Dokter Hantu yang Mempesona

Nyonya Kedua



Nyonya Kedua

3Sayangnya, orang-orang di lantai pertama salah menebak. Pemuda itu memang mengeluh ketika dia sampai di rumah, namun Kepala Keluarga Song lebih mengkhawatirkan putra sulungnya, Song Ming. Dia tidak terlalu memperdulikan putra bungsunya. Oleh karena itu, setelah Kepala Keluarga mendengarkan penjelasan pada penjaga, dia hanya menyuruh putra bungsunya untuk menghindari masalah.     

Di halaman barat, seorang wanita cantik sedang melihat-lihat perhiasan yang dibawa dari toko perhiasan. Dia mengambil sebuah kalung dan meminta pelayan untuk memakaikannya. Setelah melihat hasilnya, dia mendengar suara tendangan dan sumpah serapah dari luar.     

"Pergi dan lihatlah apa yang terjadi." Wanita cantik itu berbicara dengan pelan. Suaranya lembut dan sopan seperti wanita yang manis. Bentuk tubuh dan kulitnya memang tampak seperti itu. Meskipun dia berusia tiga puluhan, namun dia terlihat seperti wanita berusia dua puluhan tahun.     

Wanita cantik itu adalah Nyonya Kedua Keluarga Song.     

"Nyonya, Tuan Muda Ketiga sedang merajuk di luar. Kami tidak tahu siapa yang memukulnya. Wajahnya terluka, tapi dia tidak membiarkan saya mengobati lukanya."     

"Dipukul?"     

Nyonya Kedua tertegun. Dia meletakkan perhiasannya dan pergi ke luar. Setelah dia tiba di halaman dan melihat wajah putranya yang memar, dia mendekatinya dengan tidak berdaya. "Siapa yang berani memukulmu sampai seperti ini? Cepat ambilkan obat dan oleskan pada luka Tuan Muda Ketiga."     

"Aku tidak mau!" Pemuda itu mendorong Nyonya Kedua dan membentaknya dengan marah. "Aku tidak butuh obat!"     

"Jika kamu terluka, maka kamu harus segera mengobatinya. Kenapa kamu tidak membutuhkannya? Jangan marah. Cepatlah, Ibu akan mengobatimu." Wanita itu menatap putranya dengan hati yang terluka. Dia mengambil obat yang diserahkan oleh gadis pelayan dan hendak mengoleskannya.     

"Jangan mengobatinya! Jangan!" Pemuda itu mendorong ibunya dengan marah dan membuat obat di tangan Nyonya Kedua terjatuh ke tanah.     

Ketika Nyonya Kedua melihatnya bersikap seperti itu, raut wajahnya terlihat khawatir. Dia pun bertanya, "Kalau begitu, beri tahu Ibu siapa yang memukulmu? Kakak tidak menarikmu ke tempat latihan dan memukulmu sampai seperti ini, kan?"     

"Bukan dia! Ini adalah ulah dua anak busuk. Mereka memukulku dan memaksaku untuk memberikan kompensasi kepada penjaga toko. Aku tidak bisa menahan rasa marahku, tapi Ayah sibuk mengurus masalah kakak. Ayah memintaku untuk tidak membuat masalah! Dia tidak bisa membereskan masalahku." Pemuda itu berkata dengan kesal. Matanya tampak enggan.     

Meskipun Ayah menyayanginya, namun posisinya tidak lebih penting daripada kakak sulungnya. Itu hanya karena dia dilahirkan oleh selir dan bukan istri sah Kepala Keluarga Song.     

Mata Nyonya Kedua berkedip. Akhirnya, dia berkata dengan lembut, "Karena Ayahmu berbicara seperti itu, maka kamu tidak perlu memikirkannya lagi. Jangan buat Ayahmu merasa kesal."     

"Kakak menyebabkan masalah di luar sepanjang hari, tapi Ayah tidak mengatakan apa-apa. Jika Kakak mendapat masalah, maka Ayah pasti akan membantunya." Pemuda itu berbicara dengan penuh amarah dan mengepalkan kedua tangannya. Semakin lama dia memikirkannya, maka dia semakin enggan.     

"Jangan selalu membandingkan dirimu dengan kakak sulung, dia adalah anak sah Keluarga Song. Ayahmu menghargainya atas dasar ini. Tidak masalah jika kamu ingin membicarakannya di sini, tapi jangan pernah membicarakannya di luar dan membiarkan orang lain mendengarnya. Jika Ayah dan kakak sulung tahu, maka mereka akan tidak merasa senang."     

Nyonya Kedua menepuk tangan putranya. "Baiklah, kamu bisa kembali lebih dulu! Jangan membicarakannya lagi."     

"Tapi…"     

"Pergilah!" Nyonya Kedua memerintahkan dua orang untuk mengantar putranya kembali ke kamar. Setelah putranya pergi, dia duduk di halaman. Matanya menunjukkan kilatan tajam. "Panggil penjaga yang pergi dengan Tuan Muda Ketiga hari ini."     

"Baik." Gadis pelayan pergi dan memanggil orang-orang itu.     

Ketika malam semakin larut, dua sosok hitam melintasi atap penginapan dan turun tanpa menimbulkan suara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.