My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Perjanjian Nikah



Perjanjian Nikah

1Pertanyaan yang sama berulang kali terlintas didalam pikiran Meisya. Apakah dia sedang bermimpi? Sepertinya iya. Karena selama satu bulan ini dia menjalani kesehariannya dengan tidak masuk akal.     

Yang pertama dia diculik dari istana yang seharusnya mustahil karena penjagaan yang ketat. Lalu kedua, dia bertemu dengan orang yang dulu pernah tidak sengaja menabraknya di Munchen, yang juga seharusnya mustahil karena mengira dia tidak akan bertemu dengan pemuda itu lagi.     

Lalu ketiga, Stanley yang biasanya suka menindasnya dan memiliki perubahan mood yang sangat cepat, tiba-tiba berbuat baik padanya dan berbicara dengan serius.     

Dan yang terkahir... pria ini jelas mengatakan dia tidak tertarik dengan wanita yang lebih tua; Stanley sudah menolak.. lebih tepatnya menutup hati untuk Meisya, tapi pria satu ini mengajaknya untuk menikah?     

Meisya pasti bermimpi. Benar. Dia pasti sedang bermimpi.     

PLAK!!     

Kedua alis Stanley bertautan melihat Meisya memukul kedua pipinya dengan keras. Dimana ia pernah melihat adegan ini?     

Ah, benar. Dia pernah melihat sikap yang sama persis pada Katie disaat dia menjelaskan cara sistem kerja Tiffany untuk pertama kalinya.     

Rupanya anak kembar ini memiliki kebiasaan yang sama. Kalau dipikir-pikir, keduanya memang memiliki kemiripan yang sama. Tidak begitu sulit untuk menebak bahwa keduanya adalah saudara kembar. Kecuali rambut Meisya lebih bergelombang dibandingkan Katie dan tubuhnya agak lebih tinggi sedikit dari Katie. Dan tentunya, perbedaan lain yang mencolok adalah warna mata mereka.     

Sebagai seorang raja merah, tentunya Katie memiliki warna mata amber yang akan berubah menjadi merah seperti darah ketika kekuatan raja merah diaktifkan.     

Selain perbedaan sepele itu, warna rambut, wajah mereka serta rasa cintanya terhadap es krim sama persis.     

Stanley tersenyum melihat Meisya yang mengusap pipinya yang merah. Ah, seandainya dia bisa seperti Kinsey yang langsung mengusap lembut ke pipinya. Tapi untuk saat ini dia menahan diri.     

"Sekarang kau tahu ini bukan mimpi kan? Lain kali kalau kau mau memastikan apakah ini mimpi atau bukan, kau boleh memukulku. Aku tidak ingin kau merasakan sakit apapun pada tubuhmu."     

Meisya mendelik tidak percaya apa yang dikatakan Stanley barusan. Apakah dia boleh melarikan diri? Kenapa hari ini Stanley bersikap aneh sekali? Sikapnya ini jauh lebih menakutkan daripada disaat menindasnya.     

"Hunter, apakah kau baik-baik saja? Apakah kau terluka? Atau mungkin kau salah minum obat?"     

"Apa yang salah denganku?" Stanley malah berbalik bertanya dengan raut muka yang tidak tahu apa-apa.     

"Kau aneh sekali hari ini."     

"Apa yang aneh?"     

"Ini.. ini yang aneh."     

"Apanya?" Stanley memiringkan kepalanya masih dengan ekspresi kebingungannya.     

"Ya ini. Pokoknya ini."     

Stanley pura-pura menghela napas berusaha menahan senyum gelinya. Akhirnya dia bangkit berdiri dan berjalan untuk duduk disebelah Meisya. Sayangnya, Meisya tidak siap menerima kedekatan mereka sehingga secara refleks dia menggeser posisi duduknya untuk menjauhi pria itu.     

"Tolong katakan yang jelas. Apa yang aneh dari ini semua? Apakah kau bingung kenapa aku mengajakmu menikah?"     

Meisya masih tidak berani membalas tatapan Stanley yang dirasanya bisa menembus hingga ke dalam lubuk hatinya. Karenanya, dia hanya diam menganggukkan kepalanya.     

