Dokter Hantu yang Mempesona

Ketika mereka saling memandang, ada sesuatu yang menggerakkan hati Feng Jiu. Ada rasa akrab yang memunculkan keanehan di dalam benaknya. Dia terkejut. Tubuhnya pun menjadi tegang. Setelah menatap anak itu dalam waktu yang lama, dia menggerakkan bibirnya dan bertanya. "Paman?"     

Mata anak itu sedikit tersentak, tapi dia tidak merespon. Dia masih menatap Feng Jiu dengan matanya yang hitam pekat.     

"Xuanyuan Mo Ze?" Feng Jiu memanggil lagi. Dia menatap mata anak itu agar tidak melewatkan ekspresinya.     

Bibir anak itu bergerak seolah hendak mengatakan sesuatu. Kemudian, dia mendengar suara yang mirip seperti senandika dan terpaksa menarik kata-katanya lagi.     

"Seharusnya tidak mungkin. Akan berbeda jika menjadi dewasa, tapi kenapa dia bisa berubah menjadi anak kecil?" Feng Jiu bergumam sambil menahan perasaan aneh di dalam hatinya. Setelah menyingkirkan perasaan yang aneh itu, dia duduk dan mandi di bagian ruangan yang sudah disekat sebelum mengganti bajunya.     

Setelah melihat Feng Jiu bangun, anak itu menopang kepalanya dengan satu tangan sambil berbaring di tempat tidur dengan lesu. Tubuhnya memancarkan aura yang berbeda dengan anak kecil. Senyuman melintas di matanya yang hitam pekat, tapi Feng Jiu tidak menyadarinya.     

Sekitar satu jam kemudian, mereka berdua selesai mandi. Feng Jiu pergi ke puncak utama lebih dulu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Kepala Akademi dan yang lainnya. Kemudian, dia kembali ke gua dan memberitahu kedua binatang buas. "Pak Tua Putih tetap menjaga gua bersama Hitam Kecil sedangkan Binatang Pemakan Awan akan ikut bersamaku."     

"Nona, kenapa Binatang Pemakan Awan saja yang pergi? Aku juga ingin pergi." Pak Tua Putih menendang-nendang kakinya dan mendengus dengan tatapan tidak senang.      

"Memangnya ada alasan lain? Kamu tidak bisa mengendalikan mulutmu, mana mungkin aku mengajakmu?" Feng Jiu menatap kuda itu dengan curiga. "Terlebih lagi, aku ingin membiarkan Binatang Pemakan Awan menjaga Tuan Neraka Kecil. Jika aku menyerahkan masalah ini kepadamu, aku akan merasa tidak nyaman."     

"Nona..." Kuda itu masih ingin bicara, tetapi Feng Jiu memotong kata-katanya dengan melambaikan tangan.     

"Baiklah. Kami hanya pergi selama beberapa bulan dan akan kembali lagi. Jika kamu ingin mengikuti kami, maka aku bisa meninggalkan kamu di rumah."     

"Kalau begitu, aku lebih baik menunggu di sini sampai Nona kembali! Aku tidak ingin kembali ke Kekaisaran Phoenix." Pak Tua Putih khawatir jika Nona-nya benar-benar membawanya kembali dan meninggalkannya di sana. Jadi, ia mundur beberapa langkah dan berbaring di atas tanah.     

Namun, Feng Jiu mengusap dagunya seolah-olah dia sedang memikirkan sesuatu. "Bagaimana kalau kita pergi bersama? Aku akan mengirimkan kamu ke Bai Kecil di sana. Terakhir kali, aku dengar bahwa Leng Shuang dan Leng Hua juga datang. Ini adalah waktu yang tepat untuk bertemu mereka."     

"Benarkah? Aku pergi, aku pergi." Pak Tua Putih berdiri dengan penuh semangat. Lalu, ia membungkuk di depan Feng Jiu dan Tuan Neraka Kecil. " Ayo. Kita bisa pergi lebih cepat jika aku menggendongmu."     

"Ada banyak tikungan di perjalanan. Kamu dan Binatang Pemakan Awan harus pergi dan menunggu di gerbang akademi. Aku akan membawa anak kecil ini menaiki Bulu Terbang."     

"Baik." Kedua binatang itu menjawab serentak.     

Setelah para binatang buas pergi, Feng Jiu menatap anak kecil di sebelahnya yang diam sejak tadi. "Apakah kamu selalu cuek seperti ini? Apakah kamu tidak senang karena aku mengajakmu bermain?"     

Bibir Tuan Neraka sedikit melengkung, tapi raut wajahnya tidak berubah.     

"Baiklah!" Feng Jiu menggeleng tak berdaya. Akhirnya, dia melemparkan bulu terbang dan membawanya sampai ke gerbang akademi.     

Mereka tiba di gerbang akademi dan segera turun dari bulu terbang. Ketika Feng Jiu hendak melompat ke punggung Pak Tua Putih bersama dengan Tuan Neraka Kecil, dia melihat ada sosok yang berjalan keluar.     

Awalnya, Feng Jiu tidak terlalu memperhatikannya. Tapi sosok itu tiba-tiba berdiri menghalangi jalan setelah mereka menaiki punggung kuda.     

"Apakah kamu akan pulang? Kalau tidak, kamu mau pergi kemana?"