Undangan Istana
Undangan Istana
Dan entah kenapa, alih-alih pulang kembali ke istana, Leonard malah hanyut menceritakan kenangannya bersama seseorang. Dari ceritanya membuat Katie semakin yakin bahwa Leonard memang adalah cinta pertamanya.
Seperti saat Katie yang sering menyebutnya dengan rambut merah daripada nama, atau disaat Katie yang suka sekali menjahilinya hingga dia tidak bisa berkutik. Semuanya persis seperti apa yang diceritakan Leonard saat ini.
Dan lagi, Leonard mengatakan dia pernah libur ke Amerika secara rutin dan Lousiana adalah tempat favoritnya karena ada Katie disana.
"Dia adalah cinta pertamaku dan kurasa.. aku tidak akan pernah hisa menyampaikan perasaan ini padanya."
"..."
Kau juga adalah cinta pertamaku. Pikir Katie sedih. Ah.. seandainya dia bisa memberitahukan pria itu yang sebenarnya. Ini aku.. Katie, Katleen Morse yang bermain bersamamu di Lousiana.
Kalau seandainya dia bukan raja merah, kalau seandainya Leonard bukan Heinest, mungkin.. Katie bisa memberitahunya?
"Apakah kau ingat nama cinta pertamamu?"
Leonard menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Aku tidak ingat nama lengkapnya. Tapi aku ingat aku memanggilnya dengan Katie, sementara yang lain memanggilnya dengan Kei."
Katie merapatkan bibirnya berusaha menahan diri untuk tidak mengungkapkan identitasnya. Jika Leonard tidak tahu Katie adalah Katleen Morse yang dicari oleh Raja Heinest, mungkin.. dia bisa memberitahunya?
Tapi bagaimana kalau ternyata Leonard juga mengincar Katleen Morse? Diingatannya, Leonard memang sangat baik padanya dan terkadang bersikap lucu dan menggemaskan. Tapi.. orang bisa berubah dalam belasan tahun. Ditambah mereka sudah tidak bertemu selama lebih dari dua puluh tahun.
Bagaimana kalau Leonard merasa kecewa dan membenci Katie? Apakah kenangan mereka berdua yang sangat berharga akan hancur?
"Aku turut menyesal mendengarnya." hibur Katie setelah memutuskan untuk tetap tidak membongkar rahasia kecilnya.
"Aku sudah berusaha mencarinya. Kupikir setelah usiaku cukup dewasa dan aku bisa mengambil keputusan sendiri, aku bisa mencarinya. Sayangnya, aku sadar aku tidak tahu nama lengkapnya. Dan nama Katie... siapa yang menyangka, ada ribuan nama yang menggunakan nama Katie. Pada akhirnya.. aku menyerah."
Hati Katie terasa bagaikan ditusuk mendengarnya. Dia sama sekali tidak menyangka Leonard berpikir yang sama dengan dirinya.
Waktu itu dia juga sempat mencari anak itu, tapi karena dengan bodohnya dia melupakan nama anak itu, pada akhirnya dia menyerah.
Hanya gantungan kunci miliknya yang bisa selalu mengingatkannya akan kenangannya bersama cinta pertamanya.
Tunggu dulu. Bagaimana Leonard juga memiliki gantungan kunci miliknya? Selama ini dia berpikir gantungan kuncinya menghilang di Amerika. Tapi kenapa bisa ada di tangan Leonard?
"Pangeran Leonard.."
"Leo. Saat kita hanya berdua, panggil namaku dengan Leo saja."
Katie mengulas senyum sebelum memanggil nama Leonard sesuai yang diinginkan pria itu.
"Leo, bisakah aku bertanya sesuatu?"
"Tanyakan saja."
"Jika memang gantungan kunci itu adalah tanda janji kalian, kenapa kau memiliki keduanya? Bukankah seharusnya kau memiliki satu sementara cin.. teman masa kecilmu memiliki yang lain?"
"Aku bertemu dengan seseorang. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa menemukanku, tapi orang ini bilang dia sangat mengenal anak itu. Dia bilang, anak itu mengalami kecelakaan dan memintanya untuk mengembalikan gantungan ini padaku."
Kecelakaan? Kecelakaan apa? Katie tidak mengalami kecelakaan apa-apa. Dan lagi, siapa yang dimaksud Leo yang mengaku sangat mengenal Katie?
Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya, tapi dia tidak bisa bertanya tanpa memberitahukan yang sebenarnya. Akhirnya Katie memutuskan untuk melupakannya.
Berikutnya mereka berbincang santai di taman sambil menikmati hawa dingin yang berhembus.
Tanpa terasa Katie mulai terasa kedinginan. Leonard yang menyadarinya segera melepaskan jubah kebesarannya dan memakaikannya pada Katie.
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja."
"Kau tidak baik-baik saja."
"Tapi.."
"Aku memaksa, nona Katalina."
Katie segera merapatkan bibirnya agar tidak membantah lagi dan membiarkan Leonard memakaikan jubah untuk membuatnya hangat.
"Katalina, Kinsey tidak akan suka ini. Kenapa kau menduakan Tuan Kinsey?" omel Tiffany di kepalanya membuat Katie mendesah pelan. "Katalina, ada pesan di ponselmu."