"Bukankah kau ingin keluar dari pernikahan yang tidak kau inginkan. Bukankah kau ingin menjadi gadis normal? Bukankah kau tidak ingin terlahir sebagai putri raja?"     

Meisya tidak membantah karena semua tebakan pria itu memang benar. Dia sungguh berharap dirinya tidak terlahir sebagai anak raja. Dengan begitu dia bisa hidup bebas dan berteman dengan siapa saja tanpa harus takut dimanfaatkan.     

"Kau bersedia menikah denganku untuk membantuku?"     

"Benar. Selain itu, aku akan menggunakan seluruh kemampuan yang kumiliki untuk melindungimu dari orang brengsek seperti Peskhov. Aku juga akan memberikan kenyamanan dan kehidupan yang kau inginkan. Aku mungkin tidak bisa memberikan kemewahan seperti yang kau dapatkan di istana, tapi aku bisa memberimu fasilitas yang kau inginkan tanpa batas. Tidak buruk kan? Jika kau masih merasa ragu, kau boleh menetapkan ketentuan mengenai pernikahan kita, seperti sebuah jaminan untuk melancarkan pernikahan ini. Jika masih dalam kendaliku, aku akan menyetujui semua ketetapanmu. Bagaimana?"     

Meisya tercengang tidak percaya mendengar ucapan panjang lebar Stanley. Kenapa tiba-tiba Stanley bersedia membantunya?     

Setelah dipikir ulang, apa salahnya menikah dengan Stanley. Toh, dia juga merasa nyaman dan... memiliki rasa khusus terhadap pria itu. Lagipula.. mereka bisa bercerai sewaktu-waktu begitu situasi disekitarnya mulai tenang.     

Tidak ada yang buruk dari tawaran Stanley. Lagipula mengingat pria itu sama sekali tidak tertarik padanya, mungkin dia bisa membatasi hubungan mereka sesuai kehendaknya?     

"Apa aku benar-benar boleh menetapkan ketentuan mengenai pernikahan kita?" Stanley menganggukan kepala mengiyakan dengan senyuman meyakinkan. "Baiklah. Aku akan menerima bantuanmu."     

Senyuman lebar menghiasi Stanley, lalu dia mengambil sebuah kertas serta pulpen untuk diberikan pada Meisya.     

"Tulis saja apa persyaratanmu disana. Setelah itu aku juga akan menuliskan bagianku."     

"Kau juga punya ketentuan?"     

"Tentu saja. Tenang saja, aku hanya punya dua syarat untukmu. Silahkan tulis punyamu lebih dulu."     

Meisya mendesah pasrah sebelum menatap kertas kosong diatas pangkuannya. Dia tampak berpikir sejenak kemudian dia mulai menemukan ketentuan yang dia inginkan.     

Setelah selesai menuliskannya, Meisya menyerahkannya pada Stanley yang sedari tadi memandangi wajah cantik Meisya yang sedang serius dalam menulis.     

"Giliranmu." ujar Meisya membuyarkan lamunan Stanley.     

Dengan sikap cuek Stanley mengambil kertas tersebut yang ternyata berisi lima persyaratan.     

1. Harus mau bersikap layaknya suami istri dihadapan orang luar.     

2. Boleh tinggal satu atap, tapi harus pisah kamar.     

3. Tanpa sepertujuan pihak kedua, tidak ada sentuhan intim bila tidak ada orang lain.     

4. Tidak boleh ada PENINDASAN atau kekerasan.     

5. Menghargai privasi masing-masing dan tidak melanggar kepercayaan yang sudah diberikan.     

Stanley nyaris tertawa saat membaca syarat keempat. Ah, sayang sekali. Padahal dia suka melihat ekspresi frustrasi pada Meisya.     

"Baiklah. Aku menyetujui semuanya. Aku akan menuliskan bagianku."     

Tidak perlu menunggu lama, Stanley menuliskan kedua syarat yang sudah terpikirkan sejak kemarin malam. Lalu membiarkan Meisya membacanya.     

6. Tidak boleh ada PIHAK KE-3     

7. Tidak ada PERCERAIAN     

Mulut Meisya terbuka membaca syarat terakhir dari pria itu. Tidak ada cerai? Jantungnya berdebar dengan keras dan napasnya memburu. Apa maksudnya tidak ada perceraian diantara mereka? Apakah itu berarti mereka akan terikat dalam pernikahan seumur hidup mereka?     

