My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Maaf, Aku Tidak Bisa Bersamamu



Maaf, Aku Tidak Bisa Bersamamu

1Begitu kobaran api telah padam, Tanya dan Joan langsung mencuri mobil yang ditinggal pergi oleh pemiliknya. Mereka segera menyusul dimana Stanley dan Kinsey berada. Selama perjalanan mereka berdoa agar kedua sepupunya beserta Katie aman dan tidak terluka.     

Dari jarak perbatasan Jerman dengan Prussia menuju ke tempat istana Heinest sebenarnya tidak terlalu jauh. Hanya memakan waktu satu jam saja. Tapi jalanan sudah tidak lagi rata dan banyak serpihan atap atau kaca akibat kebakaran hebat tadi kini bertebaran di jalan. Mereka tidak bisa melaju dengan cepat sesuai keingan mereka.     

Pada akhirnya mereka tiba di istana Heinest lebih lama dari yang seharusnya. Begitu turun dari mobil, mereka segera mencari tenda yang dijadikan tempat Stanley bekerja. Namun tenda tersebut juga sudah hangus.     

Keduanya berkeliling mencari sosok Stanley ataupun Kinsey, tapi yang ditemui mereka hanyalah warga yang selamat dari bencana alam itu. Mereka tidak menyerah dan terus mencari sosok kedua sepupu Tanya beserta Katie. Mereka berharap tiga orang tersebut baik-baik saja.     

Lalu langit kembali terang dan teriakan panik mulai terdengar kembali. Orang-orang disekitarnya juga mulai berlarian kembali menghindari terang yang semakin tinggi tersebut.     

Tanya serta Joan saling berpandangan lalu memberanikan diri berjalan menuju ke api yang telah berkobar menjunjung tinggi hingga ke langit.     

Mereka sangat terkejut melihat ada kebakaran lainnya disana. Hanya saja kali ini berbeda. Lingkaran api itu jauh lebih kecil bila dibandingkan sebelumnya. Lingkaran api itu juga tidak bergerak menyebar dan tetap pada tempatnya.     

Apa yang terjadi?     

Joan berusaha menghubungi ponsel Stanley namun koneksinya tidak tersambung. Dia juga berusaha memanggil Audrey atau Tiffany di headset bluetoothnya, tapi juga tidak ada yang merespon. Apakah mereka tidak selamat?     

"Hei, itu Stanley." gugah Tanya melihat Stanley yang terduduk lemas menyaksikan kobaran lingkaran api itu.     

"Stanley! Syukurlah kau baik-baik saja. Kau membuatku takut. Kenapa kau tidak mengangkat panggilan kami?" Tanya bertanya seraya memeluk leher sepupunya. Namun Stanley tidak bergeming dari tempatnya atau berekspresi apapun.     

Pria itu hanya menatap kosong ke arah kobaran lingkaran api itu.     

Tanya mengerling ke arah apa yang dilihat Stanley. Karena kobaran api itu sangat tinggi, Tanya sama sekali tidak bisa melihat apa saja yang ada didalamnya.     

"Stanley? Ada apa? Jangan membuatku takut. Ada apa dengan kobaran api itu? Dimana Kinsey? Apakah Katie sudah keluar dari bawah tanah?"     

"..." seolah tidak bisa mendengar apapun, Stanley tidak menjawab apa-apa dan hanya menatap kosong ke arah kobaran api yang membara tersebut.     

"Stanley! Jawab pertanyaanku! Dimana mereka?" Tanya menggoyangkan tubuh Stanley dengan kasar karena sudah tidak sabar lagi ingin mengetahui keberadaan sepupunya serta Katie.     

"Kinsey... mati ditembak Lemar. Kini Katalina tidak membiarkan kami masuk." jawab Stanley dengan suara yang sangat pelan dan menyedihkan.     

Meskipun begitu, Joan dan Tanya masih bisa mendengarnya dengan jelas karena pendengaran mereka yang sangat tajam.     

Tanya yang mendengar jawaban menyedihkan itu ikut duduk lemas disebelah Stanley.     

Kinsey meninggal? Lemar masih hidup? Bagaimana caranya? Tidak! Kinsey tidak mungkin meninggal! Orang itu sering berada dalam bahaya, bahkan nyawanya nyaris melayang tiap kali menjalankan misi berbahaya. Tapi pria itu selalu selamat. Pria itu akan selalu berhasil keluar dari cengkraman maut.     

Tanpa terasa air mata juga keluar membasahi pipi Tanya dan dia menangis tanpa suara.     

Jika hatinya terasa sedih seperti ini, dia sama sekali tidak bisa membayangkan kesedihan seperti apa yang dirasakan Katie. Dia bahkan tidak tahu bagaimana cara memberitahu nona keduanya mengenai kepergian Kinsey.     

Sementara itu, Katie yang masih menangis memikirkan sebuah ide gila di benaknya.     

Mungkin.. dia bisa membangkitkan Kinsey? Jantung Kinsey belum lama berhenti, otak pria itu juga pasti masih hidup. Jika.. jika seandainya dia mengeluarkan empat peluru dalam tubuhnya dan menyembuhkan lukanya, mungkin.. Kinsey akan hidup?     

"Katie, penguasa alam hanya bisa menyembuhkan luka luar. Tidak bisa memperbaiki organ tubuh yang sudah robek. Apalagi menghidupkan orang yang sudah mati. Jangan sia-siakan kekuatanmu." sahut Alpha dipikirannya.     

