiga Song, putra bungsu Nyonya Kedua. Karena dia juga tinggal di halaman barat, dia melihat penjaga memimpin dokter ke sana. Dia mendengar bahwa ada masalah. Seseorang menangis sejak dini hari sehingga dia bergegas masuk dengan cemas.
Tuan Muda Ketiga berlari ke kamar dengan cepat. Setelah dia masuk, dia melihat ayahnya juga ada di sana. Dia pun memperlambat langkahnya dan memberikan hormat dengan sopan. "Ayah."
"Kenapa kamu ke sini?" Kepala Keluarga Song bertanya kepada putra bungsunya.
"Saya mendengar dari pelayan bahwa seseorang menangis sejak dini hari jadi saya datang untuk memeriksanya." Tuan Muda Ketiga menjawabnya sambil memperhatikan ayahnya yang sedang duduk dengan tenang. Kemudian, dia bertanya dengan hati-hati, "Ayah, ada apa dengan Ibu?"
Ketika Kepala Keluarga Song mendengar pertanyaan itu, dia mengerutkan keningnya dan menghela nafas. Dia pun berdiri dan memberitahu putranya. "Pergi dan lihat saja sendiri!" Setelah mengatakannya, alih-alih menghibur wanita di dalam, dia justru keluar.
Tangisan mulai terdengar lagi.
Tuan Muda Ketiga tertegun dan menghentikan dokter yang hendak pergi. "Apa yang terjadi pada Ibuku?"
Dokter meliriknya dan menjawab. "Tuan Muda Ketiga, Nyonya Kedua menderita penyakit penuaan. Beliau berubah menjadi wanita tua dalam semalam. Silahkan masuk dan melihatnya!" Dia menggeleng sambil berjalan keluar.
Setelah mendengar jawaban dokter, mata Tuan Muda Ketiga terbelalak kaget. Penyakit penuaan? Apa itu?
Dia masuk dan melihat ibunya meringkuk di atas tempat tidur sambil menutup dirinya dengan selimut. Dia akhirnya mendekat. "Ibu? Ada apa? Apa yang terjadi? Biarkan aku memeriksanya." Dia berbicara sambil mengangkat selimut dengan satu tangan. Tapi ketika dia melihat wanita yang ada di balik selimut, dia merasa terkejut.
"Ahhh!"
Tuan Muda Ketiga berseru dan berjalan mundur secara refleks. Jantungnya berdebar kencang. Wajahnya dipenuhi rasa takut. Dia memandang wanita di tempat tidur dengan tak percaya.
Itu, apakah itu ibunya? Bagaimana ini bisa terjadi!
"Huuaaa...! Ibu juga tidak tahu, aku tidak tahu kenapa aku terlihat seperti ini ketika aku bangun! Hiks..." Raut wajah putranya yang ketakutan membuat hati Nyonya Kedua hancur. Tangisannya semakin kencang dan dipenuhi rasa panik serta perasaan yang tidak berdaya.