Tidak mungkin! Hunter sama sekali tidak tertarik dengannya, lalu kenapa pria itu ingin menghabiskan seumur hidupnya bersama wanita yang tidak dicintainya?     

"Kau.. kau ingin menghabiskan seumur hidupmu bersamaku?"     

"Bisa dibilang begitu."     

"Tapi.. kau bilang kau sama sekali tidak tertarik pada wanita yang lebih tua darimu."     

"Itu memang benar. Tapi, aku tidak bilang kalau aku tidak akan tertarik pada wanita cantik yang sanggup membuatku bergairah seperti ini."     

Degdegdegdegdegdeg.. sialnya, Hunter memajukan tubuhnya ke arahnya saat mengucapkan kalimatnya membuat jantung Meisya serasa mau melompat keluar dari tempatnya.     

"Apa kau sadar kau sanggup mengambil tiap nafas sorang pria saat melihatmu seperti ini?"     

Sinar mata pada Meisya mulai tidak fokus saat merasakan hembusan nafas yang keluar dari mulut pria itu ketika bicara.     

Sungguh.. suatu saat nanti, pria ini akan membuatnya terkena serangan jantung kronis.     

"Kau menindasku..." rengek Meisya yang nyaris mengeluarkan air matanya saking tidak kuat menghadapi debaran jantungnya yang tidak normal.     

Stanley tertawa kecil mendengarnya, namun menegakkan tubuhnya kembali membuat Meisya bisa bernapas kembali. Dia baru sadar, Meisya sama sekali lupa bernapas ketika wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti.     

"Meimei, bagian mana yang mengatakan aku sedang menindasmu? Asal kau tahu, aku tidak sedang menindasmu."     

Huwaaaa... Meisya ingin sekali menjerit mendengar jawaban sok polos ini. Kenapa pria ini begitu pandai memutarbalikkan kenyataan. Rasanya dia ingin mendaur ulang otak pria ini. Mungkin terlalu pintar, bahkan jenius sehingga orang ini sangat menyebalkan.     

"Jadi bagaimana?" Stanley mengembalikkan topik utama pembahasan mereka setelah melihat Meisya kembali tenang.     

"..." Meisya tidak menjawab. Yang membuatnya ragu adalah syarat yang mengatakan tidak ada perceraian ini.     

Satu-satunya alasan kenapa dia bersedia menikah sementara waktu karena dia bisa bercerai kapanpun dia mau. Coba bayangkan jika kau menikah dengan orang yang kau sukai tapi suamimu tidak mencintaimu kembali. Hidup pernikahannya akan penuh dengan air mata. Dan dia tidak akan sanggup kalau seumur hidupnya diisi dengan kesedihan dan mendambakan perhatian sang suami.     

Kenapa hidupnya bisa bernasib sial seperti ini, sih? Meisya merutuk dan menangisi dirinya sendiri. Kalau saja Stanley tidak tahu persyaratan ini, mungkin dia bisa mengambil keputusan dengan mudah. Dia bisa kembali pulang dengan pasrah dan membiarkan dirinya mengikuti takdirnya yang tidak akan bisa menemukan kebahagiaan.     

Tunggu dulu! Darimana Stanley bisa mengetahui hukum peraturan mengenai dirinya? Tidak peduli seberapa canggih semua program ciptaan Stanley, pria itu tidak mungkin mengetahui rahasia ini. Karena semua hukum serta peraturan khusus mengenainya ditulis secara manual di buku undang-undang kerajaan yang tersimpan di lemari besi. Dan yang bisa membuka lemari tersebut hanyalah Raja Prussia seorang.     

Meisya berbalik menatap Stanley penuh curiga dan bersikap waspada.     

Sebelah alis Stanley terangkat melihat perubahan sikap Meisya. Ada apa lagi ini? Sikap dan cara berpikir Meisya sama sekali tidak bisa diprediksinya.     

Ah, sepertinya dia harus menciptakan sebuah program khusus yang bisa membaca pikiran Meisya. Tentu saja... itu namanya 'mission impossible' (misi yang mustahil).     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.