"Aku tidak peduli. Aku hanya ingjn menyelamatkannya. Meskipun presentasenya hanya kecil, aku tetap akan melakukannya." Lagipula untuk apa dia hidup jika pria itu tidak ada didunia ini? Katie sudah tidak peduli lagi akan nyawanya sendiri. Jika seandainya dia tidak bisa menyelamatkan Kinsey, biarlah dia mati menyusul pria itu.     

Katie mengeluskan sebelah tangannya ke dada Kinsey secara melingkar. Disekitar telapak tangannya terdapat sinar kemerahan khas milik raja merah. Disaat bersamaan dia menciptakan hawa dingin dengan seluruh kekuatannya untuk membekukan darah yang mengalir.     

Dengan begitu, Kinsey tidak akan kehilangan terlalu banyak darah ketika proses penyembuhan terjadi.     

"Katie, hentikan. Kinsey pasti tidak ingin kau melakukannya." kali ini Merah yang bersuara.     

"Jika kau memang ingin menyembuhkannya, satu-satunya cara adalah memberikan semua energi kehidupanmu padanya." sambung Alpha.     

"Alpha!" desis Merah hendak menghentikan kalimat Alpha.     

"Aku mendengarkan." namun Katie tidak menggubris Merah dan meminta Alpha untuk melanjutkan.     

"Nyawa ganti nyawa. Organ ganti organ. Jika manusia bisa melakukan tranplantasi organ, maka penguasa alam bisa melakukan transplantasi energi kehidupan. Sebagai gantinya.. kau tahu kan apa yang akan terjadi padamu kalau kau tidak memiliki energi kehidupan?"     

Transplantasi energi kehidupan sangat jarang dilakukan oleh penguasa alam manapun. Karena sama halnya dengan transplantasi organ, pendonor akan kehilangan organ tersebut dan ada kemungkinan akan mati.     

Sama halnya dengan raja warna yang melakukan transplantasi energi. Jika seorang penguasa alam melakukannya, itu berarti energi kehidupannya akan kosong dan... pasti akan mati.     

"Aku tahu." jawab Katie singkat masih berkosentrasi mengeluarkan peluru yang kini tersisa satu didalam tubuh Kinsey. "Aku akan melakukannya."     

"Katie, kumohon jangan. Kinsey akan sangat bersedih jika kau mengorbankan nyawamu demi menghidupkannya kembali."     

"..." Katie tidak menjawab.     

"Pikiran serta perasaanku pernah menyatu dengan Kinsey. Menurutmu apa yang akan dilakukannya begitu bangun? Dia akan mengalami depresi dan menderita seumur hidupnya."     

"Setidaknya dia memiliki Cathy dan Stanley. Mereka tidak akan membiarkannya menderita. Kinsey memiliki banyak orang yang disayanginya dan juga menyayanginya."     

"Bukankah kau juga?"     

"Benar. Tapi, aku baru menyadarinya sekarang. Pusat kebahagiaanku adalah Kinsey." Dia baru menyadarinya ketika melihat tubuh Kinsey ditembus empat peluru.     

Ketika mengetahui suku Oostven musnah, Katie memang sangat bersedih namun dia bisa bertahan. Tapi melihat Kinsey pergi meninggalkannya seorang diri, Katie sama sekali tidak bisa menahannya. Rasa pedih ini, rasa kehilangan ini sangat berbeda dengan sebelumnya.     

Kehilangan Kinsey itu sama saja kehilangan separuh jiwanya. Dia tidak akan bisa bertahan hidup bila Kinsey tidak ada disisinya. Seolah tubuhnya terasa lumpuh seperti orang yang mengalami stroke berat, itulah yang dirasakan Katie jika dia hidup tanpa ada Kinsey di dunia ini... di dalam kehidupannya.     

"Jika dia tidak ada dunia ini, aku tidak bisa bertahan hidup. Aku adalah raja merah. Jika aku bersedih dan tidak bisa mengendalikan kesedihanku, aku akan melukai orang-orang disekitarku tanpa kusadari. Kinsey adalah manusia. Mungkin dia akan terpuruk, tapi aku yakin dia akan baik-baik saja. Cathy pasti akan sanggup membangkitkan semangatnya."     

Begitu peluru terakhir berhasil dikeluarkan, Katie mengangkat tangannya untuk mengumpulkan energi kehidupannya di telapak tangannya. Dia mengikuti semua arahan yang diberikan Alpha.     

Semula kumpulan seperti kabut bewarna merah terang muncul diatas telapak tangannya. Lalu memudar menjadi kuning pucat terus memudar hingga menjadi putih. Begitu berubah warna, Katie menekan telapak tangannya pada sisi jantung yang terkena tembakan.     

Seolah bisa melihat, didalam pikirannya muncul bayangan seperti sebuah jantung yang berlubang kini menutup kembali dengan sempurna. Begitu juga lubang bekas peluru pada sisi tubuh Kinsey lainnya.     

Setelah memastikan organ dalam pulih dengan baik, barulah Katie menutup luka luar. Katie merasakan dadanya yang tadinya terasa panas kini memudar menjadi hangat terus memudar menjadi normal.     

Apakah ini berarti dia mulai kehilangan kekuatannya secara perlahan?     

Katie menundukkan wajahnya mendekat lalu menempelkan bibirnya ke atas bibir Kinsey yang tertutup. Setetes air mata menetes keluar dari kelopak matanya yang tertutup.     

'Aku mencintaimu Kinsey. Tapi maaf, aku tidak bisa bersamamu.'     

Alpha serta Luna melolong dengan sangat menyedihkan begitu mendengar kalimat terakhir sang raja merah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.