Pesan? Kenapa Tiffany harus memberitahu hal sepele ini? Katie bisa melihat pesannya nanti setelah pulang.
Walau bingung dengan notif dari Tiffany, Katie tetap merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya.
Begitu melihat nama pengirimnya, jantung Katie bergetar ketakutan. Entah kenapa kini dia diselimuti dengan perasaan bersalah. Tidak. Dia kan hanya berbicara dengan Pangeran Leonard, tidak lebih. Kenapa dia harus merasa bersalah?
Katie mendecak kesal dalam hati menyalahkan Tiffany. Kalau seandainya Tiffany tidak sembarang menuduhnya, tentunya dia tidak akan berpikir yang tidak-tidak.
Dengan sekali gesekan, Katie membuka kunci pada layar ponselnya dan segera membaca isi pesan Kinsey. Pandangannya melembut dan hatinya dipenuhi kebahagiaan saat membaca isinya.
Kinsey bertanya padanya apakah dia mau pulang ke Bayern atau menginap di mansion yang ditempati Kinsey dan lainnya. Jika Katie ingin pulang ke Bayern, Kinsey sendiri yang akan datang menjemputnya dan mengantarnya pulang.
Sebaliknya, kalau seandainya Katie ingin menginap di mansion, maka Honda yang akan datang menjemputnya.
Kenapa harus Honda? Katie hendak membalas pesan Kinsey dengan pertanyaannya, namun sebelum sempat menekan tanda 'kirim', Tiffany memberikan jawabannya terlebih dulu.
"Kinsey tidak mau ambil resiko wajahnya akan dikenali dan dicurigai karena menuju ke arah pegunungan daripada berputar balik menjauh dari wilayah ini."
Masuk akal juga, pikir Katie. Pada akhirnya Katie menghapus pertanyaannya dan hendak memberi jawaban atas pertanyaan Kinsey tadi saat Leonard berbicara padanya. Lagi-lagi dia tidak membalas pesan Kinsey.
"Aku harus kembali. Apakah kita bisa bertemu lagi? Aku ingin mengenalmu lebih dalam."
"Tentu saja. Aku akan senang..." Katie segera menghentikan kalimatnya begitu sadar maksud tersembunyi dari kalimat terakhir Leonard.
Apakah mungkin Leonard...? Ah, tidak mungkin. Mereka baru bertemu hari ini, jadi tidak mungkin Leonard memiliki rasa khusus terhadapnya. Lagipula, Katie juga ingin bertemu dengan cin... teman masa kecilnya lagi. Benar. Dia harus melupakan kenyataan anak itu adalah cinta pertamanya dan hanya menganggapnya sebagai teman masa kecilnya saja.
"Silahkan menghubungiku kalau kau datang ke Bayern. Aku akan menyambutmu dengan senang hati."
"Aku pasti akan melakukannya." sahut Leo dengan nada puas. "Apakah kau akan datang ke festival kerajaan? Aku akan memberimu undangan secara resmi. Aku juga akan mengenalkanmu pada adik perempuanku. Dia pasti kaget sekali melihat wajahmu yang sangat mirip dengannya. Ada apa? Kau tidak menyukainya?" tanya Leo karena kini Katie tengah melongo tampak terkejut.
Bagaimana tidak? Untuk kesekian kalinya dia melupakan sesuatu yang sangat penting. Leonard adalah anggota kerajaan Heinest. Tujuan utamanya datang ke acara utama ini memang untuk mendapatkan undangan resmi dari kerajaan.
Tapi tujuannya terlupakan begitu saja ketika tahu Leonard adalah cinta pertamanya. Sekarang... setelah dia berhasil mencapai tujuannya, Katie merasa tidak enak dan bersalah karena telah memanfaatkan Leonard.
Pada akhirnya Katie hanya mengucapkan terima kasih dan akan mempertimbangkan undangan resmi tersebut. Sebenarnya dia berharap diundang untuk jamuan teh biasa dan bukan undangan untuk menghadiri festival kerajaan. Jika dia datang ke festival, akan ada banyak yang datang dan sulit bagi Merah untuk memancing Alpha keluar tanpa ketahuan.
Belum lagi wajahnya akan dikenal tidak hanya sebagian kecil, tapi seluruh penguasa serta warga yang berkedudukan tinggi. Katie belum siap jika semua orang mengenali wajahnya.
Tapi... dia sangat ingin datang ke istana dan menemui ibunya. Jika dia tidak menerima undangan ini, entah kapan dia bisa mendapatkan kesempatan ini.
Katie pamit mengundurkan diri untuk kembali pulang. Dia merasa pusing dengan ini semua dan dia ingin bertemu dengan Kinsey. Entah kenapa dia merasa Kinsey bisa menghilangkan pusingnya dan membantunya menemukan jalan keluarnya.
Yang tidak diketahui Katie adalah senyuman Leonard yang tadinya lembut dan hangat lenyap seketika begitu Katie meninggalkannya. Tatapannya serta aura disekitarnya terasa dingin dan cuek.
Leonard mengeluarkan gantungan kunci dari kantong jubahnya sebelum menatapnya dengan tatapan meledek.
"Drama yang menggelikan. Kenapa aku setuju bersandiwara seperti ini?" Leonard mendengus dengan kasar sebelum menyimpan kembali gantungan tersebut.