Bisakah Kamu Tidak Meninggalkanku?
Bisakah Kamu Tidak Meninggalkanku?
Ye Fei sedikit bingung kemudian menatap Su Mohan untuk beberapa saat, setelah itu Ye Fei membuang muka dan berkata dengan ringan, "Aku harap kamu bisa menandatangani surat kesepakatan perceraian itu."
Dahi Su Mohan tiba-tiba dipenuhi dengan urat biru, dan tangannya mencengkram bahu Ye Fei. "Sebenarnya kamu tidak ingin bercerai, kan?"
"Kau masih mencintaiku, kan?" lanjut Su Mohan.
Entah mengapa, ketika Ye Fei melihat mata Su Mohan yang penuh harap, Ye Fei merasa sedikit tertekan. Namun Ye Fei menurunkan kelopak matanya dan berkata dengan lembut, "Su Mohan, kita berdua sudah lelah …"
"Aku tidak lelah! Aku tidak lelah sama sekali! Kenapa kamu tidak memberitahuku sampai sekarang? Kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa? Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu yang mendonorkan kornea mata untukku?!" Su Mohan berteriak kepada Ye Fei.
Ye Fei sedikit terkejut, kemudian ia menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa. Pada akhirnya, Su Mohan mengetahuinya.
"Apakah kamu harus menggunakan rasa bersalah dan penyesalanku untuk membuatmu berani dan tidak kenal takut?! Hah? Bicaralah!"
Mata Ye Fei juga sedikit basah. Hal yang tidak pernah diinginkannya adalah rasa bersalah dan penyesalan Su Mohan, tetapi ia lupa bahwa di dunia ini tidak ada rahasia yang tidak akan pernah terungkap, dan tidak ada rahasia yang dapat disegel selamanya.
"Aku tidak akan bercerai, dan aku tidak ingin kamu pergi!"
Su Mohan bersikeras seperti anak kecil dan menatap Ye Fei dengan matanya yang merah dan berkaca-kaca, mencoba untuk tidak membuat air matanya jatuh.
Ye Fei menatap Su Mohan dengan linglung.
'Su Mohan, mengapa kamu menangis …'
'Mengapa kamu meneteskan air mata?'
'Apakah karena penyesalan yang mendalam?'
'Jika itu karena penyesalan, apa yang kamu sesalkan …'
Melihat keheningan Ye Fei, Su Mohan tidak berani melihat wajah Ye Fei lagi. Su Mohan memeluk Ye Fei dengan erat dan tidak bisa menahan air matanya lagi. "Apakah sudah terlambat? Aku sudah terlalu menyakitimu, ya? Aku juga telah membuatmu kecewa, bukan …"
Setetes demi setetes air mata mengalir di leher Su Mohan. Melihat ini, Ye Fei mengedipkan matanya.
'Apakah dia benar-benar menangis?'
'Kenapa kamu menangis seperti anak kecil?'
"Beri aku kesempatan lagi … Beri aku satu kesempatan lagi … Aku akan mencintaimu dengan baik …"
Ye Fei menurunkan kelopak matanya, membuat air mata di matanya akhirnya menetes.
"Apakah kamu benar-benar tidak menginginkanku lagi? Apakah kamu menolak untuk memaafkanku lagi?! Kenapa kamu bahkan tidak memberiku kesempatan untuk menebusnya!" Su Mohan berbicara dengan emosi yang membuatnya menjadi semakin gelisah, sampai akhirnya suaranya melemah, "Bisakah kamu tidak meninggalkanku?"
Su Mohan memiliki banyak hal untuk dikatakan kepada Ye Fei. Banyak perasaan rindu, banyak rasa penyesalan, dan banyaknya perasaan cintanya untuk Ye Fei.
Tepat ketika Su Mohan berpikir Ye Fei tidak akan menjawab, sebuah jawaban singkat 'baiklah' dari Ye Fei membuat Su Mohan terpana di kejauhan.
Su Mohan memandang Ye Fei dengan tidak percaya, dan Ye Fei mengangkat sudut bibirnya ke arah Su Mohan dan berkata dengan lembut, "Sudah sebesar ini tetapi masih menangis, apakah kamu tidak malu?"
Tenggorokan Su Mohan tercekat, dan ia berkata dengan lembut, "Aku benar-benar tahu bahwa aku salah."
Ye Fei menyeka air matanya, kemudian mengulurkan tangannya untuk memeluk Su Mohan, dan berkata dengan lembut, "Bukankah kamu menganggap bahwa aku adalah wanita yang angkuh?"
"Penglihatanku buruk, aku buta."
"Bukankah kamu menganggap bahwa aku wanita rendahan?"
"Aku lebih rendah, aku yang paling rendah."
"Bukankah kamu berpikir bahwa aku memiliki seorang anak dari pria lain?"
"Dia bukan anak dari pria lain, dia adalah Tinker Bell, dan aku akan membesarkannya sebagai anakku sendiri di masa depan."
Setelah Su Mohan mengatakan itu, Ye Fei membeku di tempat, kemudian menatap Su Mohan dan berkata, "Apa yang baru saja kamu katakan?"
Su Mohan melirik Ye Xiaotian yang menatapnya tidak jauh dari sana, dan berkata dengan serius, "Aku berkata bahwa aku akan membesarkannya seperti anakku sendiri."